Akhirnya kita nyampe juga di bagian terakhir
dari part ngungsi ke Bandung. Tumpengan, salaman satu persatu. Makasih.
Makasih.
Hari terakhir. 16 Februari 2014. Hari minggu.
Tiket kereta Mutu jam 12. 45 dan Aku, Tri, Githa yang balik ke Jogja jam 8
malam. Masih ada waktu untuk main dulu. Dan ini hari minggu, ada pasar di depan
Dago, semacam sunmor kalau di Jogja. Pasar kagetlah kalau bisa dibillang
seperti itu.Tujuan kami kesini? Belanja lah teman-teman. Tawar menawar, nyari
oleh-oleh dan cuci mata, kami tidak naik angkot, tapi masih naik motor carteran
kemarin. Kalau kamu baru baca post ini, dan belum baca post sebelumnya, kamu
wajib banget baca setelah ini, atau sekarang juga, terserah kamu, yang penting
dibaca yah. Seru kok. Yakin.
Setelah belanja, kamipun packing. Kami pergi
sama-sama ke stasiun kiara condong dengan konsekuesni harus ngegembel
berjam-jam disana sebelum kereta kami karena tidak mungkin kami masih di
kontrakan Beni dan Nio kalau Mutu yang adalah saudara mereka udah pergi. Ga
enaklah. Sementara saudaraku menelpon, mau menjemputku dan ngajakin
jalan-jalan. Ini tawaran menggoda banget, tapi dengan alasan persahabatan dan
tahu diri, aku memilih bertahan distasiun kiara condong menggembel bersama
dengan Tri dan Githa.
Pilihan yang salah kadang membawamu ke hal yang
bener. Iya, itu emang iklan rokok, tapi itu bener banget. Keputusan ngegembel
di stasiun setelah Mutu pergi, bener-bener keputusan yang tepat, karena stasiun
Kiara condong punya akses wifi yang kenceng tanpa password. Terpujilah Bapak
Ridwan Kamil yang sudah melakukan itu. Tri dan Githa memutuskan untuk ke
Alun-alun sekali lagi, membeli makanan dan oleh-oleh makanan. Aku memilih
tinggal di stasiun, ngejagain barang dan internetan gratis.
Ditinggal sendiri sih sama sekali ga masalah,
selonjoran di lantai, diliatin orang, sambil wifi bener-bener ga masalah buat
aku. Toh aku ga ngelakuin salah, jadi ya it’s oke. Sampai ada mbak-mbak di
sebelahku yang sibuk sama laptopnya sejak kami sampai di stasiun sudah ada
disitu, dari style-nya dia backpack juga, karena sempat kulihat dia
mengeluarkan bantal leher dan backpack miliknya.
Dia mengajakku kenalan, namanya Jeni, dan
tertarik dengan omonganku, Tri dan Githa sebelum mereka pergi. Kami memang
merencanakan liburan ke bandung lagi, karena penasaran dengan kawah putih yang
belum kami datangi padahal sudah di Bandung. Juga cerita liburan-liburan kami,
dan dia memutuskan kalau kami ini Backpacker. Dia mengajakku masuk ke NDI. NDI
itu Nol Derajat Indonesia, satu komunitas backpacker yang seminggu lagi bakalan
ke Sukabumi. Dia kemudian mulai memperlihatkanku foto-foto komunitasnya dan
jalan-jalannya. Dia baru saja balik dari Malang. Liburan disana.
Kami asyik mengobrol tentang kemana saja kami
pergi, sampai dia pergi mencari tempat untuk mandi. Gerah karena seharian belum
mandi, sedang jemputannya belum datang. Tak berapa lama, tri dan Githa kembali,
dan aku memutuskan untuk keluar, mau ngopi di sekitaran stasiun. Saat aku
kembali, lantai stasiun tempat aku dan teman-temanku mengusai sejak siang tadi,
kini sudah dipenuhi banyak orang, yang akan naik kereta juga. Kami menunggu
sampai kereta kami datang.
Selamat Tinggal Bandung. Kami pasti kembali lagi
untuk kawah putih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar