iklan

Sabtu, 01 Maret 2014

ngungsi ke bandung #1

Baiklah kali ini aku akan bercerita tentang bandung. Liburan sih sebenarnya, karena sedang libur semester, dan kebetulan kami masih punya beberapa hari sebelum yudisium, bahkan ada yang baru sehari selesai sidang pendadaran. Gita dan Tri.

Rencana main ke bandungnya sih emang udah agak lama jadi pembicaraan, tapi sampai hari H keberangkatanpun masih jadi polemik. Bahasaku mantep banget kan, kayak politikus gimana gitu, ngomongnya polemik. Jadi mari ku jelaskan polemik itu. Pertama kami adalah anak kos, yang semuanya kere. Duit terbatas,dan kami tidak bareng jadwal kiriman duitnya. Kedua, masih ada yang ujian itu, takut ga lulus padahal harus beli tiket duluan pergi pulang karena takut kehabisan. Ketiga, kami berempat cewek semua.

Nekat nih jadi modalnya. Berpatokan sama temen-temen yang beberapa bulan lalu ke Bandung, kita udah prepare kalo harga tiket itu pergi  pulang Rp 105.000,- ntar masuk trans studio Rp 150.000,- nginep 4 harinya masing-masing Rp 112.000. Sisanya buat makan dan main. Jadi sekitar Rp 500.000,-an kan? Murah,masih bisa diakalin duitnya.

Dan pas hari beli tiket semuanya buyarrrr... Kami kelimpungan karena ngecek di online tiketnya Rp 85.000,- yang berarti pulang perginya jadi Rp 170.000. Mampuslah kami, mana kami punya rencana untuk pinjem motor di bandung. Gak percaya nih sama internet, takut ditipu padahal yang kami lihat itu situs resmi, datanglah kami ke indomart, sekedar nanya harga tiket doang, dan hasilnya masih sama. Masih ga percaya nih, salah kali tuh, indomartnya ngambil untung kali. Jadilah aku dan temenku ke stasiun, beli tiket langsung. Hasilnya? Tetap Rp 85.000,- saudara-saudara sebangsa dan setanah air. Terpaksa beli karena kami semua butuh hiburan. Tiket 4 orang pulang pergi aman 5 hari sebelum hari H.

Dua hari sebelum hari H. Saudaranya Mutu yang ada di Bandung menawarkan agar kami nginep di tempatnya. Dengan penuh suka cita langsung kami aminkan. Lumayan bisa hemat buat beli oleh-oleh.

Hari H nih. Tanggal 12 jam 5 sorean gitu. Semua udah siap-siap di kos masing-masing. Kami mutusin buat pake taksi sampe stasiun dari jalan Gejayan nih. Karena ber-empat kami kan bisa patungan. Argo dari jembatan merah, jemputin temen dua kali sampe ke Lempuyangan Rp 35.000,- dibagi berempat tuh. Dan perjalanan di mulai pukul 18.30 dari lempuyangan (yogyakarta) menuju kiaracondong (Bandung).

Dan kami teramat sangat beruntung ada di kereta 6 malam itu. Sepi banget sampai kami bisa dapat satu tempat tidur untuk tiap orang. Pindah pindah malahan. Tapi kami tidak bisa tidur dengan nyenyak karena ada bapak-bapak yang mondar-mandir di depan kami dan terus-terus mengomentari kami. Yang tidur dikomentarilah, yang kami berisik dikomentarilah, akhirnya aku memutuskan untuk tidak tidur saja. Bawaan kami banyak. Mutu dengan 1 tas punggung dan tas pakaian karena setelah dari bandung dia mau liburan ke jakarta, dan kami bertiga dengan masing-masing 1 tas punggung. Biasa aja sih sebenarnya, tapi jangan salah isinya lumayan. Mutu dan Gita bawa laptop, dan saudara-saudara berhubung kami orang-orang kere, kalau sampai tas kami diambil pas kami semua tidur nyenyak, mau ngapain di bandung sana. Gembel!

Tidak tidur itu menjadi tidak masalah, karena pada dasarnya kami orang-orang yang selalu tidur hampir pagi, terkecuali Gita, yang ga kuat melek. Dan entah kenapa Tri juga tidur di kereta, jadilah aku dan mutu yang begadang sambil nonton Percy Jackson yang file-nya ada di flashdiskku (sempat-sempatnya liburan bawa flashdisk). Kerjaan kami, makan dan ketawa. Ngomentarin semua hal. Bahkan terkadang kami ditegur karena terlalu berisik, ketawanya berasa di rumah sendiri. Hal yang paling lucu menurutku pas di kereta itu, ketika udah deket kiara condong, aku lupa nama stasiunnya ketika tukang jualan kopi masuk ke gerbong, dari depan sampe belakang dia teriak ‘Kopi, kopi, Pop mie, Kopi” dan di ujung gerbong dia ngomong ke temennya ‘Dari tadi aku teriak kopi pop mie, eh segerbong tidur semua’ dan alhasil aku dan mutu ga bisa berhenti ketawa sampai keretanya jalan lagi.

Ini bagian seneng-senengnya. Sampai sekitar setengah jam mendekati kiara condong. Gita dengan penuh semangat ngebangunin Tri yang tidur di depannya. Mungkin karena dibangunin dengan kasar, atau karena masuk angin, sejak itu Tri ga enak banget perutnya, bawaannya pengen muntah dan berkali-kali bertanya ‘masih dekat’ dan selalu kami jawab dengan ‘iya’. Setelah perjuangan menenangkan tri untuk ga muntah di dalam kereta, akhirnya kami tiba di stasiun kiara condong bandung, jam 5 pagi.

Yah kami sadar kalau naik gerbong terakhir dan ekonomi, sampai harus turun dari kereta dengan cara melompat. Untung ga terlalu jauh, coba jauh. Menderitalah kami. Dan ternyata sepupunya Mutu, namanya Beni sudah ada di stasiun menunggu kami, sementara Tri masih sakit dan ga mungkin dipaksa untuk naik angkot. Jackpot bisa-bisa anak itu. Ya sudah, sholat subuh dan istirahat sebentar, sampai entah bagaimana caranya sepupunya Mutu masuk ke dalam stasiun pas kami siap keluar.

Sepupu Mutu namanya Beni. Dan kami mengikutinya keluar dari stasiun menuju angkot jurusan cicaheum untuk mandi dan istirahat. Kami keluar dari tempatnya beni jam 1 siang. Hanya berempat, dengan modal nekat, menuju Trans studio. Asli kami berempat ga ada yang tahu sama sekali Bandung kayak apa, dengan PD-nya naik angkot yang ada tulisannya BSM, dan alhasil nanya-nanya ke penumpang lain. Untung benar, dan kami diturunin di depan trans studio. BSM itu mungkin Bandung Super Mall kali ya. Entahlah

Udah di depan Trans studio kami ngapain? Makan pemirsa. Kami nyari makan dulu sebelum masuk ke trans studio. Dan wahana yang pertama kali kami coba adalah Giant Swing. Dan itu benar-benar bencana. Tri makin parah. Tapi show must go on, kalau kalian liat foto pas di trans studio mana mungkin ketahuan kalau tri waktu itu benar-benar sakit dan ga pengen ngapa-ngapain, malah minta pulang.

 


namanya aja udah jelas kan yah? Giant swing!

Berhubung pemanasannya udah Giant Swing dan berakhir dengan parah. Kami memutuskan untuk ga nyoba yang ekstrim-ekstrim lagi. Yang selow aja, kayak flying ship, dunia lain, pokoknya ga ada yang bikin isi perut diaduk-aduk. Aku Cuma ga nyoba 3 wahana aja kok, roller coaster, vertigo dan histeria, yang lain di cobain semua. Nyesel? GA LAH! Aku malah ngerasa biasa aja sama wahananya, yang bikin aku seneng dan ga ngerasa rugi bayar Rp 150.000,- adalah pertunjukan teater tentang mermaid gitu. Asli keren!! Dan diakhir pertunjukan kami sempat foto dengan para pemeran utamanya.


 

Selain itu kami ketemu sama orang-orang baik di Trans studio, aa’ yang jaga depan dragon dragonan itu baik banget jadi juru foto kami berempat. Dia malah yang dengan semangat bilang, disini, sekali lagi, ganti gaya. Sama ada aa’ yang kepedean, entah gimana dia bisa memutuskan untuk foto bareng bersama kami tanpa kami minta, maunya ditengah kami lagi. Endingnya kami foto dengan menatap dia dengan wajah bengong. Asli pede gila aa’nya.





Kami keluar dari trans studio jam 5 apa 6-an gitu. Aku lupa. Tujuan selanjutnya adalah gedung sate. Ngapain kami di gedung sate. Foto dan makan. Taman di depan gedung satenya itu enak banget. Tri udah mulai rileks disini karena anginnya dan suasanannya yang nyaman banget. Kalau ga mikir dilihatin orang, kami berempat kemungkinan akan tiduran disitu.


Makan. Ah untung aja aku punya voucher makan gratis dari Tri dan Gita. Tapi meski gitu, kami berempat sama-sama takjub sama harga makanan pinggir jalan di sebelah taman depan gedung sate itu. MUAHALNYA KEBANGETAN!!! 3 ayam, 3 indomie telur kornet, 1 teh botol, 1 es teh, 1 lemon tea, dan 1 es jeruk, harganya berapa? Rp 127.000,- Gita sampe teriak pas dibilangin harganya. Di jogja segitu mungkin seharga 50rb atau paling pol 60rb. Bedanya jauh banget. Usut punya usut tempat makan itu pernah didatangi bondan winarno, si kakek-kakek yang hobby bilang ‘maknyus itu’.
Udah jalan-jalan, udah makan, udah capek dan Beni udah khawatir kami dimana, akhirnya kami pulang. 
Tungguin part 2-nya, udah jam 1 lebih nih. ngantuk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar