iklan

Kamis, 14 Agustus 2025

Solo backpacker ke Bali dan Lombok #1 (8)

 

Hari ke-8 backpacker, masih di Bali. Ubud lebih tepatnya.

Selama ini beberapa kali ke Bali, biasanya aku hanya ada di daerah Kuta, kali ini aku memang niatnya mau ke daerah lain di Bali. Kenapa Ubud? Karena temenku yang ngejemput aku di pelabuhan Padang Bai semalam, tinggal di daerah Ubud ini. Biar deket aja. Sesimple itu alasannya.

Aku bangun agak siangan sih, ya wajar, udah nyampe malam banget di penginapan kemarin, masih keluar nyari makan, begitu pisah masih wa-an juga. Wajar banget kalau bangunnya siang. Tapi emang aku rencananya mau city tour aja sih, kebetulan juga tempat buat city tour yang aku pengen itu dekat dari penginapanku juga.

Tempat pertama yang aku datangi dalam rangka City tour adalah Pasar Seni Ubud. Tapi tentu saja tidak ada niatan beli, lihat-lihat aja. Aku males nambahin beban tas-ku, juga orang rumahku pasti tidak akan suka dengan konsep oleh-oleh yang seperti itu. Aku entar nyari kopi aja palingan. Endingnya aku malah minum jamu di Paasar Seni Ubud ini.




Nah karena aku minum jamu disini, aku baru tahu kalau jamu yang di jual di daerah Bali tuh bisa beli yang botolan gitu. Dulu pas masih ada Mba Iin (sekarang udah balik ke Jogja beliau) aku tuh sering minum jamu botolan gini. Sekarang tinggal beli yang gelas aja.

Dari pasar seni aku jalan kaki menuju Museum Lukisan, sebenarnya tujuan awalku adalah Pura Sukawati, tapi tuh aku agak ragu, karena kok pada antri bayar gitu yah, padahal di reels yang aku lihat katanya gratis. Jadi ku lewati dulu lah tempat ini, aku ke museum Lukisan dulu, ini aku tahu emang bayar. Tapi aku tidak tahu bayarnya berapa.

Di Traveloka bisa di beli tiketnya, harganya Rp 63.000,- (enam puluh tiga ribu rupiah). Nanti disana dikasih air mineral juga. Tempatnya super bersih, besar dan super nyaman. Aku beberapa kali ketemu pengunjung yang lain, tapi lagi-lagi kebanyakan wisatawan asing, wisatawan lokal aku doang.

Ada 4 bangunan yang bisa di datengin, isinya semua lukisan. Tapi ada 1 bangunan yang lukisannya dijual. Bagus-bagus banget, tapi ya harganya juga. Mak, udahlah pake dollar, dan harganya sungguh mahal. Emang seniman Bali tuh karyanya luar biasa banget ya.

Di salah satu bangunan, di depannya ada bapak-bapak lagi mainin angklung. Suaranya syahdu sekali. Ah, sama disini ada cafe juga. Aku ke toilet-nya aja, karena sepertinya tempatnya tidak masuk untuk kantong backpacker kayak aku ini.





Beres dari Museum Puri Lukisan, aku kembali ke Pura Sukawati. Kali ini aku ikutan antri dan bayar, Rp 35.000,- (tiga puluh lima ribu rupiah), dan tahu tidak, menurutku ini tuh tempatnya terlalu mahal dan penuh banget sama orang. Kenapa aku akhirnya masuk meski bayar? Sesimple aku penasaran aja tempatnya kayak apa.

Aku sengaja berlama-lama disini, mencoba menghabiskan jus yang diberikan sebagai welcome drink sambil mikir seberapa banyak pendapatan tempat ini. Dengan banyaknya orang yang masuk, dan tentu saja harga untuk turis asing jauh lebih mahal. Banyak sekali sudah pasti.






Sudah minum air pas di Museum Puri Lukisan, kemudian segelas jus dari tiket Puri Sukawati, jelas aku kebanyakan minum air. Aku butuh buang air, dan sekalian makan siangJadi yang kulakukan adalah nyari tempat makan yang halal tentu saja, kebetulan di tempat makan ini ada mushola-nya juga. Keren.

Aku segera memesan ayam betutu pas nyampe sana. Harganya Rp 44.000,- (empat puluh ribu rupiah). Worth it lah, mengingat aku ada di daerah Ubud, yang mana kayaknya orang-orang ini lebih welcome kepada wisatawan asing yang memang merasa uang lima puluh ribu itu tidak berarti apa-apa.

Pas aku lagi makan, ada 2 orang bule yang masuk, ibu dan anak kayaknya, mereka ngambil meja di sebelahku, mereka tuh ga pesan apa-apa, tapi ke toiletnya doang, terus cabut. Eh? Aku sampai terheran-heran. Ku pikir mau ke Mushola-nya. Ternyata ke toilet doang. Manusia tuh unik-unik yah.

Selanjutnya aku ke Serayu Pot. Naik ojek. Karena kalau jalan, jauh juga. Ini tuh sebenarnya tempat jualan pot. Tapi karena sama bapaknya jualannya disusun dengan amat cantik, jadilah tempatnya jadi spot foto. Tapi kalau mau foto disini, kudu bayar Rp 10.000,- dulu. Wajib bayar di awal ya. Aku tuh foto-foto aja dulu, terus dimarahin karena harusnya bayar dulu. Hehe, ya kan aku ga tahu, abis aku cari orangnya ga ada.


Selanjutnya aku pulang ke hotel lagi dengan ojek online karena Cuma Rp 4.000,- aja, sekalian ngambil laundry-ku. Ah, dekat hotel ada laundry, aku ngambil yang express, harganya Rp 30.000,-/kilo. Di Lombok aku bayar 3 kilo, Rp 30.000,- disini aku bayar Rp 30.000,- juga tapi untuk sekilo doang. Jomplang banget ya guys harganya.

Aku baru keluar lagi pas malam, karena mau ke daerah Gautama. Mau nyari oleh-oleh sekalian makan malam juga. Kesana naik ojek lagi. Harganya Rp 9.000,-. Setelah keliling-keliling, tidak ada yang ku dapat. Haha. Capek doang.


Sebelum pulang, aku makan dulu di tempat makan siang tadi. Menu yang sama, karena menurutku ayam betutu-nya enak. Besok aja aku nyari oleh-olehnya. Waktunya pulang ke hotel, dan nanya ke resepsionis, buat sewa motor, karena aku mau ke Desa Panglipuran.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar