Suara burung walet menjadi backsound pagi ini,
ketika aku menghabiskan waktu sejam menikmati pagi hari di pulau bangka. Masih
dari teras depan hotel citra dengan pemandangan kegiatan warga setempat yang
sedang berolahraga.
Setelah merasa puas, aku bersiap untuk mencari
segelas kopi. Tujuannya apalagi kalau bukan kopi pak atet yang kata blog enak
rasanya (iya, aku masih percaya blog setelah kemarin ketipu sama tempat suto
mak jannah, tapi kali ini aku ganti blog, blog cewek yang travelling sendiri ke
bangka juga).
Aku memilih berjalan kaki sekalian menikmati
jalanan kota tanjung pandan, dan akhirnya aku sampai di daerah pasar.
Nyari-nyari yang ada plang nama “kedai kopi pak atet” tapi ga ketemu. Akhirnya
nanya ke bapak-bapak yang lagi duduk-duduk gitu. Eh ternyata...udah disitulah
tempatnya. Sebelah kiri jalan, hampir mentok pasar.
Begitu duduk, bapaknya langsung memesankan kopi
ke pak atet yang kebetulan lagi ngelayanin pelanggan juga. Pelanggannya
bapak-bapak doang, aku sendiri yang cewek. Pak atet sendiri yang menyajikan
kopi hitam untukku, dan mengobrol denganku bersama bapak. Belum ada lima menit
disana, seisi kedai kopi ini udah tahu kalau aku asalnya dari Gorontalo. Entah
si bapak yang mengobrol denganku yang bilang kepada setiap pengunjung yang baru
datang, atau pak atet yang woro-woro ke pelanggannya. Pokoknya tiba-tiba aku ngerasa
jadi pusat perhatian.
Baru beberapa teguk kopi masuk ke tenggorokanku,
yang emang asli enak itu, ada orang datang, duduk di sebelah bapaknya. Dari
perawakannya, yang putih dan matanya sipit, aku tahu dia keturunan Cina pasti.
Bapaknya kembali mempromosikan kalau aku tuh asalnya dari Gorontalo, datang
sendiri ke Belitung buat jalan-jalan. Bapak Cina ini sampe manggut-manggut dan
sedikit memaksa agar aku makan roti yang di bawa-nya. Alhamdulillah rezeki anak
sholeh.
Setengah gelas kopiku tandas, udah banyak hal
yang kami obrolkan, tentang pariwisata bangka, tentang bagaimana kebiasaan
orang belitung, tentang Pak Yusril Mahendra yang teryata juga asalnya dari
Belitung. Siapa yang sangka pulau kecil ini bisa begitu terkenal, dan isinya
orang-orang hebat semua. Sebelum datang kesini, aku Cuma tahu Film laskar
pelangi dan Pak Ahok yang bikin nama belitung sebesar sekarang. Tapi ternyata,
belitung punya banyak sekali cerita.
Masih mengobrol dengan bapak, aku lupa namanya.
Maaf ya pak. Ada pelanggan baru yang datang, pake topi bertuliskan #SusahTidur.
Pak Atet masih mempromosikan aku, dan siapa yang sangka kalau ternyata bapak
dengan topi #SusahTidur itu adalah pak Hasmin. Tukang Ojek yang ngehits di
Belitung gara-gara tulisannya Arum di Blog tentang liburannya ke Belitung.
Obrolan kembali berlanjut. Masih tentang
belitung dan isinya. Tentang bagaimana pulau kecil di sebelah sumatra ini bisa
begitu terkenal. Tentang ekonomi warga setempat. Tentang tarif ojek ke tempat
wisata, tentang makanan. Aku sampai lupa kalau kopiku sudah lama habis. Aku
baru sadar tepat saat pak Atet pamit padaku, mau pulang katanya diantar cucunya
naik motor, anaknya yang menggantikannya melayani pelanggan. Oh iya, aku sempat
bertanya kopi apa yang disajikan pak atet, dan pak atet dengan senang hati
menunjukkan tempatnya. Buat oleh-oleh. Keluargaku pecinta kopi.
Obrolanku dengan Pak Hasmin baru terputus saat pelanggannya datang sambil marah-marah, karena katanya dia sudah lama menunggu pak Hasmin di tempat biasa, tapi pak Hasmin tak kunjung datang. Sebelum pergi, Pak Hasmin sempat memberikan nomornya. Kali aja aku butuh ojek.
Sedangkan aku bersiap pindah ke dalam pasar.
Tujuannya, mencari Ikan Gangan. Kalau bisa sih kata Pak Hasmin, lebih enak Ikan
Asam Pedas. Lebih mantap. Tempatnya di dalam pasar, tapi pas itu sedang tutup,
jadi aku Cuma sarapan Ikan Gangan. Satu list makanan yang harus kucoba di
belitung terpenuhi juga. Anw. Menurutku ikan gangan sama lempah kuning itu sama
saja. Sama-sama kuning, sama-sama enak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar