Hari keberangkatan ibu dan bapak adalah tanggal
8 Januari. Untuk menghindari hal-hal teknis yang sekiranya akan terjadi di
Jakarta nantinya, aku juga ikutan ke Jakarta. Perginya tanggal 7. Dan benar
saja. Drama itu dimulai sejak masih di Bandara Sam Ratulangi. Masuk chat dari
“agen travel”umroh, ngabarin kalau dia ga bisa jemput. Dan sumpah, disini aku
bersyukur setengah mati karena memutuskan untuk ikut nganterin sampe Jakarta.
Kalau misalnya dia ga bisa jemput, dan Cuma ibu dan bapakku. Yaallah... ga
kebayang aku.
Tibalah di Jakarta. Langsung pesan grab. Sialnya
titik si hotel yang udah aku pesan itu rada susah. Sampe si bapak grab-nya
marah-marah karena ga nemu-nemu, dan satu hal lagi, bapaknya ga kooperatif sama
sekali. Dia ga mau nanya, dan dia ga mau aku nanya. Sumpah ngeselin, kalau ga
ingat lagi sama ibu dan bapaknya, udah abis aku marah-marahin tuh bapaknya.
Pada akhirnya. Aku turun, nanya ke satpam. Dan
kelihatan banget satpamnya ikutan kesel ke si bapak grab-nya yang ga mau
ngaterin. Pada akhirnya aku minta turunin di depan aeropolis (iyes...hotel yang
aku pesan di daerah aeropolis), sama ibu dan bapak geret-geret koper,
nanya-nanya satpam dan ketemu. Ga begitu jauh kok.
Udah nih akhirnya ketemu hotelnya. Naroh barang.
Mandi. Keluar cari makan. Masalah selanjutnya adalah, ibu pengen makan ikan,
dank au tahulah nyari ikan di Jakarta itu ga kayak nyari ikan di manado. Pada
akhirnya makan soto ayam, karena udah kelaparan. Abis makan, pulang dan tidur,
siap-siap untuk besok.
Keesokan harinya. Siang-siang si agent travelnya
bilang mau mampir. Jadwal kumpul jam 5 sore juga sih. Sampe akhirnya jam 3-an,
aku, ibu, bapak dan si agent travel ini berangkat sama-sama ke terminal 3
soetta. Nemenin ibu dan bapak, sampai akhirnya mereka masuk ke ruang tunggu.
Aku pamit, dan langsung keluar bandara ketemu
Tri, dan Gita. Ibu nyuruh aku tidur bandara aja, tapi apa artinya ke Jakarta
kalau tidak ketemu dua sahabatku itu.
Besok paginya baru aku balik ke Manado.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar