iklan

Minggu, 16 Desember 2018

OpiniFit#9: Alasan kenapa aku ga nikah-nikah sampai sekarang

Well,ini pembahasan yang cukup sensitif untuk ku. Lebih-lebih di usiaku. 

Pembahasan ini sudah teramat sangat sering dibahas. Kalau aku tidak salah ingat, sejak 2010. Ketika aku wisuda dari UNG. Teman-temanku bahkan sejak aku SMP udah ada yang nikah. Aku? Alhamdulillah sampai hari ini belum nikah. Hehe.

Suatu ketika, aku sedang bersama Bapak di Mobil. Kalau tidak salah di perjalanan pulang dari toko. Ada salah satu temanku yang nelpon, pembicaraan di telpon itu tentang temanku yang mau nikah. Selesai telpon Bapak bilang "Kamu jangan buru-buru nikah, cobain banyak hal dulu, kejar hal yang pengen Kamu kejar. Kalau Kamu buru-buru nikah, Kamu ga bisa nikmatin semua hal itu". Padahal itu aku umurnya udah 22 tahun loh. Umur dimana orang lain udah khawatir anaknya kok ga kelihatan tanda-tanda mau nikah, bawa pacar ke acara keluarga Aja ga. Padahal adek-adek sepupunya udah gonta-ganti pacar.

Tapi,bukan karena ada izin untuk tidak nikah dulu makanya aku belum nikah-nikah sampai hari ini. Aku sangat menikmati hidupku yang bebas. Asli. Ketakutan terbesarku untuk nikah adalah, jika hobi travelling-ku tiba-tiba hilang. 

Lagipula, nikah itu menurutku bukan soal aku sayang Kamu, Kamu sayang aku, mari kita nikah dan membangun keluarga. It's not simple as that. Nikah itu menurutku Ibadah paling panjang semasa hidup. Ga cuma soal urusan selangkangan. Nikah itu sama sekali bukan solusi. Nikah itu awal segala permasalahan. Eits...jangan protes. Kujabarkan kenapa aku bilang Nikah itu awal segala permasalahan. Berapa kali Kamu dengar kalau suami istri berantem terus ngomong "kalau tahu gini,aku ga Nikah sama Kamu!!!". Yaallah, asli...aku ga pengen sama sekali Denger ini,atau ngucapin ini ketika aku Nikah nanti. Nikah itu sekali Lagi,bukan soal senang-senang. Bukan soal bisa bobo bareng. Nikah itu berarti banyak hal yang Harus Kamu hadapi bareng. Tentang kompromi bersama. Jadi, kalau sudah siap Nikah, berarti sudah siap Bahwa suatu hari nanti (dan itu pasti) kalian bakalan berantem, tapi ga berarti menyesal sudah Nikah. 

Akad Nikah itu bukan cuma urusan restu walinya si perempuan. Hei..itu janji Kamu sama Tuhan loh. TUHAN. Waktu pas cinta-cintanya aja bilang bakalan ada terus. Kenyataannya, begitu ngerasa sudah dikit, buru-buru mau angkat kaki.

Duh..otak aku kalau ditanyain soal Nikah itu banyak indikatornya. Kalau dijabarin dari A-Z. Kenapa bisa gitu? Karena aku ga mau nanti Nikah, baru berapa tahun udah pisah, udah bongkar-bongkar aib. Pas ena ena aja seneng.

selain aku mau pernikahan aku bakalan bertahan lama, insyaallah kayak pernikahan ibu dan bapakku, jadi ya aku milih-milih lah. kalau ada yang bilang, kamu sih milih-milih. Beli sendal aja milih-milih tsay, mana yang pas dan nyaman, ini milih teman hidup loh, teman suka dan duka, ya masa' iya asal comot.

Nikah itu menurutku satu perkara besar. Maka aku harus siap secara mental. dan calonku juga harus siap secara mental. Harus mapan? ga juga. Rezeki udah ada yang ngatur. Ga usah terlalu ngekhawatirin itu. yang penting 

Sabtu, 15 Desember 2018

BacaanFit#3: Astrofisika untuk Orang sibuk


Untuk pertama kalinya baca buku fisika, bukan dalam bentuk novel, dan aku ga ngantuk. 

Aku,memang bukan jenis orang yang senang membaca buku yang isinya berat, dan dibawakan dengan cara yang berat pula. Buku pelajaran contohnya. Aku ingat sekali,biar bisa cepat tidur dulu jaman SMA, aku baca buku pelajaran. Dan itu efektif. Tapi buku tipis 144 halaman ini mematahkan semua yang sudah Kuyakini selama bertahun-tahun lamanya. Buku ini sama sekali ga bikin ngantuk. Pantas banget jadi nomor 1 New York Times Bestseller.

Isi buku ini? Tentang bumi duluuuuuuu sampai saat ini. Tentang teori- teori dan penemuan orang-orang jenius jaman dahulu yang sampai sekarang masih berlaku padahal alam semesta mengalami perubahan. Ya, alam semesta itu mengalami perubahan. Aku baru tahu setelah baca buku ini. Kalau dari SD aku ngapalin nama - nama planet sampai Pluto, sekarang Pluto tuh udah ga ada. Bahkan aku baru tahu kalau Uranus itu untung saja dipakai sebagai nama planet, Bukan George.

Abis baca buku ini juga aku baru tahu kalau Einstein pernah ngerasa kesalahan terbesarnya adalah menyatakan lamnda. Padahal sekarang semua orang tahu bahwa kesalahan terbesar Einstein adalah mengakui lamnda adalah ke salah terbesarnya. 

Buku ini juga menyadarkan aku bahwasanya manusia jenius yang fotonya selalu identik dengan menjulurkan lidahnya itu jarang menginjak laboratorium. Dia tidak menguji fenomena atau menggunakan peralatan ruwet. Dia ahli teori yang menyempurnakan "percobaan pikiran", dimana alam dipahami melalui imajinasi, dengan membayangkan suatu situasi atau model lalu mencari konsekuensi suatu kaidah fisika.

 

Jadi, sama kayak tulisan di awalnya, pas bagian pembukaan. Aku setuju sekali.

 



Senin, 26 November 2018

Puncak Valentine: Tomohon rasa Bali


Aku sepertinya belum selesai mengeksplor daerah tomohon. Karena Lagi-Lagi ternyata ada tempat yang belum aku datangi. Namanya puncak valentine. 

Puncak Lagi? Yes..masih puncak dan masih pemandangan gunung lokon yang jadi juaranya. Tapi,kalau sekedar pemandangan gunung lokon, semua puncak di Tomohon sepertinya menyajikan itu, kecuali rurukan. Jadi, apa hal lain di puncak valentine? Suasana  Bali yang coba dihadirkan lewat gapura, dan cafe kecil di bagian atas dengan nama 'Bali Hai' dengan pelayan yang menggunakan pakaian bali. Dan disini bir di jual bebas saudara-saudara.

Tiket masuknya Rp15.000,- sudah termasuk parkir, segelas kopi/teh dengan gelas sekali pakai. Kenapa tidak pakai cangkir saja seperti di danau Linow? Toh gelas bekasnya ga segera dibersihkan pelayannya setelah dibersihkan.

Aku sempet memesan kentang goreng, dan luar biasanya ga ada sambalnya. Ayolah, sisa yang makan kentang goreng ga pake sambalnya. Ketika aku Tanya ke pelayannya,katanya sambalnya habis. Okesip.

Tapi selain soal makanan, semua hal di puncak valentine menurutku bagus. Spot fotonya yang  kudu antri saking banyaknya yang mau foto. Tempat duduknya yang banyak buat menikmati kopi/teh/bahkan bir. Ya kalau mau cuci mata disini juga kayaknya bagus. Pemandangan manusianya Juara. Hehe. Plus home band-nya lumayan cakep. Kalau pengen nyanyi juga bisa. Cuma jangan caper ke anak band-nya aja. 

Nah..spotnya? Dari pintu masuk sampe pintu keluar. Dijamin kamu bisa punya banyak foto saking keren-keren spotnya. Istagramable pokoknya.






Minggu, 18 November 2018

BacaanFit#2: Fihi Ma Fihi

Hallo again..

Ini Buku kedua yang aku baca bulan ini. Buku ini sebenarnya bukan Buku dari rak buku-ku, ini punya adekku. Yap..adekku,jenis bacaannya yang berat-berat gini. 

Oke,sudah Ku singung sedikit,kalau ini jenis bacaan yang berat. Kamu kudu mikir untuk memahami isinya. Bahkan setelah baca ini pun,aku ngerasa banyak sekali yang aku tidak tahu,dan Harus aku cari tahu. Buku ini sejenis candu menurutku.

Fihi Ma Fihi sendiri menceritakan tentang 71 ceramah rumi untuk pendidikan ruhani. Nah, kayak sub-judulnya, isi Buku ini menceritakan secara terperinci tentang 71 ceramah yang disebut sebagai pasal 1 sampai pasal 71. Pendidikan ruhani, yes... isi Buku ini tentang sesuatu yang akan mengisi dahaga jiwamu.

Biasanya,catatan yg aku punya dari satu Buku,itu hanya 1 halaman bolak balik sudah terlalu banyak. Fihi ma Fihi,butuh 4 halaman bolak balik,bayangkan sebanyak itu pelajaran yang bisa aku ambil dari 400 lebih halaman di Buku ini.

Rumi. Jangan mengaitkan ini dengan El Jalaludin Rumi, anaknya Maya Estiyanti ya. Jalaludin Rumi yang dimaksudkan adalah seorang sufi yang penuturannya tentang agama begitu menggetarkan sekaligus membuatmu berfikir.

Sekali Lagi Buku ini tidak membahas tentang kehidupan rumi, tapi isi ceramah-ceramahnya. Sialnya,setelah baca ini,aku jadi ingin tahu lebih banyak tentang Rumi. Buku ini candu. 




Kamis, 08 November 2018

BacaanFit#1: The Hate U Give


Hallo..

Ini akan jadi tulisan pertama tentang ulasan buku yang kubaca. Biasanya yang aku bahas adalah perjalanan backpacker aku, atau opiniku. Tapi, belakangan, aku memikirkan untuk menambah satu bagian lagi dari blog-ku. Yap, ulasan tentang buku. Dan akan aku namakan #BacaanFit

Buku yang akan aku ulas (meskipun aku tahu aku tidak punya hak apa-apa untuk mengulas, juga tidak punya kemampuan itu) aku hanya akan menyampaikan pendapatku setelah membacanya.

Kali ini buku yang jadi pilihanku untuk kubaca adalah The Hate U Give. Buku yang sampulnya langsung menarik perhatianku, karena itu covernya aku banget. Hitam, Keriting, dan terasing. Untungnya ceritanya ga aku banget, aku pasti tidak akan sanggup menjadi Starr Carter. Aku sudah cukup puas dengan menjadi Fitria Koniyo.

Oke, tadi udah sedikit ku sebut. Tokoh utama cerita ini adalah Starr Carter. Cewek 16 tahun, berkulit hitam, yang punya kehidupan kompleks, meski aku merasa kalau Starr Carter ini punya semua hal baik dalam hidupnya. Keluarga yang luar biasa adalah pondasi kokoh, dan punya modal seperti itu, kurasa kamu bakalan bisa menghadapi apapun di dunia ini.

Starr Carter si cewek 16 tahun berkulit hitam, tiba-tiba menjadi satu-satunya saksi atas “pembunuhan” Khalil, sahabat masa kecilnya. Dan ini bukan pertama kalinya dia melihat sahabatnya mati. Natasha, sahabatnya juga meninggal ketika mereka umur 10 tahun ditembak orang yang tidak dikenal, dan pelakunya tidak pernah ditangkap. Sementara khalil, pelakunya jelas, seorang polisi dengan ID 151, dan ada saksi mata. Tapi, hukum ternyata membebaskan si opsir polisi, karena “mungkin” dia berkulit putih, sementara Khalil dan Starr berkulit hitam, dan kenyataan bahwa Khalil adalah pengedar narkoba, sehingga isu yang berkembang adalah kematian Khalil tidak punya arti apa-apa karena dia memang pengedar narkoba.

Masalah kematian Khalil, kemudian memunculkan masalah lain, yang memang sudah menjadi masalah sejak dulu, tapi coba ditutup-tutupi oleh Starr, karena dia dan Hailey bersahabat. Sama-sama pamain basket bersama Maya. Tapi kemudian Maya dan Starr sama-sama tahu kalau Hailey selalu kasar dan cenderung rasis dengan candaannya kepada Starr dan Maya.

Selain focus ke masalah star, ada juga masalah Maverick, atau dikenal Big Mav, yang punya toko kelontong di daerah yang memang terkenal penuh dengan kejahatan. Big Mav, adalah ayah Starr. Anak seorang King Lord (pengusa jalanan) yang sudah bertobat, dan begitu mencintai ketiga anaknya, Seven, Starr dan Sekani, dia bahkan mentato lengan kiri dan kanannya, dengan foto ketiga anaknya itu.

Big Mav, dan King Lord yang sekarang bersahabat. Tapi karena alasan Big Mav mau keluar dari gank, persahabatan mereka menjadi kacau. Apalagi dengan adanya Seven, anak yang lahir dari hubungan Big Mav dan iesha, yang adalah pacar King. Seven lebih sering berada di rumah Big Mav, bersama Lisa (istri Big Mav, ibu dari Sekani dan Starr) dibandingkan di rumah Iesha (ibunya Seven)  meski dia merasa punya kewajiban untuk menjaga Kenya dan Lyric (adik Seven, yang merupakan anak Iesha dan King). Kenya dan Starr bersahabat, dan mereka memiliki kakak yang sama Starr. Kacau memang hubungannya.

Tapi ceritanya begitu epic. Tentang bagaimana Starr menghadapi babak hidup sebagai satu-satunya saksi yang melihat pembunuhan Khalil, tentang pacarnya, Chris, yang adalah cowok kulit putih yang sudah dipacarinya selama setahun tanpa sepengetahuan Big Mav, tentang bagaimana Seven begitu melindungi adik-adiknya, Starr, Sekani, Kenya dan Lyric. Tentang pergumulan Lisa dan Maverick yang ingin memberikan kehidupan yang layak untuk Seven, Starr, dan Sekani dengan memasukkan mereka ke sekolah tempat mayoritas anaknya berkulit putih, tapi tetap tinggal di lingkungan yang setiap malam selalu terdengar tembakan, dan anak-anak mudanya jarang yang bisa melewati umur 18 tahun karena terbunuh.

Hingga, akhirnya semua kehidupan Starr yang dipisahkan sendiri olehnya ke dua bagian, antara Starr yang tinggal di tempat yang penuh kejahatan dengan Starr yang berteman dengan orang-orang kulit putih, bahkan punya pacar kulit putih menyatu karena perjuangannya membela Hak Khalil bahwa dia dibunuh oleh si opsir 151.

Tapi, diluar semua itu, ketika kerusuhan karena keputusan dewan yang tidak menjatuhkan tuntutan kepada si Opsir 151, kemudian toko-toko dituliskan “milik kulit hitam” aku jadi ingat cerita tentang “Milik Pribumi” yang pernah jadi sejarah Indonesia.

Akhir kata, aku Cuma bisa bilang, ini buku bagus. Wajar kalau jadi best seller.


Minggu, 28 Oktober 2018

Gunung Putih Donggala



Hallo..Oktober sebentar Lagi berganti November, dan sebaiknya aku harus tetap menulis walau hanya sebulan sekali.

Jadi,bahasan aku bulan ini tentang Gunung Putih di Donggala. Sebelum kita bahas apa itu gunung Putih, sebaiknya aku bahas dulu Donggala yang aku maksudkan disini,bukan Donggala yang beberapa waktu lalu terkena tsunami dan likuidasi. Tapi Donggala, di Gorontalo. Yap..namanya memang sama persis,tapi beda letak.

Oke..

Gunung Putih. Kenapa disebut gunung Putih? Karena warna-nya putih. Gunung ini adalah gunung kapur. Yap,kapur yang suka di pake buat bangunan. Nah,semacam tambanglah ini. Tempatnya luaaaaassss. Putih semua. Dan benar-benar bagus kalau dipake buat spot foto dan gratis. 

Aku saranin kalau datang kesini,sore-sore. Kalau siang panas banget soalnya. Dan kalau sore dekat-dekat situ ada yang jualan ilabulo. Enaakkk dijamin. Tanyain aja rumahnya tante oten atau om udin. Nah,yg jualan ilabulo tuh di rumah ini. Di balakang rumahnya spot foto itu. Jadi,bisa dapat 2 kegiatan kan? Bisa kulineran lokal sekalian dapat foto bagus.




Sabtu, 08 September 2018

Puncak Keletambal: tempat bagus dengan jalan menantang

Hallo...

September harus ceria,kayak tagline-nya September ceria 😁


Berhubung salah satu sumber keceriaan aku itu adalah jalan-jalan. Maka,aku mulai bulan penuh keceriaan ini dengan mengunjungi salah satu tempat wisata baru di daerah Tombatu. Masih di daerah Minahasa yah, Minahasa tenggara tepatnya. Jalannya sebelum ke gunung seputan btw. Patokannya taman kota Tombatu,masuk terus ke dalam,nanti ada petunjuk jalan kok. Ga banyak,tapi lumayanlah sebagai petunjuk,daripada entar berakhir di kebun warga.

Oke,balik ke topik. Puncak Keletambal. Sama seperti semua tempat wisata dengan awalan puncak,it's mean bakalan naik,naik,naik,naik,naik, sampe nemu spot-nya. Kalau bisa dibilang ini pemandangannya hampir mirip sama di Puncak Anugerah. Sama-sama memamerkan gunung seputan. Tapi bedanya,disini ada beberapa desa yang bisa dilihat. Bedanya juga,disini tempatnya anginnya ga begitu kuat kayak di puncak anugerah. Worth it lah untuk pemandangan puncak tapi ga gitu dingin.

Yang juga membedakan puncak Keletambal dengan puncak puncak lainnya yang pernah aku datengin,jalannya..Yaallah,motor matic aku sampai minta ampun,nangis nangis karena diajakin naik yang jalannya cocok banget buat offroad-An. Ga diaspal. Kalau kamu pernah ke bukit mahawu dan tahu jalannya, nah ini versi ga diaspalnya. Aku malah sempat jatoh,tapi..ya tetap aja nyampe atas bisa-bisanya foto,pesan pisang goreng pula. Haha.

Sedikit informasi, kalau misalnya kamu datang kesini, terus pas nemu jalan di semen aja kamu udah pengen balik,ku saranin balik aja. Asli, jalanan di semen itu ga ada apa-apanya dibanding jalanan selanjutnya. Kecuali Kalo kamu emang suka tantangan sih. Aku sih nyaranin banget.




Dua hal yang aku sadarin dari jalan ke puncak Keletambal. 

1. Beberapa tempat wisata di Tombatu itu jalannya ga di aspal. Kayak ke gunung seputan. Meski sekarang aku udah dapat kabar kalau sejak jalan masuk sampe ke pos udah di aspal,sejauh 3 km, tapi masih ada sisanya yang belum di aspal,dan aku masih akan memenuhi janji ku, aku ga bakalan kesana lagi kalau jalannya belum bagus semua, atau meski jalannya masih jelek aku bakalan tetap kesana asal ga sama motor ku aja.


2. Semakin banyak tempat wisata yang menjual panorama dari atas, dan sungguh itu membuatku senang. Kenapa? Itu berarti bahwa tempat itu tidak akan diratakan. Dan semoga tempat itu akan terus seperti itu sampai anak cucuku nanti

 

Selasa, 28 Agustus 2018

Museum Wayang




Beberapa waktu yang lalu, aku sempat mengunjungi museum wayang. Sebenarnya, udah aku posting sih di blog waktu itu, berbarengan dengan postingan soal Aceh, tapi waktu itu fokus tulisannya tentang kota tua-nya, bukan soal museum wayangnya.

Sama seperti kota tua yang pernah aku datangi, rata-rata mereka menampilkan banyak sekali museum yang bisa di datangi sebagai pilihan. Waktu Melaka, disebut kota tua juga karena banyaaakkkk sekali museumnya. Tapi penang juga banyak ding. Aku jadi lupa yang mana kota tuanya. Hehe

Nah, di kota tua ini ada banyak sekali museum, ada museum fatahillah, museum wayang, museum seni rupa, museum bank indonesia, dan museum bank mandiri. Dan karena waktu itu aku punya kesempatan untuk masuk ke salah satu museum itu, dan pilihannya jatuh ke museum wayang. Harga tiket masuknya Rp 5.000,- aku ga gitu tahu kalau museum yang lain harga tiket masuknya berapa, tapi rata-rata kayaknya sama segitu.



Seperti judulnya, museum wayang ini, isinya wayaaaaaaaanggg semua. Sejauh kamu melangkah sejak masuk sampai keluar, isinya ya wayang. Pokoknya semua jenis wayang ada disini, ga Cuma dari indonesia, ada juga wayang dari luar negeri, semuanya diatur rapi di dalam lemari kaca.




Tempatnya lumayan adem, jadi kalau mau adem-ademan di dalam sambil nambah ilmu, tempat ini cocok banget. Di luar, di Kotu-nya lumayan panas banget soalnya.

 


Rabu, 22 Agustus 2018

Puncak Rurukan




Hallo..hallo...

Sudah lumayan lama aku libur dari soal menulis. Padahal mah tiap hari aku masih ngecekin blog, tapi ya gitu, lagi ga ada ide mau nulis apa. Hmm...koreksi, ide sih sebenarnya banyak. Bahan kali yang ga ada. Asli...sejak terakhir kali ke air terjun tumimperas sebelum puasa, sampe tadi lebaran idul adha, aku baru bisa main lagi.

Jadi..cukup intro-nya...mari kita ngebahas tentang puncak rurukan. Tempat yang beberapa kali pengen aku kunjungin, tapi gagal terus, dan baru terlaksana hari ini. Aku bakalan ngegambarin puncak rurukan ini dalam 3 hal.

1.        Adem

Ini tempat luar biasa ademnya. Kenapa? Karena ini di puncak. Sama halnya kayak tempat wisata lainnya di daerah Tomohon yang emang bersuhu dingin. Kamu cobain deh ke puncak rurukan sore-sore pas anginnya lagi banyak-banyaknya. Asliiiii...adeeemmm banget. Kebetulan banget pas kesini, ga pake jaket yang tebal. Pesen kopi aja, aku masih ngerasa dingin.

Untuk orang-orang yang suka tempat adem, dan ga gitu rame. Aku nyaranin tempat ini banget. Karena meskipun banyak orang disini, tempatnya yang lumayan besar dan banyak spot-spotnya, jadi orang ga ke fokus ke satu titik, jadi bisa aja nemuin tempat buat nyantai.

 

2.       Tari Cakalele

Belakangan tari ini lagi terkenal, di moment 17 agustusan di istana presiden aku sempat liat ada suguhan tari cakalele, bahkan ada beberapa paspampres yang pake baju ala-ala penari cakalele. Khas banget pakaiannya, dan disini, di puncak rurukan ini, kamu bisa foto bareng sama mereka. Mereka ada di tengah-tengah spot puncak rurukan. Ga bakalan susah nyarinya, pakaian mereka teramat sangat mencolok dengan dominasi warna merah.

Aku ga begitu tahu kalau untuk foto bareng mereka ini gratis atau ada tarif tertentu, karena aku ga foto. Hehe. Tapi feelingku sih bilang kalau bayar deh, seikhlasnya, soalnya ada kotak gitu di depan mereka. Mungkin uangnya masukin situ. Selama aku disini, aku ga lihat ada yang masukin, tapi aku juga ga lihat banyak orang yang foto sama mereka. Ada sih yang foto, tapi masukin uang sesudah foto atau sebelum foto tuh ga aku perhatiin, aku pusing sama anginnya dan ademnya.

 

3.       Pemandangannya bagus

Seperti yang sudah ku bilang di poin 1. Puncak rurukan ini punya banyak spot. Mau foto pas di tulisan puncak rurukannya, boleh. Bareng penari cakalele-nya, boleh. Ngambil view kota tomohonnya, ga kalah oke. Ngambil view gunung lokon juga, luar biasa bagusnya. Siapin aja kapasitas memori yang banyak buat foto.

 

Selain 3 hal yang menjadi garis besar tentang Puncak Rurukan itu. Aku juga punya sedikit informasi, untuk kesini, dan kalau ga tahu arahnya, google maps aja. Ikutin aja, kamu bakalan ngenalin kok begitu udah mendekati tempat wisatananya, atau kalau sayang kuota, nanya aja, orang yang kamu tanyain selama mereka ngerti tempatnya, mereka bakalan ngasih tahu jalannya kok, trust me. Aku beberapa kali nyari arah di daerah tomohon, dan tiap kali nanya, orang-orang sana selalu sedia membantu.

Karena tujuannya puncak, jadi otomatis kamu bakalan ketemu jalan yang naik-naik ke puncak gunung. Tapi tenang, jalannya ga se-ekstrim kalau naik ke bukit doa kok, rame pula. Disimi ga ada gerbang “selamat datang di tempat wisata pucak rurukan”. Kamu hanya akan bertemu satu jalan yang ga diaspal, seukuran satu mobil, ada semacam sebuah kontener di depan dengan orang jaga, nah..udah...udah itu deh jalan masuk ke puncak rurukannya. Tanya aja ke orang yang berdiri di depan itu, selama kamu ga nanya, mereka juga ga bakalan manggil. Itu aku sampe nanya ke orangnya, kalau pintu masuknya beneran disitu. Terus pas aku mau pulang, ada rombongan motor juga yang udah di depan banget puncak rurukan, ga nanya ke petugas karcisnya, padahal petugas karcisnya udah di depan mereka, mereka akhirnya malah muter balik, ga jadi masuk. Budayakan aja bertanya yah, toh bertanya ga bayar ini.

Tiket masuknya Rp 10.000,-/orangnya. Waktu kesini, kami berlima. Aku, nurul, amat, mega dan farhan. Tapi farhan di-gratisin. Bayar 4 orang aja katanya, mereka berdua ga sadar aja kalau farrhan tuh udah kelas 4 SD, disangka masih bocah kali. Selain bayar tiket masuknya, ada biaya parkir juga. Motor Rp3.000,- kalau mobil Rp 5.000,- minibus Rp 7.500,-

Terus ga ada gratis-gratisan. Kalau beberapa tempat wisata di tomohon itu menggratiskan secangkir kopi/teh, plus ada yang ngasih bonus pisang goreng segala, disini, blasss...ga ada sama sekali. Jadi kudu beli. Untuk pisang gorengnya se-porsi Rp 15.000,-, minumnya berkisar di Rp 7.000,- sampai Rp 10.000,-. Anw, sedikit saran, pastikan harganya sebelum memesan. Pas kami, di menu-nya nutrisari-nya ditulis Rp 8.000,- tapi pas ngitungnya jadi Rp 10.000,-/ gelasnya. Naik Rp 2.000,- karena katanya pake es. Iya kali, pesan nutrisari pake air biasa.

Kalau ada yang mempermasalahkan kenapa aku protes masalah Rp 2.000,- doang. Maaf, maaf kata nih, sebagai anak akuntansi yang baik dan benar, selisih segitu bisa bikin otak meledak kalau ga balance kredit sama debitnya. Haha...

Akhir kata... kalau ke manado, dan kebetulan bisa meng-explore tomohon. Aku merekomendasikan tempat ini untuk didatengin.

 

 



Sabtu, 30 Juni 2018

OpiniFit#8: Being introvert di zaman milenial


Hallo semua...

Aku baru habis menonton film the circle. Film Hollywood produksi tahun 2017, yang diangkat dari novel best seller karya Dave Eggers yang diterbitkan tahun 2013. Kalian bisa searching filmnya atau baca novelnya. Cerita tentang perusahaan yang bisa dibilang mirip dunia sekarang ini. Filmnya reccomended by the way.

 



Habis nonton film ini. Aku tuh mulai berpikir sekarang ini. Tentang gimana kehidupan sekarang ini. Dimana semua orang ingin tampil. Dimana semua orang ingin diketahui eksistensinya. Ya upload foto, ya bikin status. Ya semua, agar orang lain tahu. 

 

Itu tidak menjadi masalah buatku. Toh aku punya semua media sosial itu. You name it. Aku punya. Dari zaman masih Friendster. Kemudian muncul Facebook. Dulu aku punya plurk, Twitter, IG, path. Semua aku punya, meski sekarang ada beberapa medsos ku yang sudah tidak kugunakan lagi. Karena sudah tidak happening lagi. Untungnya Fb masih bertahan sampai sekarang.

 

Aku masih ingat dulu, ketika aku menghabiskan banyak waktu di warnet untuk online. Kemudian invasi handphone pintar dimulai dengan adanya bb yang kemudian sekarang ditinggal. Bahkan BBM-ku sekarang tidak pernah digunakan lagi karena semua teman-temanku lebih prefer pake WhatsApps.

 

Aku ga mau membanding-bandingkan mana lebih bagus. Semua bagus menurutku. Tergantung mana yang kami suka dan mana yang digunakan temanmu. Percuma kalau kamu suka tapi temanmu tidak menggunakannya. Mau chat sama siapa emangnya? Ya kali...chat diri sendiri.

 

Sekarang ini. Semua orang ingin tampil.

Semua orang ingin mendapat like,Love,RT, pokoknya itulah. Semua orang ingin terhubung dengan dunia maya. Bahkan sekarang masalah dunia nyata diadukan ke dunia maya, masalah dunia maya dibawa ke dunia nyata. Mulai membingungkan mana dunia yang harus kamu jalani. Tak jarang aku lihat orang-orang dengan gamblangnya bikin status tentang masalahnya. Entah itu masalah pribadi. Masalah asmara. Masalah keuangan. Masalah keluarga. Tak ada lagi rahasia. Bahkan berdoapun sekarang sudah banyak di media sosial. Tuhan memang ada di mana-mana. Termasuk media sosial.

Bahkan. Sekarang ini. Orang tidak lagi perduli apakah yang diupload-nya itu sopan atau tidak. Bermanfaat atau tidak. Batasan-batasan itu sudah tidak ada lagi sekarang. Dengan gampang kamu bisa ngelihat foto orang kecelakaan di suatu daerah tanpa sensor. Tujuannya apalagi kalau bukan untuk like dan komentar yang banyak? Bahkan beberapa waktu belakangan di berandaku ada orang yang upload luka-nya. Ga disensor. Cukup dengan caption "yang ga suka telan bom aja". Wth! Kamu pernah mikir ga, ada yang scrolling medsosnya sambil makan? Apa menurut kamu luka yang kamu posting itu tidak menjijikkan dilihat saat sedang makan? 🤦🏻♀️pokoknya, Yaallah... kelakuan orang-orang di dunia maya sekarang ini ajaib-ajaib.

Aku kalau mau bikin keluhan ku tentang orang-orang di medsos, bisa kali bikin 1 buku. Tapi aku bukan mau ngomongin itu. Toh itu sudah jadi resiko-ku karena memilih untuk terkoneksi dengan semua orang.

Jadi, apa kabar para introvert?

Btw, untuk yang ga tahu introvert itu apa. Introvert menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah bersifat suka memendam rasa dan pikiran sendiri dan tidak mengutarakannya kepada orang lain  atau bersifat tertutup (aku nyari di Google loh barusan. Thanks a Lot to internet)

Menurut aku sendiri. Introvert itu adalah orang yang nyaman dengan dunia yang penghuninya cuma dikit. Ngobrol dikit kalau sama orang yang ga bikin nyaman, tapi bisa ngobrol panjang lebar soal satu topik yang dia suka. Malas berbasa-basi. Tidak terlalu suka keramaian. Lebih suka kelompok kecil tapi nyaman. Yah... Gitulah.

Orang-orang introvert ini pada dasarnya malas untuk tampil. Padahal rata-rata orang sukses di dunia adalah jenis manusia bersifat introvert. You name it. Mahatma Gandhi, J.K Rolling, Emma Watson, Abraham Lincoln, Albert Einstein, bahkan sekelas Bill Gates juga adalah seorang introvert.

Jadi bagaimana orang-orang introvert ini hidup di dunia yang semua orang ingin tampil? Semua orang ingin tahu kehidupan orang lain lebih daripada kehidupannya sendiri? Itulah hebatnya orang-orang introvert. Bukankah orang-orang introvert jauh lebih menarik perhatian daripada ratusan orang Ekstrover disekelilingnya? Bukankah terlalu menyebalkan ketika semua cerita hidupmu dibagikan? Orang jadi tidak tertarik lagi. Hal-hal bersifat tertutup jauh lebih menarik perhatian di dunia yang serba terbuka ini.

Aku masih tidak habis pikir bagaimana orang bisa tidak punya handphone di 2018. Sementara sekarang orang-oranv bahkan cenderung punya 2 hp. Atau mungkin 1 hp dengan 2 nomor. Satu nomor pribadi, satu nomor umum. Tapi pada kenyataannya ada. Aku bahkan punya beberapa orang di hidupku yang bisa melakukan itu. Dan mereka bernafas dengan normal. Baik-baik saja, sementara ada yang bakalan sakit kepalanya kalau ga buka medsos, ga ada kuota buat online. Ada.

Facebook. Everybody know whats it's Facebook. But not Everybody have Facebook. Orang tuaku contohnya. Apa mereka tidak ingin punya. Mungkin ingin. Tapi aku dan adikku tidak akan membantu mereka untuk punya, dan mereka tidak masalah dengan itu. Mereka tidak meminta orang untuk membuatkannya, padahal mereka bisa meminta adik sepupuku, atau siapa saja untuk buat Facebook. Kamu bahkan tidak perlu pergi ke warnet sekarang untuk membuat 1 akun Facebook. Karena aksesnya sekarang begitu gampang. Aku hanya tidak suka kalau orang tuaku suatu hari nanti tiba-tiba berantem gara-gara "status" Facebook. Ayolah. Itu hal paling menggelikan yang aku tahu. Berantem hanya karena "siapa suruh dia bikin status bla bla bla..." hahaha haha haha. Itu lucu banget sumpah. Jangan terlalu dianggap serius dunia maya itu. Jangan baper. Kadang orang bikin status tidak untuk menyindirmu tujuan mereka orang lain, tapi karena kamu ikutan kesindir ya itu bukan salah mereka. Kecuali mereka benar-benar mention nama kamu. Kalau kamu sekedar baper karena merasa ga bikin salah, itu wajar. Tapi kalau kamu cuek padahal yang dimaksud bener, kamu harus ngecek hatimu, masih hati manusia apa hati ayam 😅🙏

Menjadi introvert tidak akan menyakiti siapa-siapa. Menyenangkan malah menurutku. Kamu tidak harus peduli dengan pendapat orang tentang hidupmu, kamu tidak punya kewajiban untuk membagikan apa-apa dengan orang yang tidak ingin kamu bagikan rahasia. Terserah kamu. Senyamannya kamu. Toh orang introvert bisa hidup di dunia-nya sendiri. 

Intinya.. orang-orang introvert selalu punya caranya untuk bertahan hidup, bahkan di kehidupan serba viral ini. Dan pada kenyataannya orang-orang introvert yang jauh lebih bersinar dibanding banyak orang-orang Ekstrover disekitarnya. Menjadi tidak terlalu terbuka di dunia yang serba terbuka, menurutku bukan masalah besar. Rahasia masih tetap bisa dijaga sebagai rahasia. Asal jangan kau bikin status. It's not a secret anymore. Orang-orang akan mencari tahu kemudian menyimpulkan. Dan semua hal punya jejak. Termasuk apa yang kau tuliskan dimasa lalu, dan bisa dipakai untuk menyerangmu di masa depan. 

Jadi, pandai-pandai lah menggunakan media sosial. Berbagi itu penting. Tapi penting juga diketahui kalau tidak semua hal Harus dibagikan. 

 

Senin, 14 Mei 2018

Air Terjun Tumimperas


Hallo..

Kali ini aku mau cerita soal air terjun. Kayaknya terakhir aku ke air terjun itu di 2013 gitu deh. 5 tahun berarti. Lama juga ternyata.

Nah,kali ini aku masih meng-explore Tomohon. Pilihannya jatuh ke air terjun tumimperas. Tempat ini worth it banget kalau pengen yang adem-adem.

Sebenarnya di hari yang sama pas aku ke air terjun ini. Banyak banget yang ngajakin ke pantai. Tapi aku masih belum bisa move on dari pantai di Sabang. Jadi untuk sementara aku lagi ga pengen mantai-mantai dulu.

Back to topic. Air terjun tumimperas ini ada di ujung jalan pineras. Masuuukkkkkk sampai ke ujung. Aku bahkan beberapa kali salah jalan. Hehe. Tapi akhirnya nyampe juga dengan nanya sana sini.

Pas nyampe,ada beberapa anak muda yang duduk di pos. Nunjukin tempat buat parkir. Pas aku tanya kalau bayar parkir atau ga. Katanya biasanya ada,tapi orangnya lagi keluar. Ya udah aku langsung jalan ke bawah. Ngikutin tangga-tangga ber-semen menuju air terjunnya.



Ini pemandangan dari jembatan sebelum turun ke bawah. Nah ternyata jembatannya tuh awalnya si air terjun ini. Baru kelihatan kalau kita udah di bawah. 

Nah,turun nih semangat banget, karena ngedenger bunyi air dalam jumlah banyak yang jatuh kan. Yang bikin sedikit kecewa adalah karena disini ga boleh berenang. Tapi kalau sekedar main air sih sah-sah saja.



Dan akhirnya air terjunnya. Disini tuh ga rame. Pas aku nyampe cuma ada 2 pasang cewek cowok yang asyik foto. Terus selesai foto langsung naik lagi. Aku kan yah malas,udah jauh-jauh, terus foto doang dan langsung pergi, jadi aku masih disitu. Ga ngapa-ngain sih, ngelihatin doang air terjunnya. Bikin video,Selfi tapi seperlunya. Udah puas,langsung naik lagi.



Nah..naiknya ini yang PR banget. Tangganya rada susah buat dinaikin. Turun sih gampang. Pegel banget Yaallah. Sebentar-sebentar berenti. Dan aku sempat pusing. Aku belum makan pas kesini. Jadi, kalau mau kesini, pastikan kalau perut kalian terisi dan bawa air mineral,karena ga ada yang jualan disini. Padahal disini ga ada munyuk a.k.a monyet kayak di tawamangu. Tapi ga ada yang jualan. Apa karena masih sepi yah.

Tapi..overall tempat ini keren. Siapin fisik aja karena harus naik turun tangga. Menuju tempat keren kan emang harus ada pengorbanan dikit. 😁

Oh iya, pas ngambil motor di parkiran, emang ada petugasnya. Minta ngisi buku tamu dan ada kotak pertisipasinya. Jadi ga ada patokan biaya-nya yah. Selamat menjelajah

Minggu, 29 April 2018

Kota Tua (Kotu)







Sebelumnya..aku mau bilang kalau aku emang senang sekali memperhatikan kehidupan. Haha. Bahasa aku kayak bener aja yah. Tapi begitulah, aku suka saja memperhatikan sekitar. Mengamati. Dan itulah yang aku lakukan ketika aku punya kesempatan ke Kotu (Kota Tua).

Siang itu, karena ga tahu ngapain. Aku sendirian ke Kotu. Gita dan Tri kerja. Dan aku bosan di Kosan. Jadi dengan GO-JEK, Berangkatlah aku dari Kosan Tri menuju Kotu.


Sampai di Kotu. Aku bingung mau ngapain. Mau naik sepeda kok malas. Mau foto-foto juga malas. Akhirnya aku masuk museum wayang. Beres museum wayang, aku masih bingung ngapain, jadi yang kulakukan adalah nyari tempat buat memperhatikan kotu dan orang-orang disana.

Ada banyak banget orang disini, dari yang nyari duit, pacaran, wisatawan, studi tur dan lain-lain. Rame..padahal matahari di atas kepala lagi garang-garangnya, dan Kotu tuh jarang tempat buat berteduh. Tapi seakan ga peduli sama panas, orang-orang dengan riang gembira sepedaan, ketawa-ketawa, foto-foto. Dan itu kebanyakan anak-anak. Ya...anak-anak. Ketika jadi anak-anak aku tidak peduli berapa derajat panas hari itu, seberapa membakar kulitnya matahari, yang aku tahu cuma main. Dan begitulah mereka. Beberapa kali ada anak-anak yang jatuh, tapi kemudian bangkit lagi.

Selain anak-anak, sudah pasti ada ibu-nya. Gayanya lebih heboh dari anak-anaknya. Sibuk mengambil gambar anaknya, paling banyak selfie sendiri pakai topi pantai yang disewakan. 

Ada yang pacaran. Ceweknya bisa naik sepeda. Cowoknya ga bisa. Padahal cowoknya udah atletis banget. 2 kali digoes, oleng sepedanya. Aku sampai malu sendiri lihatnya.

Banyak pengamen dan anak-anak yang sedikit memaksa ketika minta uang. Ada anak yang minta-minta ke segerombolan anak SMP di samping tempat dudukku. Si gerombolan anak SMP ini baru aja beli minuman di Indomaret satu-satunya di daerah Kotu itu. Anak kecil ini minta duit ke anak SMP ini. Ga dikasih. Tapi ngomongnya dengan cara yang baik. Dijawab dong sama Si anak kecil "kakak beli itu bisa, ngasih aku ga bisa" upsss... apa semua anak kecil yang minta-minta seperti itu? Sepertinya di Gorontalo tidak.

Selebihnya, aku memperhatikan segelintir orang yang keluar masuk beberapa museum. Segelintir kecil dibanding orang-orang di luar yang sedang bermain sepeda di tengah teriknya matahari. Padahal tiket masuk museum itu cuma Rp5.000,- buat dewasa, dan bisa ngadem. 

 

OpiniFit#7: Orang-orang baik di ujung barat Indonesia


Hallo..

Masih soal perjalanan aku ke Aceh. Tapi kali ini ga cerita soal perjalannya, tapi opini-ku tentang  Aceh dan Sabang. Pulau paling ujung di Barat Indonesia.

(Ngomong soal barat jadi inget kera sakti. Mencari kitab suci ke barat 🤦🏻)

Oke..balik lagi ke topik.

Aceh dan Sabang itu daya tarik paling utama-nya adalah laut. Kenapa? Lautnya bagus-bagus. Cantik-cantik. Indah Bangka dan belitung sih. Tapi laut-laut di Aceh dan Sabang itu menggoda banget untuk nyebur. Kalau kata bang Muchlis tanpa Alatas, itu karena di Aceh dan Sabang itu ga ada pabrik. Jadi ga ada limbah.

Di opini kali ini, aku ga mau bahas pantainya. Ada banyak postingan soal indahnya laut dan sunsetnya. Tapi aku mau ngebahas tentang baiknya orang-orang Aceh dan Sabang. Mereka  ramah dan senang membantu.

Sejak pertama mendarat di bandara Sultan Iskandar Muda kami sudah dipertemukan dengan orang-orang baik. Clining servis mushola bandara, istrinya bang Muchlis yang sampai manggilin bang Muchlis yang lagi mandi buat nganterin kami, bang Muchlis yang banyak ngasih gambaran tentang Aceh, resepsionis hotel Siwah yang mau kami repotin, abang-abang yang punya rental motor yang sewa motornya mau kami tawar, gank 5cm yang nawarin tumpangan, Pak Bambang yang sampai di hari terakhir kami di Sabang masih nanyain kalau kami udah ke tugu 0km apa belum, bang Hadi si resepsionis AL-furqon yang mau motornya kami sewa 2 hari tapi bayarnya 1 hari doang, bapak-bapak di tempat jus yang mau nyariin becak..Duh YaAlllah baik banget mereka semua. Ternyata orang-orang di ujung barat Indonesia itu baik-baiknya luar biasa banget.

Dan 1 hal yang paling bikin takjub dari Sabarang. Jaraaaaaangggggg banget ngedengerin bunyi klakson kendaraan. Dan 1 lagi. Cewek-ceweknya cantik-cantik. Arab Arab gitu semua wajahnya. Dimana pun mesti ketemu yang cantik.

Rabu, 25 April 2018

Kembali ke Aceh dari Sabang





Hari ke-4

Pagi banget, aku dan Gita sudah bangun dan packing. Jam 4 pagi karena katanya Pak Bambang nyampe-nya jam setengah 6. Kenyataannya? Pak Bambang baru datang jam setengah 7. Setelah bang Hadi (si resepsionis) menyarankan untuk dianterin aja pake motor yang disewa kami. Oh iya, pagi itu juga aku dan Gita akhirnya melunasi pembayaran kamar dan motor. Motornya tetap dihitung Rp100.000,- padahal mah hampir 2 hari kami pakenya. Hehe. Dan sewa kamarnya Rp 350.000,- gegara kami ngincer jemuran yang ada di kamar itu, dan Plus TV. Kamar sebelumnya ga ada tv-nya soalnya.

Pak Bambang ngebut lagi, dan kami nyampe pelabuhan bahkan sebelum loket tiket kapal cepat-nya dibuka. Disini banyak calo, tapi ga ngoyo orangnya menawarkan. Mereka cuma ngasih tahu kalau kamu harus nyiapin ktp. Mereka cuma Bantuin kalau kamu malas ngantri. Yang ngantri buat aku dan Gita adalah Gita. Aku sempat ngantri juga, tapi duluan Gita yang dapat. Harganya Rp 80.000,-/ orang dan Rp 2.000,- sebagai retribusi.

Kami menunggu sampai kapalnya datang dari Aceh, kemudian kembali lagi ke Aceh. Hehe. Disini ada kejadian rada ga enak pas naik kapal. Di tiket kan udah ada nomor bangkunya. Pas kami nyari, eh udah ada yang menempati. Saat kita tanyain tiket ke ibu-nya, ibu-nya bilang cari aja yang kosong. Lah? Trus ngapain ditulisin nomor kursinya kalau gitu? Akhirnya kita ngehubungin petugasnya, dan petugasnya yang minta ibu-nya pindah. Ibu-nya sempat ngomel kenapa kami datang telat? Astaga...tidak ada hubungannya antara kedatangan cepat atau lambat dengan nomor bangku. Ternyata selidik punya selidik tuh, ibu-nya itu beli 1 tiket aja. Sementara dia bareng anaknya yang udah rada gede. Sekitar kelas 4-5 SD gitu. Ya kali dipangku. Capek kan? Ini kenapa bisa kejadian? Aku ga gitu paham juga sih.

Begitu dapat tempat kami yang seharusnya. Aku dan Gita langsung tidur. Kami butuh tidur banget. Eh, ga berasa udah di pelabuhan Ulee Lheeu lagi, padahal kami tidur aja baru. Keluar pelabuhan aku lihat bus Koetaraja lagi parkir di terminal. Nah, ini bus yang gratisan kata bang mukhlis tanpa Alatas waktu itu. Naik itu akhirnya aku dan Gita. Berhentinya di  terminal mesjid raya a.k.a masjid Baiturrahim. 

Kami kan belum sarapan nih? Pas banget di depan terminal itu ada mie kocok Aceh dan nasi goreng. Aku gan Gita akhirnya memutuskan untuk sarapan disitu. Aku makan nasi gurih pake telur. Gita makan mie kocok. Tempat ini rame. Banyak banget yang datang. Sekedar minum es campur atau makan mie kocok dan nasi gurih seperti kami berdua. Meja-nya terisi penuh. Tapi yang paling penting sih, disini ada colokan. Aku dan Gita numpang ngecharge. 

Beres makannya. Aku dan Gita menuju tempat oleh-oleh. Asliiii..kami belum beli oleh-oleh sama sekali. Dan kami akhirnya kalap. Di toko oleh-oleh ini, ada kali sejam kami doang yang dilayani. Ga ada pengunjung lain. Apa karena terlalu pagi dan hari Senin ya? Tapi itu justru baik buat kami. Nama tokonya pocut souvenir. Banyak banget pilihannya. Plus masih bisa nego-nego dikit. As always kalau aku jalan-jalan, ya oleh-oleh aku itu kopi. Apalagi ke Aceh. Kopi Gayo kan terkenal banget. Nge-hits. Jadi itu pilihan oleh-oleh ku.

Beres belanja. Pake GO-JEK kami menuju bandara. Nunggu sampai sore. Sampai jadwal terbang kami. Untungnya ga delay. Yang lucu tuh pas transit Medan,disuruh turun dulu,diburu-buru trus aku dan Gita duduk di tempat yang sama lagi. Yaallah. Ya kali. Dan setelah drama diburu-buru naik, tapi lama terbangnya. Aku nyampe Jakarta dengan selamat jam setengah 10. Gita langsung naik bus menuju Depok. Aku mau ke tempat Tri di Grogol. Aku memilih naik kereta dibandingkan naik ojek. Kereta bandara nih dari bandara ke stasiun batu ceper, di batu ceper aku hampir salah naik kereta yang harusnya aku ke arah duri, malah mau naik ke arah Tangerang. Balik ke bandara lagi dong. Untung Gita ngasih tahu disaat yang tepat. Akhirnya aku nyampe stasiun Grogol. Naik ojek ke tempatnya tri.

Gila yah.. hari itu semua noda transportasi aku coba. Becak, kapal ,bus, mobil, pesawat, kereta, motor. Gimana ga remuk-remuk coba badan aku.

 

Senin, 23 April 2018

Sehari di Sabang ala Fit



Hari ke-3


Setelah mandi dan siap-siap kami turun ke bawah. Kamar kami di lantai 2. Ini benar-benar perjalan ter-blank yang pernah aku lakukan. Aku ga nge-search apapun tentang Sabang. Kenapa? Seperti yang aku bilang di awal. Tujuanku ke Aceh cuma untuk masjid Baiturrahim seorang. Oke, aku pernah ngebaca beberapa blog tentang keindahan sunset di pulau Weh, tapi ga pernah aku tekuni. Alasan kedua aku ga nge-search apa2 soal Sabang adalah karena Gita yang ngebet banget ke Sabang dan dia yang nyari info semua di Sabang. Nyatanya? Kami benar-benar buta.

Nah..kunci jawaban permasalahan kami adalah resepsionis di bawah. Nanya lah kami harus kemana aja, yang jaraknya dekat. Bikin listnya. Dan Berangkatlah kami di tengah langit yang mendung. Tujuan pertama gua sarang. Karena ini paling dekat dengan penginapan kami. Tempatnya? Baguuusss.. dari atas aja viewnya bagus. Airnya ngajak buat nyebur banget. Sumpah. Beningnya subhanallah..



Tapi kami penasaran pengen naik boat. Bayarnya Rp 200.000,- buat 1 boat. Bisa untuk 10 orang. Nah, kami kan cuma berdua. Seratus dong per orang. Aduh, kok ga backpacker banget. Maka kami nyari orang. Kebetulan ketemu 5 cewek-cewek yang mau juga naik boat. Bertujuh lah kita naik dengan kesepakatan aku dan Gita bayar Rp 30.000,-/orangnya. Mereka sisanya. Terserah deh mau bayar gimana.

Lepas sepatu. Ga ada buat naiknya soalnya. Di batu-batu gitu. Aku dan Gita yang ngelepasin sepatu. Yang lainnya ga. Mulailah kami ke gua-nya buat foto-foto. Dari atas boat aja keren, itu kalau airnya ga gede, kami bisa masuk ke dalam gua pake boat. Masalahnya itu, pas itu lagi gerimis dan airnya gede. Jadi-nya kami sekedar foto-foto di depan gua sarangnya aja. Yang lucu adalah, sama abang-abang speedboat nanya ke Gita kalau aku pernah kesini. Muka aku katanya familiar. Nah Agita kan tahu kemana aja aku pernah pergi. Wong ini pertama kalinya aku ke Sabang.





Puas foto-foto kami balik lagi tempat buat naik boat itu. Nah, aku masih ngambil sepatu,yg keluar duluan Gita. Eh ga tahunya dia kepleset, basah celananya. Terus hujan. Ga ada alasan lain untuk kita ga balik lagi ke penginapan kan? Jadi kami buru-buru balik.

Setelah beres ganti. Kami ke pantai. Pantai paliiiingg dekat dengan penginapan. Itu jalan kaki doang. Dan ternyata itu pantai yang terkenal, dari pantai ini nyebrang ke pulau rubiah. Nah pulau rubiah ini tuh tersohor banget. Masalahnya itu teman-teman, aku ga pengen nyebur, Gita pun gitu. Akhirnya kita duduk-duduk aja di dekat pantai, menikmati rujak Aceh. Lumayan seger. Harganya seporsi Rp 10.000,- aja.

Habis dari pantai teupie layoh Pindahlah kami mau nyari makan. Gita pengen bakso. Ketemu yang di pinggir jalan. Gita persen mie ayam bakso. Astaga...mie ayam bakso versi Jakarta itu beda gitz, munculnya ya mie bakso dikasih suiran ayam doang. Haha

Abis makan, kami ke pantai pasir putih. Dan memang pantainya berpasir putih. Kalau mau santai-santai disini bagus banget. Kami menikmati es kelapa muda disini. Satu es kelapa muda seharga Rp10.000,- dibahagi 2. Haha



Selesai dari pantai pasir putih kami pindah ke pantai sumur tiga. Nah, pantai ini terkenal. Banyak orangnya. Sebelum pantainya banyak batu-batu karang gitu. Bagus. Tapi karena aku kesananya siang. Panas boy. Aku dan Gita foto-foto doang dan buru-buru ke tugu nol kilometer.


Tempat terakhir tujuan kami hari ini. Niatnya mau nunggu sampai sunset disini. Tapi panasnya Yaallah. Mau foto di monumen kilometer 0 tuh antri, tapi Antriannya cepat. Kenapa? Panas boy. Alih-alih ngelihat kamera, yang kamu lihat adalah matahari gede. Tapi sayang sunsetnya ga gitu bagus waktu kami kesini. Warnanya ga semerah ketika kami landing di Aceh beberapa hari lalu.

Sedikit saran, kalau mau ke titik nol. Datang agak sore, tapi pulangnya jangan nunggu langit gelap. Penerangannya minim dan masih banyak monyet yang suka turun ke jalan. Jadi lebih hati-hati kalau ke kilometer 0.

Sebelum pulang ke penginapan, aku dan Gita mampir beli makan dulu. Malas kalau diajarkan makan di gapang lagi. Murah sih, tapi nunggunya itu. Ga kuat. Aku beli ayam geprek yang tidak di geprek seharga Rp 25.000,- dan Gita beli sate gurita seharga Rp 15.000,- tempatnya tepat di sebelah kanan pertigaan ke pantai teupie layoh dan ke kilometer 0.

Biaya yang dikeluarkan:

-bensin buat motor Rp30.000,-/2 = Rp 10.000,-

- rujak Rp 10.000,-/2 = Rp 5.000,-

-bakso dan es sirup Rp 30.000,- /2 = Rp 15.000,-

- es kelapa muda Rp 10.000,- 

- ayam geprek Rp 25.000,-

- boat Goa sarang Rp 30.000,-

 

Kalau ada yang nanya kok hotelnya belum di bayar padahal kami malah upgrade ke kamar yang lebih bagus. Motornya juga? Ya karena kami mau bayar tapi sama si resepsionis yang setelah kenalan namanya bang Hadi. Bilang gampang. Besok aja pas kami mau pergi. Disuruh ketok kamarnya. Padahal kami mau ngejar boat besok paginya jam 8. Sempat ditawarin naik mobil pamannya, tapi bayar Rp 200.000,- normalnya Rp 250.000,- tapi karena terlalu mahal, aku dan Gita memutuskan untuk pake jasa-nya Pak Bambang lagi. Dan dia mau ngejemput kami. Katanya jam setengah 6 udah berangkat dari penginapan kami.