Aku tak tahu sejak kapan menara keagungan
limboto ini mulai jadi landmark-nya Gorontalo. Tapi beberapa waktu kebelakang
aku sering lihat entah itu warga lokal atau warga yang datang berlibur ke
Gorontalo akan menyempatkan diri untuk berfoto di menara yang bangunannya
terinspirasi dari menara Eiffel di Paris sana.
Sebagai warna Gorontalo asli,aku sedikit
banyak tahu perkembangan Menara ini. Awalnya menara ini sempat sangat populer
ketika awal di bangun. Hal pertama yang menarik dari menara ini adalah selain
bangunan ini tinggi. Fyi, di Gorontalo masih jarang sekali bangunan tinggi. Ada
lampu sorotnya yang terangnya luar biasa. Sampe tempat tinggalku, padahal
rumahku ke menara limboto itu jauh. Butuh waktu sekitar 30 menitan naik motor.
Dulu jaman awal-awal itu, anak-anak kompleks saking penasarannya sama lampu
sorot ini sampe Ngikutin dan nyampe ke Limboto. Dulunya bisa naik sampe ke
atas. Tapi karena satu dan lain hal (cukup warga lokal aja deh yang tahu)
kemudian akses untuk naik ke atas ditutup untuk umum.
Setelah masa lampu sorot itu. Hal selanjutnya yang menarik dari menara ini adalah pedagang asongan di bawah menara. Dulu,aku dan teman-temanku bisa nekat sampai kesana cuma untuk makan bakso bakar. Sekarang aku tak lagi melihat menu itu disana.
Selanjutnya aku dengar bahwa menara itu bukan lagi bernama menara Limboto, tapi diganti nama jadi menara Pakaya. Aku ga gitu tahu sih kenapa bisa dikasih nama itu. Tapi FYI, Tapi kayaknya karena Pakaya itu marga yang cukup berpengaruh di Gorontalo. Aku lupa siapa tokohnya, tapi yang pasti Marganya Pakaya.
Belakangan kemudian menara Limboto kembali
menjadi menara Limboto. Dengan permainan lampu dengan warna-warna cantik yang
akhirnya menjadi objek foto yang instagramble banget dan sebagai bukti bahwa
kamu sudah ke Gorontalo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar