iklan

Kamis, 30 Juli 2015

Ketika Senk-senk liburan


Hallo.. Hallo..

Apa kabarnya kalian? Sudah lama tidak bersua. Berhubung ini masih bulan Syawal, dengan setulus hati dan sepenuh jiwa saya mengucapkan Minal Aidin Wal Faidzin kepada kalian semua yang sempat membaca tulisan saya ini.

Jadi, mari kita mulai ceritanya...

Awal cerita dimulai ketika tiga anak manusia berjenis kelamin wanita, yang di siang bolong sedang guling-guling ga jelas di dalam kamar karena diluar panas banget dan kami sedang puasa. Biasalah, kalau cewek-cewek ngumpul tuh udah pasti ngobrol kan, dan berhubung saat itu bulan puasa dan tidak mungkin kami bergosip, lagi pula kami bukan tukang gosip, jadi kami bercerita tentang asmara kami masing-masing. Curhat lah, sampai akhirnya ada yang nyeletuk “Ayo dong liburan kita, sepupu-sepupu semua” dan gayung bersambut. Udah dipastiin kalau kami bakalan pergi setelah hari raya ketupat, karena biasanya hari raya ketupat, kami keluarga ngumpul.

Singkat cerita, bertemulah kami di hari raya ketupat. Rencana tiga anak manusia berjenis kelamin wanita itu disambut baik anak-anak manusia berjenis kelamin pria yang notabene adalah sepupu semua. Cucunya Oma Ipa dan Opa harun. Jadi kesimpulannya kami bakalan pergi keesokan harinya, hari sabtu jam setengah 3 sore, setelah sepupu kami yang lainnya pulang kantor. Kalau sepupu-sepupu yang dari manado udah jelas jam berapa aja bisa. Cottage bakalan di tanggung cucu pertama, uang bensin motor (karena kami bakalan naik motor semua), kapal dan makan ditanggung masing-masing, setelah dihitung-hitung, masing-masing disuruh nyiapin Rp 50.000,- an lah per orangnya. Siapa yang bakalan nolak kalau bisa liburan ke pulau yang udah tersohor banget karena cantiknya itu dan kita Cuma nyiapin Rp 50.000,- dan ngebayangin pasti bakalan seru liburan sama sepupu-sepupu tersayang yang dari jaman ingusan dulu udah sama-sama.

Hari H tiba. Jam 1, semua orang ngumpul di rumah, para peserta yang bakalan pergi. 8 orang jadinya. 4 cewek dan 4 cowok. Jadi anak cowok bawa motor, dan cewek yang boncengan. Aman. Semua pulang ke rumah masing-masing dan berkumpul jam setengah 3 lagi.

14.30 waktu Gorontalo, semua peserta sudah berkumpul. Dan masalah mulai muncul satu persatu. Iki katanya ga jadi pergi karena ga ada uang, dan setelah acara bujuk-bujukan yang panjang, ana yang akhirnya rela ngeluarin duitnya biar Iki bisa ikut. Satu masalah terselesaikan, dan ternyata masih ada yang lain, Opan, sepupuku yang masih kelas 2 SMA, yang kalau liat posturnya bakalan dikira anak kuliahan itu, jelas banget pengen ikut, tapi masalahnya dia galau, karena mobil yang bakalan ke manado bakal pulang minggu pagi sementara rencananya kami bakalan di pulau sampai minggu sore. Setelah perjuangan yang lumayan lama, akhirnya opan mau ikut, dengan ketentuan ketika mama dan papaku mau berangkat dari rumah, dia akan kami antarkan ke pelabuhan, dan dia melanjutkan perjalanan ke manado, sedang kami ber-8 di pulau sampai sore. Jadi 9 orang pergi dengan 5 motor. Siap? Ternyata tidak juga, Ferel tiba-tiba ngomong dia mau mandi dulu. Ferel selesai mandi, pergi jadinya? Dugaan anda salah, Ta noan (Cucu pertama Oma Ipa dan Opa Harun) tiba-tiba bilang mau makan. Hhh, bahkan pergipun butuh perjuangan. Akhirnya kami benar-benar pergi semua jam 4.





Mulailah perjalanan kami. Dari rumah ke pelabuhan kwandang butuh waktu 1 jam dengan motor, itu juga pake acara tunggu sana tunggu sini, karena kami tidak benar-benar berjalan bersama, ada yang suka ketinggalan, ada yang suka kecepatan. 5 motor, 4 matic dan 1 vixion. Aku bersama ferel, ana dan iki, ruth dan ira, adikku dan opan, dan ta noan sendirian. Dan ternyata ada untungnya juga pergi jam segitu, kami dapat sunset dari atas kapal sebelum sampai pulau. Dan satu kata untuk pulau saronde. Amazing!!!

Dan apakah liburan keluarga kami sudah berjalan dengan lancar? Sama sekali tidak saudara-saudara sebangsa dan setanah air. Masalah masih setia bersama senk-senk cucu oma ipa dan opa harun. Cottage penuh, ada yang tersisa 1 tapi dengan harga Rp 900.000,-. Gleeekkkk... Ta noan langsung angkat tangan untuk ngebayarin cottage, dan kami? Kami tidak akan mengumpulkan uang Rp 100.000,-/ org, Cuma untuk tidur 1 malam. Dan untungnya adiiku bawa tenda, sayangnya tendanya ukuran kecil, Cuma untuk 2 orang. Dan tanpa perlu debat panjang, sudah ditentukan cewek-cewek tidur di tenda dengan kaki dikeluarin dari tenda, dan cowok-cowok tidur di luar. Apa itu gratis? Tidak pemirsa, kami harus bayar Rp 250.000,- untuk mendirikan tenda (itu udah sama tiket masuk dan charge listrik dan air, ulasan lengkapnya di tulisan PULAU SARONDE).


entah ini liburan atau pengungsi (haha)

Ternyata setelah penentuan tempat tidur yang lumayan adil itu, masih ada masalah mengintai kami. Makanan!. Kami satupun tidak ada yang membawa bekal makanan. Dan makanan disana muahaaaallll dan tidak ada pula, adanya Cuma pop mie. Asli, ini benar-benar disaster. Ta noan sama sekali tidak bisa tidak makan nasi, dan langsung mengultimatum, kami semua pulang besok pagi.

Udah jauh-jauh, harus dinikmati kan? Maka kami main kartu menunggu pagi sambil makan pop mie. 1 pop mie untuk semua, saling berbagi, kan kami semua kakak beradik yang saling sayang. Kami semua tertidur jam 12 malam karena udara yang dingin dan karena capek.

Besok paginya, kami masih menikmati sunrise, sejenak melupakan masalah cottage dan makanan karena jatuh cinta sama pulaunya yang cantik banget, banyak banget foto sana-sini dan memutuskan untuk mandi, padahal airnya asli dingin banget. Eh, jam 9-an, ketika lapar mulai menyerang, ta noan memutuskan untuk menelpon kapal untuk menjemput kami pulang, dan kamipun pulang dengan janji, kami akan datang lagi, dengan persiapan lebih matang dan cottage berapapun akan dibayar.



Tunggu kami para senk-senk cucu oma ipa dan opa Harun kembali ya pulau saronde. Terima kasih untuk pengalamannya 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar