Alasan aku akhirnya mengambil buku Tukar Takdir
dari Valiant Budi ini adalah karena sama seperti halnya Tuhan Maha Asyik-nya
Sudjiwo Tedjo, buku ini juga seliweran di Timeline-ku. Masalahnya adalah, aku
tidak pernah membaca apa komentar dari para pembaca, aku hanya lihat gambarnya
dan berasumsi bahwa ini ceritanya tentang 2 orang yang saling bertukar takdir,
mirip-miriplah sama kayak cewek dan cowok tukeran jiwa terus akhirnya jadi
cinta-cintaan. Bahkan ketika belipun aku sama sekali ga baca sinopsisnya (menyalahi
aturan aku kalau beli buku).
Mindset kalau ini bakalan berisi cerita tentang
cewek dan cowok yang bakalan bertukar takdir ini kembali menguat ketika aku
mulai membaca takdir pertama. Pas bagian si cowok udah tertidur tuh aku
mikirnya dia bakalan bertukar takdir sama si cewek yang duduk di sebelahnya
yang ngajakin dia bicara, tapi nyatanya ga. TIDAK SAMA SEKALI!
Sampai akhirnya aku sampai di takdir yang ke-12,
aku sadar, ini tak ada hubungannya dengan tukar menukar takdir. Ini cerita
penuh tragedy yang diceritakan dengan sangat apik oleh Valiant. Isinya tentang
orang kecelakaan di pesawatlah, dikoyak-koyak komodo-lah, ketemu setan-lah,
penipuan-lah, KDRT-lah, bahkan ada cerita tentang kehidupan siput. Benar-benar
anti mainstream dan mengoyak-ngoyak harapanku sebelumnya.
Tapi ada hal yang paling aku suka dari keseluruhan cerita ini bahwasanya, takdir itu bisa jadi milik siapa saja, tapi kita bisa mensyukuri takdir yang sedang kita jalani sekarang. Mungkin kita sudah berada di takdir paling baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar