Hallo...
Sudah baca part 1 dari backpacker ke Labuan Bajo kan? Mari kita
lanjutkan ke Part 2-nya. Inti dari si backpacker kali ini. Seperti udah aku
notice di part 1, bahwa salah satu list hidupku adalah ketemu komodo. Tapi
Labuan Bajo kan bukan Cuma pulau komodo, ada beberapa pulau lainnya yang
cantik-cantik. Salah satu yang terkenal kan si pulau Padar.
Standart harga untuk keliling pulau seharian itu tergantung kamu
pake kapalnya apa. Kapal biasakah, speed boat kah, atau yang private gitu.
Banyak banget pilihannya, tapi berhubung aku tuh sobat missqueen, cari yang
murahlah.
Di The Teuz Hotel sendiri ketika kamu check in di kantornya tuh
ada spanduk di belakang meja resepsionis, paket paling murah itu Rp 700.000,- (tujuh
ratus tibu rupiah), aku tidak usah cari tahu yang harganya paling mahal ya,
mana sanggup aku bayarnya. Tapi.. sebagai backpacker, kamu harus rajin-rajin
nyari perbandingan harga. Kalau ketemu yang jauh lebih murah kan Alhamdulillah,
bisa buat yang lain gitu duitnya.
Nah, pencarian kami bertiga itu mulai dari ada bapak-bapak yang
kamarnya pas ditengah kamar kami, bilang kalau ada paketan tour sehari itu Rp
1.350.000,-/ orangnya. Pake speed boat. Ada juga kakak ojek yang menawarkan
harga Rp 1.200.000,- / orangnya, tapi aku ga tahu juga kalau pake kapal apaan.
Aku keburu kaget duluan sama harganya, udah kek tiket pesawat banget ye kan.
Sekali lagi jangan males-males nyari ya. Kami tuh entah berapa
kali bolak-balik ke pelabuhan buat nyari perbandingan harganya. Ini juga karena
banyak tempat yang tutup. Eh kadarullah malah nemu yang murah. Sumpah. Murah,
dibawah harga standart paling murahnya. Cuma Rp 600.000,- (enam ratus ribu
rupiah).
Kalau kau juga kebetulan ke Labuan Bajo, datanglah ke pelabuhan,
sebelum gerbangnya kamu bakalan lihat tempat penyewaan alat-alat snorkling di
sebalah kiri. Tempatnya kecil, dan emang ga meyakinkan, tapi sumpah itu paling
murah. Pas deal harga segitu, kita disuruh ngasih tanda jadi gitu. DP. Bebas.
Karena sebetulnya aku tidak percaya dengan tempat ini, kami Cuma DP Rp 50.000,-
(lima pulih ribu rupiah) untuk 3 orang. Tapi tenang aja, ibu-nya amanah
insyaallah. Toh buktinya aku jadi keliling pulau-nya.
Rp 600.000,- itu buat ke Pulau Padar, Pulau Komodo, Pink Beach,
dan Pulau Kelor, Alat snorkling, air mineral dan makan siang. Jangan bilang
aduh segitu aja. Itu aja makan waktu seharian banget kalau pakai kapal biasa.
Tapi percayalah, itu harga yang murah menurutku disbanding pengalaman yang
nantinya kamu dapatkan.
Oh iya, system disana kamu harus booking dulu ya, ga bisa pas mau
berangkatnya baru nyari kapal. Persiapannya ituloh. Jadi usahakan sore-nya udah
clear gitu, jadi tidaknya kalian pergi sama paket yang itu. Aku kasih nomernya
Mba Eti ya, 081237269778, kamu bisa ngehubungin nomernya kalau mau ikutan tour
juga.
Kita diminta ngumpul di pelabuhan jam 5 subuh paling lama jam
setengah 6. Ini karena selain tempatnya jauh, juga menghindari terik ketika
naik ke Padar. Dari pelabuhan komodo ke pulau padar butuh waktu kurang lebih 3
jam. Disedian teh/kopi yang bisa kita seduh sendiri. Juga di kapalnya ada
toiletnya, jadi aman ya manteman.
Sebelum kapalnya berangkat kita bakalan di breafing dlu sama awak
kapal, diperkenalkan siapa aja yang bakalan pergi. Waktu itu kru kapal 4 orang,
yang breafing kami namanya Majid, yang lain aku ga tahu, hehe. Dia juga bakalan
ngumpulin duit Rp 180.000,- (seratus delapan puluh ribu rupiah)
yang adalah retribusi masuk ke pulau komodo.
3 jam ngapain aja di kapal? Sumpah kamu ga akan bosan sama sekali,
banyak banget pulau cantik yang akan kamu lewati, jadi sudah pasti aku tidak
mabok laut kayak nyebrang dari Aceh ke Sabang pakai kapal fery 2 jam. Matahari
di belakang kita juga enak banget, seakan-akan ikut menemani perjalanan itu.
Sedikit saran, pastikan kondisi kalian fit dan sarapan ya. Tempat
pertama yang kami datangi yaitu Pulau Padar, panasnya minta ampun karena emang
ga ada pohon sama sekali, juga nanjak. Ada 786 anak tangga. Tapi tenang, 784
anak tangga ini dibagi ke 4 pos. Pos 4 paling enak sih ada pohon bidara buat
neduh, dan disetiap pos ada yang jaga.
Nah, seperti yang sudah aku bilang, pastikan kalian sarapan dan
badan fit ya. Karena kalau tidak, sumpah badan kamu ga akan tahan dan bisa-bisa
pingsan. Menurut bapaknya yang jaga di pos 4, dia tiap hari ngelihat orang
pingsan, dan mereka terpaksa harus turun ke bawah ngambil tandu. Ga usah deh
kita orang Indonesia yang jarang jalan kali, bule-bule aja katanya banyak yang
nyerah. Ada yang Cuma sampe pos 1, 2 atau bahkan 3. Tapi tenang aja, tiap
pemberhentian pos itu, kamu bisa ngambil foto yang bagus kok, tapi emang yang
paling juara sih di pos 4.
Ah, apa aku sudah cerita kalau rombongan kami itu ada 7 orang.
Kami bertiga, sepasang suami istri dari cilacap dan 2 orang backpacker dari
jawa barat yang udah 10 hari pake motor keliling bali dan Lombok.
Sedikit saran selain sarapan, bawa air minum, pake sunblock, pake
kacamata hitam, bawa payung, pakai topi, apapun itu yang bisa buat menghalau
panas. Sumpah panas banget. untung aku bawa topi.
Di padar sendiri, petugas dan orang kapal menyarankan untuk naik
sebelum jam 11 pagi karena emang panasnya luar biasa, tapi kata kakak yang jaga
pos, ada juga yang suka coba-coba nguji ketahanan kakak-kakak nih soal panas di
Padar, ada bule yang sehari sebelum kedatangan kami naik jam 1 siang. Duh ga
kebayang kayak apa panasnya. Jangan nyusahin ya manteman, pergi pagi aja, biar
sama-sama enak. Kalian ga kesusahan naiknya, juga ga merepotkan ranger.
Abis dari sana, kami pindah ke Pulau komodo. Begitu turun, udah
ada 1 komodo dekat pohon di pantai, tapi sebagai orang awam, ga ada yang berani
deketin, ya kali kami deketin, dia dari merem ke buka mata aja kami langsung
pasang kuda-kuda.
Kami bertujuh dikumpulin terus di breafing lagi sama ranger-nya. Kami bertujuh dikawal 2 ranger yang bawa tongkat. Kalau kau Tanya bagaimana keadaannya, menurutku itu sepiiii banget, bukan karena ini pulau teritorialnya komodo ya, tapi karena pandemic. Jangankan berlibur, buat makan aja sekarang udah susah. Tapi jujur aku lebih suka gitu, jadinya bisa menikmati suasananya, bukan menikmati lautan manusia.
Balik lagi ke topic, kami kemudian mulai jalan, baru mulai jalan
beberapa meter udah ketemu komodo. Foto-foto lanjutin lagi jalan ketemu lagi,
nah sama yang ketiga ini kami foto-foto. Ranger-nya malah yang bertugas foto,
kita diarahin seakan-akan dan seolah-olah megang komodo. Tapi aku ga foto gitu.
Kenapa? Hmmm... ga suka aja. Bingung kalau harus dijelaskan alasannya apa.
Abis foto-foto. Perjalanan di pulau komodo-nya selesai.
Alhamdulillah ga perlu jalan jauh udah ketemu 3 ekor. Aku juga ngeri kalau
harus jalan jauh masuk ke hutan. Yang penting aku udah pernah lihat komodo aja
gitu. Toh setelah dilihat langsung, komodo tuh persis kek biawak yang sering ku
lihat, Cuma ukurannya aja yang gede.
Aku berharap sih ngelihat gimana dia berburu atau berantem, tapi
ya kali tiap ada pengunjung dia atraksi. Itukan hewan liar. Bukan di kebun
binatang.
Selanjutnya kami pindah ke Pink Beach, di perjalanan dari Pulau
Komodo ke Pink Beach makanan udah dibagiin, dan kami semua sibuk makan,
menu-nya lalapan, dan sambelnya enak.
Pink Beach itu dikasih nama gitu karena pasirnya berwarna pink
akibat alga. Emang pink kalau kamu sentuh. Airnya jernihhhhhhh banget, sayang
kalau kamu ga nyentuh airnya. Mandi sekalian kalau boleh. Kami semua mandi
disini. Jadi ga peduli sama matahari diatas, padahal kami di Pink Beach itu
sekitar pukul 2-an. asli, di padar aja udah panas membahenol gitu, gimana jam
2. Main air pula. Uji nyali banget asli. Walhasil gosong kan itu muka, tangan
dan kaki. Tapi siapa peduli?
Abis main air, aku ganti di toilet kapal, ga mandi karena sama aja
air di kapal juga air garam. Dan kami masih punya 1 pulau lagi untuk dikunjungi.
Jadi aku ganti aja. Tujuan selanjutnya adalah Pulau Kelor. Jadi ini kapalnya
udah arah sebaliknya ya, kamu bakalan sunsetan di kapal. Matahari lagi-lagi ada
di belakang kamu.
Nah perjalanannya kurang lebih 3 jam lagi. Tapi perasaannya jadi
lebih nyantai. Ngopi enak banget itu. Dan tahu tidak, diperjalanan pulang kami
ketemu lumba-lumba 1 ekor. Sialnya aku ga sempat ngambil foto, padahal kapten
kapalnya sempat muter balik kapalnya ngejar si lumba-lumba, kekejar emang tapi
pas dideketin, lumba-lumbanya udah turun ke bawah laut lagi. Tak
apalah, toh udah disimpan di ingatanku gimana perasaan ngelihat lumba-lumba di
tengah laut lepas.
Pulau selanjutnya adalah pulau kelor. Kami dikasih waktu setengah jam aja disini, soalnya udah jam 6 lewat. Ah, iya, disini jam setengah 7 baru langitnya mulai gelap. Sedang jam 6 pagi langit masih gelap.
Di pulau kelor aku minum kopi di tenda kecil, segelasnya Rp
10.000,- (sepuluh ribu rupiah), awalnya sih mau pop mie, tapi harganya
dong. Ga diseduh Rp 15.000,- (lima belas ribu rupiah) dan kalau diseduh
Rp 25.000,- (dua puluh lima ribu rupiah) aku mending makan mie goreng di
penginapan, Cuma Rp 10.000,- (sepuluh ribu rupiah) udah pake telur.
Disini bisa naik ke puncak juga, tapi kami bertujuh memilih tidak
melakukannya. Jembatan dan pemandangan pulau disebelah pulau kelor tuh cantik
banget. tapi sialnya hp-ku disini error, penyimpanannya penuh. Jadi foto-foto
ketika disini ga ada yang bisa diselamatkan. Foto pemandangannya sih ada, foto
aku sendiri ga ada. Ya ga mungkin balik lagi untuk foto kan.
Balik ke daratan lagi, Ririn dan Vian mampir beli makan di warung
makan sebelah masjid. Ikan+telur seharga Rp 20.000,- (dua puluh lima ribu
rupiah), dan mie ayam di trotoar pertigaan pelabuhan, katanya enak, dan
besok kami berencana makan disana. Seporsinya Rp 15.000,- (lima belas ribu
rupiah), aku ga tahu bentukannya karena aku masih kepengen makan mie,
jadinya pesen mie di penginapan ditambah nasi. Rp 15.000,- (lima belas ribu
rupiah).
Pulangnya kami pakai motor lagi. Nyewa motor di Uereka lagi.
Soalnya besok rencananya kami mau ke Wae Rebo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar