Beberapa waktu yang
lalu, Allah ngasih rezeki yang banyak sekali sampai akhirnya aku bisa mengurus
Umroh. Hehe, click bait banget ya. Tapi beneran aku ngurus umroh sih, meski
bukan aku yang pergi. Ibu dan Bapak.
Iyap... Ibu sudah
lamaaaaaaa sekali ingin pergi umroh, uangnya sudah lama sekali disimpan untuk
mimpinya itu. Tapi ibu ga mau pergi sendiri. Mau sama bapak. Tapi bapak suka
bilang belum ada waktu dan rezekinya. Hingga pada November akhir, tiba-tiba
Bapak bilang, ayo pergi di Januari 2020. Mepet memang.
Kebetulan ada kenalan yang
emang ngurusin Umrah gitu. Sistemnya mirip abu tour gitu-lah. Tapi ini kenalan.
Aku segera ngehubungin, dan Kadarullah, ada jadwal yang emang berangkatnya di
awal Januari. Mulailah aku sibuk-sibuk ngurusin semuanya.
Pertama, setelah kita
bayar booking seat, nanti kantornya bakalan langsung ngirimin koper sama surat
rekomendasinya. Nah surat rekomendasinya tuh buat Kementrian agama dan Kantor
Imigrasi. Fyi, ibu dan bapak belum punya passport. Jadi otomatis harus bikin
yang baru kan? Nah disinilah letak kesibukanku dimulai.
Biar dapat surat
rekomendasi dari Kementrian untuk dibawa ke Imigrasi, kita harus menyiapan
berkas berupa:
1. Fotocopy
KK
2. Fotocopy
KTP
3. Fotocopy
buku nikah/ akta kelahiran
Nah, poin 3 ini yang
kemudian menjadi masalah buatku. Ibu dan Bapak sudah tidak punya akta
kelahiran. Hilang ketika banjir gede jaman aku masih kecil. Buku nikah? Adaaaa
sih, tapi datanya salah-salah. Ya Allah, aku entah berapa puluh kali bolak
balik di catatan sipil demi melengkapi berkas ini, hingga akhirnya akta
kelahiran baru ibu dan bapakpun keluar.
Setelah ketiga berkas
ini namanya sama semua, akhirnya keluarlah surat rekomendasi dari
kementriannya. Sampai satpam kementrian hapal aku saking seringnya aku ngisi
buku tamu. Haha.
Udah nih beres di
kementrian, tinggal ke Imigrasi. Datanglah aku nemenin ibu dan bapak ke
Imigrasi. Jadi sekarang tuh ternyata harus daftar online dulu dong, ngantri
online gitu. Jadi nanti dikasih tahu kalau kapan kita harusnya datang.
Kebetulan lagi ada kuotanya, jadi bisa langsung hari itu. Beres urusan itu,
bayarnya Rp 350.000,-, bisa langsung bayar di mobil pos yang ada di depan
kementrian. Dulu pas aku bikin passport harus nyari bank dulu. Sekarang sudah
lebih praktis. Seperti biasa, passport bakalan keluar 3 hari setelah
pembayaran.
Maka singkat cerita, 3
hari setelah pembuatan. Ibu dan Bapak pergi sendiri untuk mengambil passport,
sekalian mau suntik meningitis. Kartu kuning (tanda kita sudah suntik
meningitis) ini penting, karena ini adalah salah satu syaratnya. Nah, ternyata
suntik meningitis ini juga harus daftar online dulu. Mampus, ibu dan bapak ga
bisa yang kayak gitu. Aku rasanya pengen nangis karena ga ikut ibu dan bapak
ngurus itu. Aku harus jaga toko soalnya. Tapi Alhamdulillah petugasnya (kata
ibu) yang bantuin, sampai akhirnya kartu kuningnya keluar. Sehari aja bikinnya.
Nah udah semua nih.
Tinggal ngirim data-nya aja ke kantor umroh-nya.
Datanya:
1. 1. Passport
2. 2. Kartu
kuning
3. 3.Foto
copy KTP
4. 4. Fotocopy
KK
Ibu dan bapak kemudian tinggal berangkat.
Alhamdulillah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar