Hari ke-6 backpackeranku... masih dari daerah Mataram. Rencana-nya hari
ini aku bakalan balikin motor, check out, dan pindah ke Gili Trawangan.
Pagi-pagi aku masih mengulang kegiatan yang sama sejak aku nyampe
Mataram. Naik ke rooftop lihatin matahari terbit, balik ke kamar, bikin kopi,
nikmatin kopi sambil lihatin pemandangan sawah, kemudian siap-siap.
Setelah aku siap, udah selesai packing juga mandi, aku langsung
menghubungi tempat rental motor-ku, biar motornya diambil. Sekitar 15 menit
kemudian orangnya datang menjemput motor. Dan akhirnya aku check out dan siap
meninggalkan daerah mataram.
Setelah proses check out beres, aku langsung memesan ojek menuju
Pelabuhan Bangsal. Lumayan juga ojeknya, Rp 70.000,-an (tujuh puluh ribu
rupiah) yang belakangan baru ku tahu kalau jaraknya jauh. Naik-naik ke puncak
gunung soalnya. Tapi beda arah sama Sengigi atau ke Kuta yah.
Aku sempat nyari kendaraan umumnya sih, tapi kayaknya susah. Yang
akhirnya aku tahu kalau lebih susah lagi kalau nyari ojek online dari pelabuhan
Bangsal. Paling bener tuh bawa kendaraan sendiri, parkir di daerah pelabuhan Bangsal,
balik dari Gili baru ngambil balik motornya.
Sampai di Pelabuhan Bangsal, aku dianterin langsung di depan loket oleh
si Ojek, terbaik emang. Beli lah aku satu tiket ke Gili Trawangan, harganya Rp
23.000,- sekali nyebrang. Aku lupa seberapa lama aku nunggu, tapi ga lama-lama
banget sih. Nyebrangnya juga ga lama.
Sampai di Gili trawangan, aku langsung disambut sama pemandangan bule
bertebaran dimana-mana. Beda dari Warung Bude, disini aku nyaman-nyaman aja
meski banyak bule. Asli, kayak bukan di Indonesia aku. Aku jalan kaki menuju
hotelku. Jaraknya lumayan sih. 10 menit jalan kaki. Tapi gak apa-apa, sekalian
ngecek ombak kan.
Sampainya di hotelku, sebenarnya belum jam check in sih, tapi udah
dibolehin. Pas aku nyampe, pas nyerahin identitas, resepsionisnya bilang kalau
dia pikir aku orang Thailand karena di data-ku, aku nginep di Thailand.
Fyi, aku pas nginep di Gili trawangan ini pesan lewat Agoda, dan
kebetulan terakhir kali aku pakai agoda itu emang pas aku ke Thailand. Juga
karena marga-ku sih. Kadang di sangka Jepang, kadang di sangka Thailand, tapi
begitu lihat orangnya “ini mah warga lokal” haha... Di Lombok aja aku disangka
warga lokal.
Beres check in, aku ngadem dan makan dulu. Ah aku kayaknya kelewatan,
aku beli makan di pelabuhan, nasi telur, kentang, dan perkedel jagung, harganya
Rp 20.000,- (dua puluh ribu rupiah) aku beli pas nunggu kapal.
Pas lagi asyik makan, hujan turun. Jadi aku mengurungkan sebentar
keinginanku untuk langsung keliling Gili trawangan. Aku nungguin hujannya reda
dulu, baru nyari sewaan sepeda. Disini kendaraannya hanya sepeda dan Cidomo.
Meskipun aku lihat banyak sepeda listrik juga sih. Tapi aku memilih sewa sepeda
aja. Harganya Rp 50.000,- untuk sehari.
Awalnya aku mau sewa sepeda di hotel aja, tapi mereka kehabisan, jadi
aku nyari di jalan menuju pelabuhan. Tinggal sebutin aja nginep di hotel mana.
Dan mulailah aku keliling Gili trawangan pakai sepeda.
Entah aku lagi beruntung atau apa. Karena tadi sempat hujan, jadi ada
pelangi. Dan pelanginya tuh bukan pelangi yang ga kelihatan ujungnya itu.
Pelangi yang sama persis sama gambar anak SD, yang kelihatan ujung dua-duanya.
Jadi aku berhenti sebentar untuk foto dulu, dan melanjutkan keliling pulau.
Kamu tahu apa yang ku dapati. Sejam kemudian aku udah balik di hotelku.
Sumpah ternyata tidak butuh waktu lama untuk keliling pulau-nya. Bagian
belakang pulau tuh, cenderung lebih sepi dibanding bagian dekat pelabuhan. Yang
belakangan baru aku tahu, justru bagian belakang pulau ini jauh lebih rame
sejak sunset sampai dini hari.
Karena udah selesai keliling pulau. Jadi aku balik ke kamar lagi, dan
memutuskan nantilah, dekat-dekat sunset baru aku keluar lagi. Sekalian cari
makan. Di hotelku tuh sebenarnya ada fasilitas kolam renang di dalam, tapi ya
kan aku bukan tipe yang senang mandi di tempat umum ya, jadi aku tidak pakai
fasilitas itu.
Sorenya sekitar setengah 6 aku keluar lagi. Muterin pulau sekali lagi
sambil lihat tempat mana yang bagus dan tidak terlalu rame, dan akhirnya
pilihanku jatuh ke resto Itali. Duduk, dan langsung disamperin pelayannya.
Pesan makanlah aku, tapi minum tidak, meskipun diyakinkan si pelayannya kalau
minumannya tuh ga mengandung alcohol, tidak terima kasih, aku minum dari botol
air minum yang aku bawa aja. Lebih ke hemat ya, tolong.
Mulailah aku nungguin sunset, meski pada akhirnya agak tertutup awan.
Tapi setidaknya adalah sunsetnya lebih bagus dibanding di Mataram yang hujan
mulu kalau sore. Kemarin juga kan aku udah dapat sunset bagus di bukit Meresek.
Mulai jam 6 ke atas, orang-orang mulai berdatangan, resto tempat aku
makan tuh mulai agak rame. Agak tuh karena dibilang rame, ya ga juga, tapi
semua mejanya terisi. Satu yang ku perhatikan, orang-orang ini datang kayaknya
pake dress code, semua orang pake putih. Aku juga pake kemeja putih sih, tapi
mereka tuh kayak prepare banget gitu loh. Dan 1 lagi. Aku doang indo di resto
ini. Semua isinya bule.
Aku nungguin langitnya benar-benar gelap sambil ngabisin makananku. Pemandangannya
ya selain bule-bule ini, juga ada warga lokal yang bermain kuda. Kadang lewat
sama pelanggannya sih naik kuda juga. Aku sekali lagi tidak ada keinginan
mencoba itu. Aku cukup menikmati pemandangannya saja.
Setelah makananku habis, aku langsung minta bill dan pulang. Nah ini ada bagian pulau yang ga ada penerangannya
dan aku hampir tabrakan sama sepeda lain. Untung aku dan dia refleknya bagus,
sama-sama menghindar dan sama-sama minta maaf dan berlalu.
Sepanjang jalan sebelum tabrakan tuh, kamu bakalan lihat kalau kehidupan
baru saja di mulai di bagian belakang pulau. Aku tidak tertarik meskipun ada
temennya. Aku langsung pulang ke hotel, meskipun di dalam kamar akhirnya aku
nonton kartun sebelum tidur.
Tapi aku bersyukur aku ngambil hotel di bagian depan. Tidak berisik sama
dentuman lagu dari Beach Club, jadi aku bisa tidur dengan nyenyak, karena besok
pagi aku mau nunggu sunrise depan hotel, yang kata abang resepsionis-nya mulai
jam 05.30-an. Juga besok aku bakalan balik ke Mataram dan lanjut ke Bali. Si
abang resepsionis ini yang mikir aku orang Thailand.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar