iklan

Senin, 16 Desember 2024

Solo backpacker ke Brunei Darussalam #2

 


Hari ke – 5 backpackeranku. Dan masih di Brunei Darusallam..

Pagi-pagi aku udah siap, dan jalan kaki ke Masjid Jame’Asr Hassanil Bolkiah. Dibilang deket, ya ga juga sih, di bilang jauh, juga tidak. Lumayanlah ya kalau jalan kaki di tengah teriknya Brunei. Tapi tak apa, lebih baik jalan kaki di bawah terik matahari kan daripada pas hujan kayak kemarin. Juga lebih murah ye kan, $B 5,00.

Aku sarapan pas nyampe di mesjid. Ini sarapannya sih sebenarnya sudah aku beli pas di pasar Gadong semalam. Aku malas nyari sarapan baru, lagian kan baru semalam beli-nya, ya ga bakalan basi juga, mana murah juga kan $B 1,00. Menghemat waktu dan uang.

Oke, balik ke soal Mesjid Jame’.

Mesjid ini guedeeeeeeeee banget, tapi yang paling penting, shaydu sekali. Di luar tuh sumpah panasnya banget, tapi di dalam masjidnya adem poll. Ada anak-anak yang lagi belajar ngaji. Ada yang lagi baca quran. Sumpah, tentram sekali. Mungkin karena ini hari jum’at ya. Tapi ku rasa, emang masjidnya selalu se-ramai ini, tak mesti hari jumat.







Lumayan lama aku keliling masjidnya. Terus aku memutuskan pulang ke hotel. Packing lagi. Dan pindah hotel. Aku pindah ke hotel yang dekat dengan stasiun.

Ah, aku sepertinya lupa cerita kalau aku akhirnya beli tiket online. Karena setelah ku tanya-tanya, tidak ada yang tahu pasti dimana itu bus menuju Kinabalu mangkal (aku nanya ke semua supir Dart yang aku tumpangi mobilnya kemarin). Jadi aku beli saja, sebelum duit deposite-ku balik. Harga tiketnya Rp 500.000,-, dan di keterangannya naik di Pasar Gadong. Jadi aku bakalan pindah ke hotel yang dekat sana.

Pilihanku jatuh ke Miniinn Hostel. Sebenarnya hostel ini sudah ku pilih sebelum datang ke Brunei. Sudah ku booking untuk 3 hari, tapi karena metode pembayarannya “bayar di hotel”, ku batalin lah. Nah sekarang aku ambil lagi, ya itu tadi, karena dekat sama bus stop.

Aku booking lewat aplikasi yah, harga yang ditulis sih dalam rupiah, tapi pada akhirnya aku bayar dalam Dollar Brunei tetap. $B 28,55. Harusnya sih aku kamar yang single, tapi aku di upgrade ke kamar double, karena pas itu kamar single-nya full. Tapi karena aku udah keburu (padahal mah mendadak) pesan yang single, jadi keberuntungan aku aja.

Hostelnya ada di lantai 2

kamarku di Mini Inn

Disini ada teteh bandung yang jadi house keeping-nya. Aku sempat ngobrol lumayan lama sama dia. Tapi aku ga nanya namanya sih. Kalau kalian berencana kesana dalam waktu dekat ini, kayaknya bakalan ketemu deh. Karena kontraknya di Brunei masih lama.

Padanya ku tanyain tempat makan yang enak dan murah. Dia kan sesama orang Indonesia ya, jadi pasti seleranya agak-agak mirip pasti. Dia nyaranin satu tempat makan yang tempatnya depan-depanan hotel. Akan ku coba buat makan malam nanti.

Setelah ngobrol sama dia, aku istirahat dulu. Sore aja keluarnya. Toh aku Cuma mau ke Kampung Ayer juga.

Sore-nya aku keluar. Menuju kampung Ayer sekalian mau nyari sunset karena hari ini tidak hujan sesuai doa-nya ibu haja kemarin. Kali ini aku pake DART lagi, karena begitu lihat maps, lumayan banget jaraknya.

Pas nyampe di Waterfront. Aku seketika melihat versi premiumnya Torsiaje. Persis kek Torsiaje. Yang kampung di atas air. Tapi punya mereka jauuuhhh lebih besar dan jauh lebih bagus. Versi premium pokoknya.





Jadi aku tidak begitu penasaran bakalan gimana tuh kampung ayer itu. Aku malah memilih jalan-jalan di sepanjang waterfront itu, diantara banyaknya manusia yang sedang olahraga sore. Dimana-mana orang emang lagi senang lari ya. Jadi kalau kamu juga pelari, cocok nih datang kesini.

Yang paling menarik dari waterfront ini adalah... PEMANDANGANNYA!!!




Sumpah aku jatuh hati banget sama langit senja di Negara ini. CANTIKKKKKKKK-nya ga main-main. Sumpah aku mau balik ke Negara ini lagi untuk duduk-duduk santai lihatin langit sore-nya.

Betapa aku jatuh cinta ke Negara ini juga kuceritakan ke abang Dart yang ngejemput aku menuju Miniinn. Abang ini luar biasa sekali. Dalam waktu 9 menit perjalanan. Aku bisa dapat informasi dia berapa bersaudara, kerjaan sebenarnya apa, brand favoritnya apa, dia yang tidak suka Bali.

Begitu nyampe di depan hostel. Aku tuh mikir, ini 9 menit aja dia bisa nge-share banyak sekali hal. Apa kabar kalau kami road trip ya. Kayaknya semua informasi pribadi-nya ku dapat semua deh.

Tapi daripada soal itu, aku lebih mikirin soal makan malamku. Hamba lapar. Dan terima kasih banyak untuk teteh bandung yang udah nyaranin nasi katok Lily seharga $B 1,70 yang beneraaaannn enakkkkk banget. Itu makan pertama yang beneran habis selama aku backpackeran ini.  Selama ini aku makan biar perutku ada isinya aja, bukan karena aku menikmati makanannya. Mana murah pula.

Besok-besok kalau aku ada rezeki ke Brunei lagi. Aku bakalan nginep di Miniinn dan makan nasi katok Lily setiap hari. Kalau bosen tinggal jalan kaki nyari cemilan $B 1,00 di pasar Gadong.



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar