iklan

Senin, 28 November 2016

Melaka 2 Hari 1 Malam #Part1


Nah, sesuai judulnya, jadi aku akan menuju ke Melaka dari Kuala Lumpur. Masih satu negara sama Malaysia jadi ga usah ngurus-ngurus visa, passport juga Cuma diminta pas kamu beli tiket aja.

Caranya ke Melaka dari KL gimana ceritanya. Berhubung aku penginapannya dari deket-deket KL Sentral, maka aku berangkat dari KL Sentral. Masih naik LRT putra jaya menuju Bandar Tasik Selatan. Berhubung aku sudah ahli beli tiket sendiri, jadi ga perlu bantuan lagi. Ongkosnya 2,40. Yang bikin bingung itu platfomnya mesti naik platfom berapa coba. Maka aku nanya akak cantik di tengah-tengah KL Sentral yang jadi bagian informasi, dan dia bilang aku cukup ke platfom 1. Kan ga lucu udah lucu udah beli tiket dituker sama koin plastik itu, eh situ salah masuk platfom terus keluar lagi koinnya kan udah harus dimasukin, jadi beli tiket lagi deh. AKU OGAH RUGI!!!

Aku nunggu lumayan lama. Ada kali setengah jam-an. Bareng bule-bule juga yang masih meraba-raba tujuan mereka harus kemana. Mungkin ke Melaka juga, atau ke Penang, atau mungkin juga ke Colmar. Yah... Bandar Tasik Selatan itu hampir mirip-mirip KL Sentral lah, Cuma kayaknya ngehubungin sama yang diluar-luar daerah Malaysia gitu. Kereta-nya tepat waktu, dan aku langsung berburu masuk. Bawa ransel, oleh-oleh yang sudah kubeli di Central Market kemarin, dan ada anak kecil cewek yang kayaknya kasihan lihat aku berdiri sambil bawa ransel yang menurutnya besar, dan dia kemudian bergabung sama bapak dan kakaknya yang berdiri, aku sampe berulang-ulang minta maaf ke bapaknya karena sempat ngelihat bapaknya mengamankan tempat duduk itu buat anak gadisnya.

Nah, sampai di Bandar Tasik Selatan kita harus keluar dan jalan, naik tangga juga, dan akhirnya sampai di Terminal Bandar Selatan. Nah kalau kamu bingung mau beli tiket dimana (ini yang aku alamin soalnya, kiri dan kanan ada yang jualan tiket soalnya, jadi bingung sendiri mau beli dimana) kamu dari pintu masuk, belok kiri aja. Lihat deh tuh deretan kounter tiket, ada kali belasan kounter tiket, dan semuanya rame. Itu ngelayanin ke semua tujuan kok, jadi aman. Nah, pas lagi antri. Ada petugasnya yang ngedekatin aku, bilang kalau di kounter 1 yang ngantri Cuma 1 orang. Alhamdulillah aku langsung kesana, lumayan berat ranselku soalnya.

Setelah tiba giliranku, aku nyebutin tujuanku yaitu Melaka Sentral dan berapa jumlah tiket yang harus dibeli. Sebenarnya kita bisa pilih sendiri mau di bangku yang mana, tapi sama akak-nya aku dikasih kursi sendiri aja. Dan emang itu yang aku inginkan. Dimintai passport buat cetak tiketnya, ongkosnya RM 11.00. Murah ya, Cuma Rp 32.500,- kalau di rupiahin. Dan aku segera menuju ruang tunggu.


tiket bus dari TBS ke Melaka Sentral

Ini aku berasa nunggu pesawat. Ada jadwal-jadwalnya gitu, padahal nunggu bus. Kita harus masuk lewat gate apa gitu, jam keberangkatan. Dan untungnya mereka tepat waktu, ga ngetem dulu. Jam 12 teng, aku udah di dalam bus yang nyaman dan siap menuju Melaka. Lama perjalanannya 2 jam. Mau tiduran boleh, mau menikmati pemandangannya juga boleh. Ada tuh bukit yang kulihat bagusss banget, eh ga tahunya kuburan. Ckck, saking kampungannya aku.

2 jam perjalanan, akhirnya sampai di Melaka Sentral. Dan berhubung udah siang banget, hampir sore dan aku Cuma sarapan roti selai sama teh di hotel, maka cacing-cacing di perutku sudah protes. Pas lihat ada tulisan “Bakso”. Bodo amat ke Melaka-nya. Aku mau makan dulu. Dan aku pengen nangis,pas denger yang punya tempat makannya ngomong jawa. Astaga...setidaknya aku bisa makan dengan benar siang ini. Maka aku langsung mengambil nasi (putih pastinya), telur balado sambalnya aku banyakin, dan terong goreng dengan ekstra sambal juga. Plus es teh. Alhamdulillah, itu makan siang terbaik yang kumakan sejak sampai di Malaysia, dan kamu bisa tebak, untuk makanan menyenangkan lidah itu aku cukup bayar RM 5,00. JUARA!!!!!

Perut kenyang, Hati senang, dan mari kita melanjutkan perjalanan kita ke Melaka. Di Melaka Sentral ini ada bus dan taksi juga, kereta ga ada. Mungkin di tempat berbeda, mungkin ga ada, aku kurang begitu tahu. Nah, kamu harus memperhatikan dengan baik ya kalau mau naik bus-nya. Kalau kamu mau naik bus ke Melaka-nya naik yang bus antar negeri, jangan bus antar bangsa, keluar daerah berarti kamu. Nomornya juga sama soalnya. Tapi kalau kamu biar lebih yakin, tanya aja supirnya, tenang...supirnya baik-baik, ga bakalan ngasih petunjuk yang salah sama kamu.

Akupun langsung cari tempat bus nomer 17. Bus warna merah bertuliskan Panorama Melaka. Pas naik bus, kan ada supirnya tuh. Kamu beli tiket di supirnya langsung, kasih tahu tujuanmu dan dia bakalan ngasih karcisnya. Aku kan mau ke Dutch Square yang katanya lebih dikenal dengan bangunan merah karena bangunannya di cat merah semua. Sebutin aja Bangunan Merah, mau supirnya orang Malaysia kek, mau orang cina kek, mau orang India kek, ngerti dia kalau bangunan Merah tuh dimana. Ongkosnya RM 1.50. Tinggal cari tempat duduk, kalau ga kebagian tinggal pegangan aja.


Tiket bus

Tak begitu lama aku mulai melihat deretan bangunan merah, dan bus berhenti. Akupun turun, dan kamu bakalan di sambut sama jalanan rame dengan bangunan merah yang langsung memenuhi pandanganmu, serta becak-becak yang memutar lagu-lagu, ini kadang ga heran kamu dengar lagunya Ayu Ting-ting, apa lagunya Cita Citata, doyan dangdut juga orang-orang sini ternyata.

Hal pertama yang harus aku lakukan adalah cari penginapan. Tujuanku adalah Discovery Cafe and Guest House. Malam sebelumnya aku udah cek Traveloka dan Discovery ini paling murah. Berhubung aku ga tahu arahnya, gps-ku masih tidak berfungsi, maka aku mulai jalan ngelewatin jembatan. Dan aha, aku ngelihat banguan hijau itu. Akupun berbalik arah menuju tempat istirahatku malam ini.

Mulai tanya-tanya kamar, dan berhubung aku sendirian, ga butuh-butuh banget ac, aku memilih kamar single non AC. Harganya RM 30,00 dengan fasilitas kipas, tapi kamar mandinya diluar. It’s OK. Yang penting murah. Oh iya, disini bayar deposit juga, harusnya sih RM 30.00,- entah kenapa aku Cuma dikenakan deposit RM 20.00,- apa karena wajahku wajah-wajah ga berduit kali ya, dan kelihatannya terlalu menyedihkan. Maka aku dianterin si penjaga, cowok India rada arab-arab gitu yang lumayan cakep. Ngomongnya cepat banget, mana dia ngomongnya pake bahasa inggris logat india, yang astaga aku ga ngerti ngomongnya apa, pokoknya iya-iyain ajalah. Di akhir tour-nya dia sempat menawarkan untuk aku menggunakan kamar single dengan AC tapi ku tolak dengan halus, aku Cuma mau tidur selamam, ga usah yang nyaman-nyaman banget, toh besok udah mau ke Penang, dan ini udah sore, aku buru-buru mau jalan, setelah dua pengalaman keluar malam dan digodain, aku ga mau mengulanginya lagi, dan kakiku udah lecet parah, aku malah harus menyeret kaki kiriku karena sakitnya minta ampun kalau jalan normal.


Kamar seharga RM 30,00 di Discovery cafe & Guest House


Setelah membereskan urusan. Aku menaruh tas, dan jalan. Aku sempatkan beli mineral water disini, lumayan harganya yang kecil Cuma RM 0,80 padahal beberapa hari ini aku belinya selala RM 1.00, dan yang gede Cuma RM 1,50 padahal di KL sana aku belinya RM 3.00. Haha, aku anak akuntansi kali, pengeluaran kecil itu mempengaruhi.

Nah aku balik lagi ke deretan bangunan merah itu dan mulai foto-foto. Foto sendiri ya, karena ga berani minta tolong orang buat fotoin karena ngeri hp-nya di bawa kabur. AKU PARNOAN PARAH!!!!. Nah mulai pake timer dan hasilnya adalah 2 kali aku diisengin, sama tukang potret yang sekitaran gereja itu dan ada bule juga. Astaga...mereka ga bisa lihat cewek sendiri aja.






Untuk jalan-jalan keliling Melaka, kamu bisa pake becak, RM 25.00 kalau ga salah ongkosnya. Tapi demi tuhan itu yang naik itu kebanyakan bapak-bapak, ibu-ibu, oma-oma,opa-opa peserta tour yang kelihatan bahagia banget naik becak penuh dekorasi itu, ga ada anak muda yang aku lihat, dan kamu mesti lihat wujud becak-nya untuk tahu kenapa itu bisa terjadi. Lagian yah, Melaka di waktu sore itu, adem banget, pas banget buat jalan kaki, dan aku memutuskan untuk jalan kaki saja menyusuri sungai.




Soal sungainya sih airnya ga gimana bersih. Tapi pinggirannya itu berasa di itali gimana gitu, yang ada gondola-gondolanya itu. kerenlah. Sore aja udah begitu menentramkan hati gimana malam. Banyak tempat keren dekat-dekat sini, tapi kebanyakan sih ya Museum. Iyalah, Melaka kan kota museum. Jadi ga heran disini buanyaaaaakkkkkkk sekali museumnya, ada yang gratis, dan banyakan yang bayar. Tapi aku tidak kepengen masuk museum hari ini. Kakiku makin susah diajak jalan, aku hanya ke Jongker Walk, memperhatikan Jongker Walk yang mulai mempersiapakan diri menunggu malam. Ini tempat yang emang ruameee banget kalau malam. Aku Cuma sedikit melupakan kakiku ketika ketemu action figure Robin yang Cuma seharga RM 10.00,- Beli!!! Ga pake mikir.


minuman anti mainstream

Sebelum pulang aku menyempatkan diri membeli semangka. 1 buah semangka yang langsung dinikmati dari buahnya. Kayak minum air kelapa muda dari kepala langsung gitu. Kali ini semangka. Biar anti mainstream, sekalian buat pamer di medsos. Haha. Harganya lumayanlah. RM 5.00, dan aku siap pulang. tidak akan keluar sampe besok pagi, tidak peduli di dekat penginapan, kan ada taman, lagi ada perayaan deepavali yang suaranya kedengeran sampe penginapan, ataupun sungai melaka yang kelihatan cantik dan memanggil-manggil. Aku mau istrirahat. Simpan tenaga buat besok, dan mengistirahakan kakiku.

Menara Kembar Petronas



Belum ke Malaysia kalau ga foto disini

Sengaja memilih waktu malam ke petronas karena aku pengen lihat pertunjukkan laser yang katanya bagus itu. dan hei, ini malam minggu. Maka, sudah wangi, uang di tangan, dan mari kita menjelajah Malaysia lagi. Berbeda dengan kemarin malam yang aku sok-sok’an jalan kaki, kali ini aku mau naik LRT Putra Jaya lagi menuju KLCC. Selain hemat waktu, ga capek, dan aku ngehindari orang-orang yang ga kuat lihat cewek jalan sendiri dan langsung pengen nawarin minum.

Berhubung aku udah tahu jalan pintasnya, aku langsung masuk Nu Sentral nih, siap-siap mau turun ke KL Sentral, dan tadaaaaa... tiba-tiba ada cowok peranakan china kayaknya dari matanya sih yang cipit terus putih banget itu udah ada di sebelahku. Menyamai langkahku dan mulai nanya-nanya aku mau kemana, sama siapa, dan dia nawarin diri buat nemenin. Hiiiiiiiiiiiiiii... Ogah. Mending aku sendiri. Cakep sih, tapi jangan-jangan maling. Jangan-jangan Penjahat. Jangan-jangan...ah banyak sekali kemungkinannya, dan aku siap teriak kalau dia masih bersikeras ngikutin aku, untung pas deket sama security dia langsung menjauh.

Back to topic...

Sampai anggun jadi duta shampo lain juga kalian ga akan pernah menemukan Menara kembar atau twin tower atau petronas di mesin tiket, adanya tuh KLCC. Jadi inget pas naik LRT tujuannya KLCC. Bisa naik bus Rapid KL sih, tapi ya..masa’ udah jauh-jauh ke Malaysia naiknya bus lagi, gaya dong naik LRT, toh ongkosnya Cuma RM 1,60 ini, nyaman lagi, yang ga nyaman mungkin pemandangannya, ga di Indonesia, ga di Malaysia, pemandangannya orang pacaran semua. Sampe bikin baper.

Nah, udah turun dari LRT, tinggal cari jalan keluar aja dan kamu bakalan ketemu sama jutaan manusia yang mengelilingi kolam mau ngelihatin pertunjukan lasernya. Sekali lagi aku tekankan, tujuan KLCC itu mall lagi, mall lagi, jadi ga usah heran kalau banyak tempat belanjaannya. Kamu cukup nyari jalan keluar dari mall ini, dan kalau udah lihat buanyaaakkk banget orang lagi duduk ngiterin kolam, itu bukan antrian sembako atau mau bersih-bersih kolam, itu mereka nungguin pertunjukan gretongan a.k.a gratisan juga sama kayak aku. Nah, Tinggal cari posisi aja, duduk di depan kolam boleh, di bangku-bangku taman yang tersedia, di tangga kek, suka-suka situlah. Sama aja kok, pemandangannya top markotop, ga usah meleng kiri kanan cukup fokuskan pandanganmu ke depan, kiri kanan tuh orang pacaran semua. Tapi tenang, kalau udah lihat pertunjukannya, dijamin kamu bakalan lupa waktu disini.

 


Deket kolam nih ada taman KLCC, kalau situ mau olah raga malam-malam bisa juga disini. Ada taman bermain juga buat anak-anak. Banyak yang lari malam. Yang pacaran? Udah deh ga usah ditanyain, di tempat se-rame KLCC aja banyak yang pacaran, apa kabar di taman yang remang-remang.

Berhubung aku udah baper maksimal lihat yang pacaraaaaaannnn semua, dan udah malam banget, jadinya aku pulang. Istirahat, dan harus cari jalan pulang. naik KTM-nya sih gampang, nemu stasiunnya yang susah. 
Pas mau masuk KLCC lagi, tiba-tiba tanganku ditahan ibu-ibu gitu. Ga pake tedeng aling-aling langsung nanya pake bahasa Indonesia, aku mau pulang? apa tampangku kelihatan muka pulang banget gitu yah. Ternyata si Ibu itu orang Indonesia juga, bingung cari jalan pulang, lihat aku yang wajahnya ga mungkin banget orang Malaysia langsung di tanyain. Lah aku juga mau cari jalan pulang, tapi ibu-nya ga mau barengan, akhirnya dia pulang pake taksi. Aku? nanya petugas caranya ke stasiun gimana dong. Udah sok sokan nanya pake bahasa inggris, karena aku lihat petugasnya orang India gitu, eh sama bapaknya dijawab "Turun, lurus". Busettttttt.... tampang Indonesiaku emang ga bisa dibohongin. 
Satu yang menarik perhatianku pas turun mau ke stasiun. ada banyak banget orang dengan kursi roda, entah atlit atau apa soalnya mereka pake seragam gitu dan ada nomor punggungnya, meraka ada di tiap lantai, di dekat tangga, lagi antri turun pake alat gitu. Jadi mereka naik ke alatnya, dan alatnya yg bawa mereka turun ke bawah. Wuihhh, coba di Indonesia segitu juga ramahnya sama yang pake kursi roda. Ah, entahlah Indonesia bisa kapan gitu juga.

Pesanku Cuma satu, kalau mau kesini, malam minggu pula, jangan lupa bawa pasangan. Pasangan beneran, jangan pasangan comot di jalan, apalagi pasangan sewaan, aduh..yang ada situ makin baper.

Oh iya, maaf juga ga bisa upload video air mancurnya. Kegedean kapasitasnya, ga bisa di upload ke blog. maaf

 

Minggu, 13 November 2016

Dataran Merdeka



Berhubung aku dari Batu Caves, jadi aku kudu balik ke KL Sentral dulu, dengan ongkos yang sama yaitu RM 2,60 kemudian pindah moda transportasi yaitu pake LRT. Nah, LRT itu sami mawon, podo wae, beda tipis, hampir sama dengan KTM. Beli tiketnya pakai mesin juga. Caranya... agak sedikit berbeda dari cara beli tiket di mesin KTM. Pilih mesin yang ada tulisan RapidKL-nya. Biasanya ada di depan pintu masuk LRT.

Pertama-tama pilih bahasa melayu, ya kalau situ suka pake bahasa Inggris sih, it’s oke. Up to you.

Nah, di layar bakalan muncul 4 kolom gitu, aku rada lupa apa-apa aja di layar, tapi kamu kudu pilih kolom ke 2. LRT Putra Line gitu. Nah, pilih deh kamu tujuannya kemana. Prinsipnya sih sama aja kayak KTM. Berhubung aku mau ke masjid jamek, maka tujuannya ke mesjid Jamek. Bayar Tunai, ongkosnya RM 1,60. Dan kembaliannya sama lagi-lagi koin plastik yang keluar, dan menuju platfom lagi.

Dari KL sentral Cuma 2 pemberhentian menuju mesjid jamek, pertama Pasar Seni a.k.a Central Market dan yang kedua, mesjid jamek. Keluar dari stasiun yang akan kamu temui adalah.... pasar dekat masjid India. Subhanallah, aku sampe muter-muter ga jelas nyari masjid jamek tuh dimana. Kayaknya sih aku emang ada sisi sama bangunan yang di renovasi, waktu di belitung di Vihara Dewi Kwan Im di revovasi, di Batu Caves di renovasi, nah ini masjid jamek juga di renovasi. Walhasil, aku bukannya ketemu mesjid jamek, malah ketemu Dataran Merdeka. Sebenarnya sih mesjid jamek sama dataran merdeka tuh satu kompleks, akunya aja yang ga ngerti, plus inget aku ga bisa google maps karena paket dataku ga berfungsi di Malaysia. Kartu-ku aja yang biasanya Telkomsel, jadi My Rapid kok. Maka semuanya sampai bisa nemu tempat-tempat tuh emang modal nekat dan bergantung kepada keberuntungan.


Penampakan Masjid Jamek dari Jembatan menuju Pasar Seni

Nah masih di seputaran kompleks itu ada Sultan Abdul Samad Building, dan sekali lagi aku muter-muter gara-gara jalanan ini tuh di tutup lagi di bangun stand-stand gitu, kayaknya sih untuk Hari Deepavali lagi. Bayangin aku siang-siang lagi mengandalkan nekat dan keberuntungan sok-sok foto selfie di depan bangunan yang aku ga tahu apa, pokoknya foto. Sementara turis lain bawa peta sebagai petunjuk, aku sok-sok-an mengandalkan insting.




Masih satu kompleks sama dataran merdeka, mesjid jamek dan Sultan Abdul Samad Building itu ada Muzium Tekstil Negara (National Textile Museum), ada Galeri Kuala Lumpur, dan Museum Musik. Kalau ga pengen masuk, cukup foto-foto aja di depan gedungnya. Bagus buat backround foto. Hehe.






Nah, berhubung udah siang, dan tadi di penginapan aku sarapannya Cuma pake nescafe sama roti lapis, udah naik turun tangga 272 anak tangga, udah muter-muter nyari mesjid jamek. Lapar dong. Iyalah. Pas turun dari LRT sih yang langsung kelihatan tuh Burger king, tapi kok ya males ya makan kentang goreng sama burger lagi, berasa bule. Cari nasi dong. Makanan indonesia tujuanku, karena pas nyebrang jalan, tadi sempat ngebaca tulisan “Nasi campur, bakso, dan ada bandung juga, aku lupa apa, tapi ada Bandungnya. Oh kalau Bandung, jelas Cuma punya Indonesia, orang Indonesia pasti yang punya. Seleranya bisa masuk lah. Nah, aku jalan dari museum textile, ngelewatin lapangan merdeka yang lebar itu, untuk sampai di tempat makan itu, dan TUTUP SAUDARA-SAUDARA. Oh tuhan, aku udah lapar banget, mana kaki-ku rada lecet lagi. Maka dengan sisa-sisa tenaga aku datang ke pasar yang tadi aku lewatin turun dari LRT itu, nyari makan lihat ada tulisan ‘Briyani Ayam Madu’... Hmmm, Nasi Briyani ada di list makanan yang harus aku coba. Ga pake lihat harga, langsung pesan Nasi Briyani Ayam Madu dan Teh tarik.

Kalau kamu mengharapkan nasi putih, maka siap-siap menelan pil kekecewaan. Nasinya campur-campur gitu. Ayam madu-nya manis banget (iyalah madu, mana gede banget pula), ada sayur dan santan. Maka, Cuma karena lapar aku bisa makan beberapa sendok makanan itu. dan lagi berjuang makan nasi dengan campur-campuran itu, pokoknya dalam hati ngebayangin nasi putih, pake dabu-dabu sagela dan sayur kangkung aja biar bisa ketelan, ada ibu-ibu sama bapak-bapak masuk pesan nasi putih dan lauk. DAMN!!!! Selera makanku yang emang ga ada, langsung bubar jalan. Udahlah yang penting udah makan pokoknya. Mungkin buat orang lain Nasi Briyani itu enak, buatku aku lebih suka yang simpel-simpel. Nasi putih pake telur goreng dan sambal juga udah enak banget itu. Oh iya, harganya yang aku bayar RM 14,20. Hitung sendiri rupiahnya berapa ya. RM 1 tuh Rp 3.250.

Nah, berhubung udah ada sedikit tenaga dari makan nasi briyani ayam madu (disebut terus biar kalian pada pengen) aku jalan-jalan di pasar itu dan ngeliat plang nama “Masjid India”. Aku Cuma foto-foto di depan, ga berani masuk. Bukan karena ga diizinin, tapi karena aku-nya yang emang ga bisa masuk. Yang cewek-cewek ngertilah.




Abis dari Masjid India, aku mau ke Pasar Seni. Naik LRT lagi? Ga usahlah, jalan kaki lagi, ngelewatin dataran merdeka yang luas itu lagi. Nemu? Ga juga. Ketutupan sama banyak gedung-gedung tinggi soalnya. Tanya polisi aja yang jaga. Nah kalau malu aku kasih sedikit gambarannya. Kamu udah di dataran merdeka, ketemu sultan abdul Samad building kan, jalan aja lurus sampe ketemu lampu merah, nah di lampu merah itu kamu belok kiri. Susurin aja jalan itu sampe sebelum lampu merah lagi belok kanan. Bangunannya warna biru, ada tulisan gede PASAR SENI. Mau masuk dari pintu depan kek, pintu belakang kek, sami mawon. Masuk aja, kamu udah di Pasar Seni. Nah, ngapain di pasar seni? Beli Oleh-oleh. Nawar-nawar boleh kok, anggap aja kamu lagi di pasar beringharjo apa di pasar senen gitu. Takut mereka ga ngerti bahasa kamu? Tenang aja...mereka punya translator sendiri dalam otaknya buat ngartiin bahasa kamu. Jadi kamu ngomong...ada proses loadingnya 4-5 menit sebelum dia menjawab. Tapi kalau mau lancar sih ya ngomong british aja. Haha.



Pintu utama Central market a.k.a Pasar Seni


Disini kamu mau nyari cokelat, gantungan kunci, kaos, pokoknya bejibun disini, suka-suka isi dompet kamu lah. Ada atm juga kalau pengen narik duit, tapi ikutin kurs hari itu ya. Aku pas narik kena RM 1 jadi Rp 3.270. kalau mau langsung nukerin duit juga di money charger, aku kebetulan punya duit Rp 100.000,- dan di tuker, Lumayan dapat RM 31,60. Jadi 1 RM-nya Rp 3.160. jadi terserah kamu sih mau tuker duitnya dimana.



Bukti transaksinya..buat kenang-kenangan aja, duitnya udah abis

Nah, abis belanja. Dan berhubung sudah capek, pengen buru-buru mandi. pulanglah kita. Siap-siap mau ke menara kembar a.k.a petronas nanti malam. Masa’ ke Malaysia ga ke menara kembar coba. Besok kan udah mau ke Melaka. 

Kamis, 10 November 2016

Batu Caves


Setelah sarapan, aku kembali ke KL Sentral. Bergumul dengan banyaknya manusia yang siap dengan urusan mereka masing-masing. Semalam aku sudah nyari info kalau ke batu caves kita harus naik KTM (monorail) dengan tujuan akhir batu caves. Ongkosnya a.k.a tambang kalau kata orang malaysia tuh RM 2,60.

Dan kebingungan kembali menghampiriku. Kamu ga bakal ketemu loket tiket, yang ada tuh mesin tiket otomatis. Jadi kita tinggal masukin duit aja. Aku perhatiin orang-orang kok ya sama bingungnya sama aku make mesinnya gimana. Mana ga ada petugas yang bisa ditanyain. Maka aku memberanikan diri (ini setelah berkali-kali merelakan antrianku karena takut malu ga ngerti cara pake mesinnya), pertama ngetik bahasa melayu. Nah bagian sebelah kanan atas tuh bakalan ada abjad gitu. A,B,C...dst sampe z. Nah berhubung aku pergi ke tujuan yang awalnya B, jadi pilih aja deh tuh B. Abis itu bakalan muncul tempat-tempat tujuan KTM dengan awalan huruf B, tinggal cari deh tuh Batu Caves.

Abis itu, di layar bakalan di tampilkan jumlah yang harus kita bayar. Pilih tunai dulu, terus masukin duitnya ke mesin. Kalau ga ngerti masukin duitnya gimana, nanti bagian mesin sebelah kanan bawah, bakalan kelap kelip (lampu dikota...dududu), hehe... nah masukin deh duit, misalnya nih ke Batu Caves kan ongkosnya RM 2,60. Masukin deh duit kamu, mau yang RM 1 kek, 10 sen kek, 5 sen kek, RM 5 kek, RM 10 kek, tapi jangan masukin RM 50. Nanti di mesinnya bakalan muncul tulisan “tuker duit ye?” hahaha...becanda, becanda. Mesinnya ga nerima duit RM 50. Susah mesinnya ngebalikin duitnya.

Oh iya, kalau yang masukin RM 5. Terus bertanya-tanya dalam sanubari duit kembaliannya gimana? Gampang...mesin bakalan balikin duit kamu sesuai jumlahnya, ga mungkin di korupsi. Abis bayaran nih trus kita dapat apa? Tiket? Hmmm... anda salah pemirsa. Yang keluar tuh koin plastik yang bakalan kamu gunakan di mesin buat masuk. Caranya? Tempelin aja tuh koin yang dari mesin tiket itu di pintu masuknya. Oh ya, jangan nempelin di pintu yang ada gambar x merahnya ya, itu pintu buat keluar, cari yang warnanya ijo. Tempelin, tunggu palangnya hilang dan tinggal masuk. Koin plastiknya di simpen sampe tujuan, nanti di masukin ke pintunya lagi biar bisa keluar. Ya kalo ga pengen keluar dari stasiun ya ga usah masukin ke pintunya. Simpen aja buat kenang-kenangan. Haha.

Nah, kembali ke tujuan semula. Batu Caves. Udah nempelin koin di mesin nih, aku langsung menuju ke platfom 3. Ke kereta yang menuju batu caves. Nah...ini lagi nih, soal platfom. Kudu banget dilihat tujuan kita bakalan ke mana, dan keretanya di platfom mana. Misalnya kita mau ke batu caves tuh, platfom 3, ya kudu ke platfom 3, jangan ke platfom 1, ga nyampe-nyampe batu caves-lah pokoknya. Aku cari tahu gimana? banyak-banyakin baca apapun yg di dalam stasiun. Ada petunjuk pas dari pintu masuk tuh kamu kudu ke platfom berapa. Kalau takut salah, tanyain aja petugas yang ada di bagian tengah-tengah KL Sentral, entar bakalan ditunjukin mesti ke platfom berapa.

Udah turun tangga mau ke platfom 3, aku denger kayak ada suara-suara orang Indonesia ngobrol. Pas balik badan, ada cewek berempat. Dan SKSD aku kambuh. Merasa sesama Indonesia, langsung deh nanya mereka mau kemana. Dan... Yeay...mereka mau ke Batu Caves juga. Udahlah bareng kita. Sama-sama baru ke Malaysia sekali ini. Mereka juga sama nyampe Malaysia-nya sehari sebelumnya. Hotel mereka deket sama Hotelku, sama-sama Orang Indonesia, dan sama-sama cewek. Nah, aku dapet teman akhirnya ke batu caves.

Pas turun kereta, kita kudu naik ke atas. Ngelewatin pintu (yang masukin koin plastik itu biar bisa keluar), turun tangga lagi, dan tadaaaa.... jejeran orang india jualan yang bakalan kamu temui. Terus patung nan tinggi warna emas itu dimana? Nah..susurin aja deh itu penjaja-penjaja India itu dan kita bakalan lewatin pagar yang dibuka kecil sebagai pintu masuk dan keluar ke daerah Batu Caves, dan patung Hanoman warna ijo gede bakalan menyambut. Ada kuilnya juga, pengen masuk tapi bayar RM 5. Ga jadi deh.


Patung Hanoman di sebelah kanan pintu masuk

Selanjutnya.. ya foto sama patung nan tinggi warna emas itu dong. Tapi kayaknya lagi perawatan deh pas aku kesana, ada pagar-pagar lumayan tinggi soalnya nutupin patungnya. Tapi gak apa-apa, kualitas fotomu tidak akan berkurang. Apalagi ditambah burung-burung dara yang buanyaaaakkkkknya minta ampun. Tinggal kasih makan, dan kamu bakalan dikerumunin pokoknya.




Puas foto-foto. Aku berpisah dengan teman-teman Pontianak-ku ini. Mereka tidak suka naik ke atas dan melewati 272 anak tangga, mereka mau segera ke Mesjid Jamek, dan buru-buru karena malamnya mereka harus terbang ke Bangkok. Aku juga sebenarnya mau ke Masjid Jamek, tapi berhubung aku juga pengen naik ke atas, pengen ngetes kemampuan kakiku menaiki tangga 272 anak tangga itu, jadi aku putuskan untuk bersolo travelling lagi.

Sepanjang jalan naik tangga tuh, aku malah berasa ada di tawamangu, solo. Banyak monyet a.k.a munyuk-nya, suka ngambil makanan pengunjung juga. bedanya disini, banyakan orang India-nya lagi pada (mungkin) berdoa. Sama kayak tempat-tempat suci yang pernah aku datengin, pakaian-pakaian minim tuh biasanya bakalan di kasih kain biar terlihat sopan. Aku sempat lihat ada orang-orang India yang datang, cowok khususnya diminta kesediannya ngebawa seember pasir karena di atas lagi ada pembangunan. Oh iya, mungkin karena pada tanggal 29, ada hari Deepavali. Aku juga tidak begitu tahu sih apa itu hari Deepavali, tapi kayaknya hari besarnya orang-orang India.

Naik...

Naik...

Ga berasa udah nyampe puncak, ga ngitungin sih kalau beneran ada 272 anak tangga. Pokoknya segitulah,capek soalnya. dan aku bisa bilang teman-temanku dari Pontianak tuh bakalan nyesel banget kalau sampai lihat bagian atas tuh indaaahhhhhhh bangetttttt.

  


Bagus kan?


Minta tolong difotoin anak Pekanbaru yg ketemu di atas

Jadi, saranku kalau mau ke Batu Caves, selain ngasih makan burung dara, foto sama hanoman dan patung nan tinggi menjulang itu, sebaiknya naik ke atas. Bagus. Banyak spot foto menarik dan sekalian olahraga

Minggu, 06 November 2016

Solo Backpacker ke Malaysia,Melaka dan Penang




Jam 10-an aku udah check in di bandara Hassanudin. Penerbangannya sih jam 11 lebih, tapi ga papalah datang duluan, orang baru pertama kali ini keluar negeri, kali aja ada prosedur lain gitu.

Berhubung aku Cuma bawa 1 ransel besar, dan 1 ransel kecil yang masih bisa ku bawa-bawa tanpa harus masuk ke bagasi pesawat, aku langsung cetak boarding pass di mesin check in sendiri yang ada di dekat counter check in Air Asia resmi. Naik ke atas, ke gate 7. Passportku (BARU!!!) dicap pertama kali. Dan mari kita mulai perjalanannya.

Mulai pemeriksaan. Tas diperiksa, segala aku mesti buka sepatu ngelewatin detector segala, berasa mau masuk masjid aja, hehe. Biasanya kan ga gitu kalau naik pesawat, apa karena ke luar negeri yah, jadi jauh lebih ketat. Tas ransel kecil aman, tas ransel gede diperiksa lama banget. Dan walhasil, barang-barangku banyak yang disita, ga bisa dibawa. Susu kotak milo, ini padahal rencananya mau aku bandingin sama susu kotak malaysia karena katanya rasanya lebih enak yang punya malaysia, tapi ga bisa dibawa, ya sudahlah direlakan saja.

Yang ga bisa kuterima adalah sunblog-ku yang berupa cairan, dan botolnya rasa gede emang, ga bisa dibawa, padahal itu baru aja ku beli di oriflame. Dan dengan polosnya aku nanya apa boleh disimpan, karena seminggu berikutnya kan aku bakalan balik ke situ lagi, dan ngambilnya, dan petugasnya sambil nahan senyum bilang kalau ga boleh. Dan aku harus dengan ikhlas melihatnya masuk ke tempat sampah padahal dipake aja belum, buka segelnya aja ga :’( jadi kesimpulannya, ga usah bawa cairan apapun itu lebih dari 100ml. Aqua aja masuk tempat sampah, tapi biasanya kalau minuman gitu ditawarin dulu di abisin di luar gate, baru masuk lagi.

Sambil nunggu, aku tuh rada penasaran, aku kan beli tiketnya pp, kok Cuma dikasih boarding pass pergi doang. Pulangnya? Nah..nanya sama petugasnya, dan bilang kalau harusnya aku cetak tiket. Karena waktu boardingnya udah dekat, mereka ga bisa cetak tiket lagi, jadi mending cetak di Malaysia aja. Mampus gue, nanti gue cetak tiketnya dimana? Manalah aku ngerti bandaranya kayak gimana.

 


Maka dengan perasaan was-was, terbanglah aku dari makasar menuju Malaysia. 3 jam lebih di dalam pesawat, akhirnya jam 15.30 aku nyampe bandara.

BLANK LANGSUNG!!!!

Ini bakalan kemana aku? Pokoknya ngintilin ajalah orang-orang yang wajahnya indonesia. Ternyata tuh kita ke imigrasi dulu, ke imigrasinya ini yang jalannya lumayan, jauhhhhhhh...

Pas di bagian imigrasi. Ibu-ibu yang jaga rada judes. Aku ditanyain gini langsung. “Di malaysia buat apa? Ku jawab “jalan” ditanyain lagi “Tak pulang?!” buset...pulang bu, pulang, aku Cuma belum cetak tiketnya aja.

Nah..setelah dijutekin petugas imigrasinya, aku kan ga perlu nunggu barangku dulu, jadi langsung keluar. Tujuan utamanya adalah kantor imigrasi. Dan pas keluar bandara yang aku temui adalah... MALL!!! Maka aku mulailah mengitari mall ini, dan karena udah lumayan capek, nanya sama petugasnya dimana kantor air asia. Nah, setelah ketemu kantornya, aku langsung minta di cetak tiketku.

Tiket pulang sudah aman. Sekarang caranya ke penginapanku yang pusing. Pokoknya aku nengok ke atas terus, ngeliatin petunjuk gitu kemana busnya. FYI, KLIA ini bandara iya, mall iya, terminal bus iya, terminal kereta iya juga. jadi kamu tinggal milih mau pake transportasi apa.

Nah, karena aku sudah searching dan nanya ke Kak Jeni (yang waktu itu ketemu di stasiun kiara condong) dia ngasih tahu kalau mau ke pusat kota a.k.a KL sentral, murahan naik bus, sekitar RM 11. Berhubung aku pas tuker duitnya RM 1 itu sama dengan Rp 3.250, jadi RM 11 itu sekitar Rp 32.500 ya. Dan kamu ga perlu ragu untuk harga segitu. Busnya nyaman minta ampun. Beda sama angkutan umum di Indonesia.

 

Tiket busnya

Nah, perjalanannya sekitar 2 jam-an sampe ke KL sentral. Sampe KL Sentral BLANK LAGI. Ini mall lagi tuhan. Ini terminal bus, mall, terminal kereta juga. Oh Tuhan ini aku ke penginapannya gimana. Udah lapar pula. Cari penginapan dulu lah. Pas lihat Hp. Betapa syock-nya aku. Paket dataku ga bisa dipake sama sekali, nanti aku google maps ke penginapannya piye coba. Bentar, aku lupa sesuatu, ngasih kabar orang rumah. Sms-lah aku. Ke papa dan mama, dan syock lagi pas ngecek pulsa langsung ludes gara-gara sekali sms ke Indonesia butuh Rp6.000,-. Mampus.


Suasana KL Sentral

Lapar, panik, syock, capek, udah datang sama-sama. Jadi aku memutuskan untuk makan dulu. Makan di tempat yang ada wifi-nya, dan yang langsung terlihat begitu di KL sentral ini sih ya... burger king. Ngantri, dan ga ada menu nasi. Iya iyalah. Namanya juga burger king, masa’ iya nyari nasi. Maka daripada cacing-cacing di perutku nanti ngamuk dan membuatku pingsan, aku pun memesan burger ikan, kentang goreng dan pepsi. Semuanya RM 9,00.

Sambil makan, mulai google maps. Di screenshot karena tahu begitu keluar dari sini, ga bakalan bisa google maps lagi. Kata google maps sih, aku cukup jalan 15 menitan. Okelah, gpp. Cuma 15 menit ini. Selesai makan, aku mulai jalan keluar nyari penginapanku, dan astaga...itu tidak semudah yang aku kira. Aku tersesat. Daripada makin tersesat dan udah mau malam, maka aku memberanikan diri nanya ke akak-akak cewek jilbaban yang duduk sendiri. Dan pemirsa, dia tidak tau juga, tapi dia dengan baik hatinya mau menggunakan hp-nya untuk google maps, nah mulai aku ngintilin dia, dan ternyata google maps versinya dia juga tidak membantu, nanya-nanya, ada kali 10 orang yang dia tanyain, dan ga ada yang ngerti Joy Inn Hotel tuh dimana. Dan dia harus pergi ketemu suaminya. Aku yang ngerasa bersalah karena dia udah repot-repot nyari, mempersilahkan dia pergi dengan meyakinkan dia kalau aku bakalan ketemu penginapanku sendiri.

Tapi, entahlah aku memang beruntung atau gimana. Google mapsku antara jalan dan nggak, tapi segitiganya tuh bergerak sesuai dengan arah jalanku. Ya Allah terima kasih. Maka mulailah aku jalan, dan akhirnya ketemu juga penginapan... Pods. Dan aha, aku inget kalau Pods itu searah sama Joy inn, dan alhamdulillah wa syukurilah, aku pengen nangis pas lihat tulisan merah gede Joy Inn Hotel.

Check in-lah aku. Anw, kita kudu bayar deposit RM 50,00. Tapi tenang depositnya bakalan di balikin lagi kalo kita check out, ini jaga-jaga aja kali aja nanti kamu ngilangin kunci, pengen nambah tempat tidur, pengen pake hair dry, pokoknya buat jaga-jaga aja, kalau ga kamu pake apa-apa, ya bakalan di balikin sepenuhnya. Aman.


Struk Deposit

Setelah ngerasa cukup istirahat, aku jalan lagi. Kali ini tujuannya ke pasar seni, kalau di goggle maps tuh dari Joy Inn Hotel Cuma butuh 25 menit. Okelah. Dan yang terjadi adalah, aku sudah tidak seberuntung tadi, segitiga di google maps-ku sama sekali ga mau gerak, jadilah aku muter-muter ga jelas. Dan aku baru menyadari 1 hal, KL sentral dan penginapanku itu dekaaaaaattttttt banget. Dari KL sentral kan udah di Nu Sentral tuh (mall) nah kita tinggal cari jalan keluar aja, dan nyebrang jalan sekali, udahlah nyampe ke Joy Inn Hotel. Ngapain juga muter-muter gemporin kaki. Huh..

 Dan ternyata bukan Cuma jalan pintas ke penginapan yang ku perhatikan, teryata ada orang india juga yang memperhatikanku jalan sendiri, dan nawarin buat minum dulu. Hiiiiiii... ga perlu nunggu hitungan 3, aku langsung balik kanan balik ke penginapan. Belum juga sehari, udah aneh-aneh gini. Biarlah aku nyimpen tenaga buat ke batu caves besok.