iklan

Sabtu, 27 Maret 2021

Backpacker ke Labuan Bajo #2

 

Hallo...

Sudah baca part 1 dari backpacker ke Labuan Bajo kan? Mari kita lanjutkan ke Part 2-nya. Inti dari si backpacker kali ini. Seperti udah aku notice di part 1, bahwa salah satu list hidupku adalah ketemu komodo. Tapi Labuan Bajo kan bukan Cuma pulau komodo, ada beberapa pulau lainnya yang cantik-cantik. Salah satu yang terkenal kan si pulau Padar.

Standart harga untuk keliling pulau seharian itu tergantung kamu pake kapalnya apa. Kapal biasakah, speed boat kah, atau yang private gitu. Banyak banget pilihannya, tapi berhubung aku tuh sobat missqueen, cari yang murahlah.

Di The Teuz Hotel sendiri ketika kamu check in di kantornya tuh ada spanduk di belakang meja resepsionis, paket paling murah itu Rp 700.000,- (tujuh ratus tibu rupiah), aku tidak usah cari tahu yang harganya paling mahal ya, mana sanggup aku bayarnya. Tapi.. sebagai backpacker, kamu harus rajin-rajin nyari perbandingan harga. Kalau ketemu yang jauh lebih murah kan Alhamdulillah, bisa buat yang lain gitu duitnya.

Nah, pencarian kami bertiga itu mulai dari ada bapak-bapak yang kamarnya pas ditengah kamar kami, bilang kalau ada paketan tour sehari itu Rp 1.350.000,-/ orangnya. Pake speed boat. Ada juga kakak ojek yang menawarkan harga Rp 1.200.000,- / orangnya, tapi aku ga tahu juga kalau pake kapal apaan. Aku keburu kaget duluan sama harganya, udah kek tiket pesawat banget ye kan.

Sekali lagi jangan males-males nyari ya. Kami tuh entah berapa kali bolak-balik ke pelabuhan buat nyari perbandingan harganya. Ini juga karena banyak tempat yang tutup. Eh kadarullah malah nemu yang murah. Sumpah. Murah, dibawah harga standart paling murahnya. Cuma Rp 600.000,- (enam ratus ribu rupiah).

Kalau kau juga kebetulan ke Labuan Bajo, datanglah ke pelabuhan, sebelum gerbangnya kamu bakalan lihat tempat penyewaan alat-alat snorkling di sebalah kiri. Tempatnya kecil, dan emang ga meyakinkan, tapi sumpah itu paling murah. Pas deal harga segitu, kita disuruh ngasih tanda jadi gitu. DP. Bebas. Karena sebetulnya aku tidak percaya dengan tempat ini, kami Cuma DP Rp 50.000,- (lima pulih ribu rupiah) untuk 3 orang. Tapi tenang aja, ibu-nya amanah insyaallah. Toh buktinya aku jadi keliling pulau-nya.

Rp 600.000,- itu buat ke Pulau Padar, Pulau Komodo, Pink Beach, dan Pulau Kelor, Alat snorkling, air mineral dan makan siang. Jangan bilang aduh segitu aja. Itu aja makan waktu seharian banget kalau pakai kapal biasa. Tapi percayalah, itu harga yang murah menurutku disbanding pengalaman yang nantinya kamu dapatkan.

Oh iya, system disana kamu harus booking dulu ya, ga bisa pas mau berangkatnya baru nyari kapal. Persiapannya ituloh. Jadi usahakan sore-nya udah clear gitu, jadi tidaknya kalian pergi sama paket yang itu. Aku kasih nomernya Mba Eti ya, 081237269778, kamu bisa ngehubungin nomernya kalau mau ikutan tour juga.

Kita diminta ngumpul di pelabuhan jam 5 subuh paling lama jam setengah 6. Ini karena selain tempatnya jauh, juga menghindari terik ketika naik ke Padar. Dari pelabuhan komodo ke pulau padar butuh waktu kurang lebih 3 jam. Disedian teh/kopi yang bisa kita seduh sendiri. Juga di kapalnya ada toiletnya, jadi aman ya manteman.

Sebelum kapalnya berangkat kita bakalan di breafing dlu sama awak kapal, diperkenalkan siapa aja yang bakalan pergi. Waktu itu kru kapal 4 orang, yang breafing kami namanya Majid, yang lain aku ga tahu, hehe. Dia juga bakalan ngumpulin duit Rp 180.000,-  (seratus delapan puluh ribu rupiah) yang adalah retribusi masuk ke pulau komodo.

3 jam ngapain aja di kapal? Sumpah kamu ga akan bosan sama sekali, banyak banget pulau cantik yang akan kamu lewati, jadi sudah pasti aku tidak mabok laut kayak nyebrang dari Aceh ke Sabang pakai kapal fery 2 jam. Matahari di belakang kita juga enak banget, seakan-akan ikut menemani perjalanan itu.

Sedikit saran, pastikan kondisi kalian fit dan sarapan ya. Tempat pertama yang kami datangi yaitu Pulau Padar, panasnya minta ampun karena emang ga ada pohon sama sekali, juga nanjak. Ada 786 anak tangga. Tapi tenang, 784 anak tangga ini dibagi ke 4 pos. Pos 4 paling enak sih ada pohon bidara buat neduh, dan disetiap pos ada yang jaga.

Nah, seperti yang sudah aku bilang, pastikan kalian sarapan dan badan fit ya. Karena kalau tidak, sumpah badan kamu ga akan tahan dan bisa-bisa pingsan. Menurut bapaknya yang jaga di pos 4, dia tiap hari ngelihat orang pingsan, dan mereka terpaksa harus turun ke bawah ngambil tandu. Ga usah deh kita orang Indonesia yang jarang jalan kali, bule-bule aja katanya banyak yang nyerah. Ada yang Cuma sampe pos 1, 2 atau bahkan 3. Tapi tenang aja, tiap pemberhentian pos itu, kamu bisa ngambil foto yang bagus kok, tapi emang yang paling juara sih di pos 4.

Ah, apa aku sudah cerita kalau rombongan kami itu ada 7 orang. Kami bertiga, sepasang suami istri dari cilacap dan 2 orang backpacker dari jawa barat yang udah 10 hari pake motor keliling bali dan Lombok.

 


Sedikit saran selain sarapan, bawa air minum, pake sunblock, pake kacamata hitam, bawa payung, pakai topi, apapun itu yang bisa buat menghalau panas. Sumpah panas banget. untung aku bawa topi.

Di padar sendiri, petugas dan orang kapal menyarankan untuk naik sebelum jam 11 pagi karena emang panasnya luar biasa, tapi kata kakak yang jaga pos, ada juga yang suka coba-coba nguji ketahanan kakak-kakak nih soal panas di Padar, ada bule yang sehari sebelum kedatangan kami naik jam 1 siang. Duh ga kebayang kayak apa panasnya. Jangan nyusahin ya manteman, pergi pagi aja, biar sama-sama enak. Kalian ga kesusahan naiknya, juga ga merepotkan ranger.

 





Abis dari sana, kami pindah ke Pulau komodo. Begitu turun, udah ada 1 komodo dekat pohon di pantai, tapi sebagai orang awam, ga ada yang berani deketin, ya kali kami deketin, dia dari merem ke buka mata aja kami langsung pasang kuda-kuda.

Kami bertujuh dikumpulin terus di breafing lagi sama ranger-nya. Kami bertujuh dikawal 2 ranger yang bawa tongkat. Kalau kau Tanya bagaimana keadaannya, menurutku itu sepiiii banget, bukan karena ini pulau teritorialnya komodo ya, tapi karena pandemic. Jangankan berlibur, buat makan aja sekarang udah susah. Tapi jujur aku lebih suka gitu, jadinya bisa menikmati suasananya, bukan menikmati lautan manusia.





Balik lagi ke topic, kami kemudian mulai jalan, baru mulai jalan beberapa meter udah ketemu komodo. Foto-foto lanjutin lagi jalan ketemu lagi, nah sama yang ketiga ini kami foto-foto. Ranger-nya malah yang bertugas foto, kita diarahin seakan-akan dan seolah-olah megang komodo. Tapi aku ga foto gitu. Kenapa? Hmmm... ga suka aja. Bingung kalau harus dijelaskan alasannya apa.

Abis foto-foto. Perjalanan di pulau komodo-nya selesai. Alhamdulillah ga perlu jalan jauh udah ketemu 3 ekor. Aku juga ngeri kalau harus jalan jauh masuk ke hutan. Yang penting aku udah pernah lihat komodo aja gitu. Toh setelah dilihat langsung, komodo tuh persis kek biawak yang sering ku lihat, Cuma ukurannya aja yang gede.

Aku berharap sih ngelihat gimana dia berburu atau berantem, tapi ya kali tiap ada pengunjung dia atraksi. Itukan hewan liar. Bukan di kebun binatang.

Selanjutnya kami pindah ke Pink Beach, di perjalanan dari Pulau Komodo ke Pink Beach makanan udah dibagiin, dan kami semua sibuk makan, menu-nya lalapan, dan sambelnya enak.

Pink Beach itu dikasih nama gitu karena pasirnya berwarna pink akibat alga. Emang pink kalau kamu sentuh. Airnya jernihhhhhhh banget, sayang kalau kamu ga nyentuh airnya. Mandi sekalian kalau boleh. Kami semua mandi disini. Jadi ga peduli sama matahari diatas, padahal kami di Pink Beach itu sekitar pukul 2-an. asli, di padar aja udah panas membahenol gitu, gimana jam 2. Main air pula. Uji nyali banget asli. Walhasil gosong kan itu muka, tangan dan kaki. Tapi siapa peduli?





Abis main air, aku ganti di toilet kapal, ga mandi karena sama aja air di kapal juga air garam. Dan kami masih punya 1 pulau lagi untuk dikunjungi. Jadi aku ganti aja. Tujuan selanjutnya adalah Pulau Kelor. Jadi ini kapalnya udah arah sebaliknya ya, kamu bakalan sunsetan di kapal. Matahari lagi-lagi ada di belakang kamu.

Nah perjalanannya kurang lebih 3 jam lagi. Tapi perasaannya jadi lebih nyantai. Ngopi enak banget itu. Dan tahu tidak, diperjalanan pulang kami ketemu lumba-lumba 1 ekor. Sialnya aku ga sempat ngambil foto, padahal kapten kapalnya sempat muter balik kapalnya ngejar si lumba-lumba, kekejar emang tapi pas dideketin, lumba-lumbanya udah turun ke bawah laut lagi.  Tak apalah, toh udah disimpan di ingatanku gimana perasaan ngelihat lumba-lumba di tengah laut lepas.

Pulau selanjutnya adalah pulau kelor. Kami dikasih waktu setengah jam aja disini, soalnya udah jam 6 lewat. Ah, iya, disini jam setengah 7 baru langitnya mulai gelap. Sedang jam 6 pagi langit masih gelap.





Di pulau kelor aku minum kopi di tenda kecil, segelasnya Rp 10.000,- (sepuluh ribu rupiah), awalnya sih mau pop mie, tapi harganya dong. Ga diseduh Rp 15.000,- (lima belas ribu rupiah) dan kalau diseduh Rp 25.000,- (dua puluh lima ribu rupiah) aku mending makan mie goreng di penginapan, Cuma Rp 10.000,- (sepuluh ribu rupiah) udah pake telur.

Disini bisa naik ke puncak juga, tapi kami bertujuh memilih tidak melakukannya. Jembatan dan pemandangan pulau disebelah pulau kelor tuh cantik banget. tapi sialnya hp-ku disini error, penyimpanannya penuh. Jadi foto-foto ketika disini ga ada yang bisa diselamatkan. Foto pemandangannya sih ada, foto aku sendiri ga ada. Ya ga mungkin balik lagi untuk foto kan.

Balik ke daratan lagi, Ririn dan Vian mampir beli makan di warung makan sebelah masjid. Ikan+telur seharga Rp 20.000,- (dua puluh lima ribu rupiah), dan mie ayam di trotoar pertigaan pelabuhan, katanya enak, dan besok kami berencana makan disana. Seporsinya Rp 15.000,- (lima belas ribu rupiah), aku ga tahu bentukannya karena aku masih kepengen makan mie, jadinya pesen mie di penginapan ditambah nasi. Rp 15.000,- (lima belas ribu rupiah).

Pulangnya kami pakai motor lagi. Nyewa motor di Uereka lagi. Soalnya besok rencananya kami mau ke Wae Rebo.

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar