Belakangan ini ada fenomena yang sepertinya
sudah menjadi kewajaran bagi kita semua. Semua orang ingin terlihat wah, semua
orang ingin mendapatkan perhatian, semua orang merasa
"bintang".
Caranya? Banyak jalan menuju Roma..maka lebih
banyak cara untuk mencari perhatian publik, dalam hal ini teman-teman media
sosial. Ada yang nyari perhatian dengan kerjaannya marah-marah, isi kebun
binatang semua dikeluarin, makin banyak yang Kepo, makin jumawa-lah dia. Status
marah-marahnya itu bisa berseri. Ada juga yang pamer, semua dipamerin. Ya
keluarganya, ya pekerjaannya, ya pakaiannya, ya makanannnya, ya air matanya, ya
duitnya, duh...semua-semua dipamerin. Sah-sah saja sih, aku tinggal lihat
doang. Aku cuma Kasian, hidupnya kok ga ada privasi banget. Semua jadi konsumsi
publik. Ada juga yang agamis banget, yang bangsat banget, Duh...mejikuhibiniu
banget lah isi TL.
Sah sah aja. Sekali lagi aku ga masalah soal
itu. Yang jadi masalah buat aku adalah semua kebiasaan itu. Kenapa orang-orang
jadi senang sekali memberi makan ego-nya. Demi like? Demi followers? Lalu untuk
apa?
Kalau dulu orang yang cari muka itu nyebelin
banget. Bisa dibilang sekarang buka medsos sekarang kayak ketemu 1000 orang
cari muka dalam satu waktu yang sama. Melelahkan. Pernah ga sih bertanya dalam
hati, pamerin semua ini demi apa? Demi ngasih makan ego kamu pasti
jawabannya.
Ayolah, diluar sana banyaaaaaakkkk sekali hal
diatas kamu, banyak juga hal di bawah kamu. Kenapa ga jadi diri sendiri saja?
Kenapa Harus memuaskan ego kamu yang terus-terusan minta untuk dikasih makan?
Memuaskan ego itu ga pernah ada habisnya loh. We are Human. Butuh perhatian.
Tapi jangan jadi hamba-nya perhatian. Kita manusia. Mahluk dengan ego yang ga
bisa dipisahin, tapi...ya jangan diturutin terus. Nyiksa tahu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar