Hari ke-3
Setelah mandi dan siap-siap kami turun ke bawah.
Kamar kami di lantai 2. Ini benar-benar perjalan ter-blank yang pernah aku
lakukan. Aku ga nge-search apapun tentang Sabang. Kenapa? Seperti yang aku
bilang di awal. Tujuanku ke Aceh cuma untuk masjid Baiturrahim seorang. Oke,
aku pernah ngebaca beberapa blog tentang keindahan sunset di pulau Weh, tapi ga
pernah aku tekuni. Alasan kedua aku ga nge-search apa2 soal Sabang adalah
karena Gita yang ngebet banget ke Sabang dan dia yang nyari info semua di
Sabang. Nyatanya? Kami benar-benar buta.
Nah..kunci jawaban permasalahan kami adalah resepsionis di bawah. Nanya lah kami harus kemana aja, yang jaraknya dekat. Bikin listnya. Dan Berangkatlah kami di tengah langit yang mendung. Tujuan pertama gua sarang. Karena ini paling dekat dengan penginapan kami. Tempatnya? Baguuusss.. dari atas aja viewnya bagus. Airnya ngajak buat nyebur banget. Sumpah. Beningnya subhanallah..
Tapi kami penasaran pengen naik boat. Bayarnya
Rp 200.000,- buat 1 boat. Bisa untuk 10 orang. Nah, kami kan cuma berdua.
Seratus dong per orang. Aduh, kok ga backpacker banget. Maka kami nyari orang.
Kebetulan ketemu 5 cewek-cewek yang mau juga naik boat. Bertujuh lah kita naik
dengan kesepakatan aku dan Gita bayar Rp 30.000,-/orangnya. Mereka sisanya.
Terserah deh mau bayar gimana.
Lepas sepatu. Ga ada buat naiknya soalnya. Di batu-batu gitu. Aku dan Gita yang ngelepasin sepatu. Yang lainnya ga. Mulailah kami ke gua-nya buat foto-foto. Dari atas boat aja keren, itu kalau airnya ga gede, kami bisa masuk ke dalam gua pake boat. Masalahnya itu, pas itu lagi gerimis dan airnya gede. Jadi-nya kami sekedar foto-foto di depan gua sarangnya aja. Yang lucu adalah, sama abang-abang speedboat nanya ke Gita kalau aku pernah kesini. Muka aku katanya familiar. Nah Agita kan tahu kemana aja aku pernah pergi. Wong ini pertama kalinya aku ke Sabang.
Puas foto-foto kami balik lagi tempat buat naik
boat itu. Nah, aku masih ngambil sepatu,yg keluar duluan Gita. Eh ga tahunya
dia kepleset, basah celananya. Terus hujan. Ga ada alasan lain untuk kita ga
balik lagi ke penginapan kan? Jadi kami buru-buru balik.
Setelah beres ganti. Kami ke pantai. Pantai
paliiiingg dekat dengan penginapan. Itu jalan kaki doang. Dan ternyata itu
pantai yang terkenal, dari pantai ini nyebrang ke pulau rubiah. Nah pulau
rubiah ini tuh tersohor banget. Masalahnya itu teman-teman, aku ga pengen
nyebur, Gita pun gitu. Akhirnya kita duduk-duduk aja di dekat pantai, menikmati
rujak Aceh. Lumayan seger. Harganya seporsi Rp 10.000,- aja.
Habis dari pantai teupie layoh Pindahlah kami
mau nyari makan. Gita pengen bakso. Ketemu yang di pinggir jalan. Gita persen
mie ayam bakso. Astaga...mie ayam bakso versi Jakarta itu beda gitz, munculnya
ya mie bakso dikasih suiran ayam doang. Haha
Abis makan, kami ke pantai pasir putih. Dan memang pantainya berpasir putih. Kalau mau santai-santai disini bagus banget. Kami menikmati es kelapa muda disini. Satu es kelapa muda seharga Rp10.000,- dibahagi 2. Haha
Selesai dari pantai pasir putih kami pindah ke pantai sumur tiga. Nah, pantai ini terkenal. Banyak orangnya. Sebelum pantainya banyak batu-batu karang gitu. Bagus. Tapi karena aku kesananya siang. Panas boy. Aku dan Gita foto-foto doang dan buru-buru ke tugu nol kilometer.
Tempat terakhir tujuan kami hari ini. Niatnya
mau nunggu sampai sunset disini. Tapi panasnya Yaallah. Mau foto di monumen
kilometer 0 tuh antri, tapi Antriannya cepat. Kenapa? Panas boy. Alih-alih
ngelihat kamera, yang kamu lihat adalah matahari gede. Tapi sayang sunsetnya ga
gitu bagus waktu kami kesini. Warnanya ga semerah ketika kami landing di Aceh
beberapa hari lalu.
Sedikit saran, kalau mau ke titik nol. Datang
agak sore, tapi pulangnya jangan nunggu langit gelap. Penerangannya minim dan
masih banyak monyet yang suka turun ke jalan. Jadi lebih hati-hati kalau ke
kilometer 0.
Sebelum pulang ke penginapan, aku dan Gita
mampir beli makan dulu. Malas kalau diajarkan makan di gapang lagi. Murah sih,
tapi nunggunya itu. Ga kuat. Aku beli ayam geprek yang tidak di geprek seharga
Rp 25.000,- dan Gita beli sate gurita seharga Rp 15.000,- tempatnya tepat di
sebelah kanan pertigaan ke pantai teupie layoh dan ke kilometer 0.
Biaya yang dikeluarkan:
-bensin buat motor Rp30.000,-/2 = Rp 10.000,-
- rujak Rp 10.000,-/2 = Rp 5.000,-
-bakso dan es sirup Rp 30.000,- /2 = Rp 15.000,-
- es kelapa muda Rp 10.000,-
- ayam geprek Rp 25.000,-
- boat Goa sarang Rp 30.000,-
Kalau ada yang nanya kok hotelnya belum di bayar
padahal kami malah upgrade ke kamar yang lebih bagus. Motornya juga? Ya karena
kami mau bayar tapi sama si resepsionis yang setelah kenalan namanya bang Hadi.
Bilang gampang. Besok aja pas kami mau pergi. Disuruh ketok kamarnya. Padahal
kami mau ngejar boat besok paginya jam 8. Sempat ditawarin naik mobil pamannya,
tapi bayar Rp 200.000,- normalnya Rp 250.000,- tapi karena terlalu mahal, aku
dan Gita memutuskan untuk pake jasa-nya Pak Bambang lagi. Dan dia mau ngejemput
kami. Katanya jam setengah 6 udah berangkat dari penginapan kami.
waaaah seru... akhir bulan juli 2018 saya mau ke aceh dan sabang, tapi sendirian. bakalan ngeluarin kocek lebih mahal gak yaaaaa.. hihihihi
BalasHapusInsyaallah ga mas. Saran aku sewa motor dari Aceh aja mas. Biar ga ribet di Sabangnya. Toh motornya bisa diseberangin pake feri
BalasHapus