iklan

Kamis, 05 Desember 2019

Solo Backpacker Jawa #5: Semarang-Salatiga

Hari ke-5


Aku memulai hari di Semarang. Masih di airy peterongan. Memesan sarapan kentang goreng dan matcha  choco dari cafe bawah penginapan sambil menikmati jalanan Semarang yang padat.

Rencana awalnya, aku akan ke Jogja. Tapi karena ibu dan bapakku meminta untuk aku singgah ke tempat sepupuku. Jadilah aku memutuskan kesana saja dulu sebelum ke Jogja. Jaraknya sih tidak begitu jauh dari Semarang. Sejam saja. Jadi, ini adalah kota ke-4.

Salatiga. Asli, ini sebenarnya tidak ada di list tempat yang harus aku kunjungi. Aku belum pernah memikirkan untuk menghabiskan waktu liburanku di Salatiga. Tapi mari kita coba. Sekalian juga mau ngunjungin sodara lah.

Pada akhirnya aku kesana. Naik bus dari Semarang. Rp 50.000,- dan benar saja disini ga ada terminal, jadi kalau mau naik bus atau travel itu harus ke pul-nya. Iya iya biasanya kan di jemput. Tapi untuk Day Trans, mereka ga menyediakan fasilitas antar jemput. Naik di kantor Day trans daerah setempat, turun juga di Day Trans setempat. Nah, masalah lainnya datang. Di Semarang tuh banyak kantor Day transnya. Ya udahlah ya, aku naik gojek lagi ke kantor pusat Semarangnya. Dan tadaaaaaa...bukan naik disitu. Aku harus ke kantor cabangnya gitu. Duh, buang-buang duit banget deh. Untung aku keluar dari hotelnya tuh sejam lebih sebelum waktu berangkatnya.

Pas lagi nunggu gojek ke cabangnya itu. Ibu-ibu di dalam tuh tiba-tiba keluar. Mau bareng aku aja katanya. Dia tujuannya juga Salatiga. Minta aku nge-cancel gojek aku dan kita berdua naik mobil aja, nanti patungan. Aku kan kasian sama abang gojeknya. Semarang tuh panas loh, dan ke arah Day Trans tuh jalanan 2 arah, tapi kalau dari arah yang sebelahnya, muternya itu jauh.

Aku ngasih solusi ke Ibunya, kalau ternyata abang gojeknya naik motor matic, kopernya aku bawa aja, toh aku Cuma ransel ini, bisa ku gendong. Oke, ibunya setuju. Abang gojeknya datang, benar motor matic. Ibunya langsung ngeluarin kopernya. Karena kopernya rada besar, jadi ga bisa. Ibunya bilang, udah di pangku aja. Dan mereka pergi. Aku Cuma bisa menatap kejadian super cepat itu dengan bengong. Eh gimana? Kayaknya aturannya ga gini deh.

Seperginya ibu itu, otomatis aku harus pesan gojek lagi dong. Untung punya hp 2, dan keduanya ku install aplikasi gojek. Jadi yang kedua aku pesan pake hp satunya. Sekali lagi membelah jalanan Semarang yang panas. Kalau kata bapaknya di Day Trans pusat, Day trans cabang itu ada di jalan Majapahit no.334 maka sebaiknya jangan ngetik gitu juga. Ketiklah Day Trans Jl. Majapahit, atau ga ketiklah BBWS Pemali-Juwana, kantor itu tepat berada di depan Day Trans-nya. Jl.Majapahit no.334 itu titiknya sekitar 1 km dari kantor tujuan kamu. Tapi biasanya abang ojolnya mau nganterin kok sampai ke Day Trans-nya.

Nah, sampai di kantor Day Trans-nya ibunya udah nunggu. Berbasa basilah. Terus ibunya ngajakin beli makan dekat-dekat situ. Akhirnya ketemu yang kayak burjo gitu. Yang jual, ibu-ibu. Ibu-nya pesan makan dibungkus, aku Cuma memesan Es Teh. Aku haus setelah drama tadi di tinggal gojek pesananku. Balik lagi ke kantornya. Kalau tidak salah ingat, busnya telat beberapa menit dari jadwal, tapi tiba di Salatiga jauh lebih cepat.

Sampai di kantor Day Trans Salatiga, aku langsung memesan tiket untuk ke Jogja besok pagi. Aku ambil yang paling pagi. Jam 5, biar bisa nyampe jogja jam 7. Kereta Gita dan Tri, nyampe sekitar jam setengah 7 pagi di Lempuyangan. Kota selanjutnya tujuanku.

Aku masih nemenin ibu-nya nunggu jemputannya, sebelum aku naik angkot ke kosan sepupuku. Aku ngelewatin kampusnya tadi di jalan menuju kantor Day Trans, jadi aku tahu kalau lurus-lurus aja jalannya. Aku minta diberhentiin di kampus. Aku janjian sama sepupuku di depan kampus FEB.

Turun di kampusnya, aku langsung masuk ya. Nunggu di taman dekat FEB. Dan ternyata FEB yang dia maksud itu adalah FEB bagian depannya. Bukan bagian dalam kampus. Aku sampe dibilang kesasar. Agak lebay sih, tapi ya sudahlah. Kalau aku kesasar tuh kayaknya aku ke kampus lain, fakultas lain. Aku kan benar di FEB. Lah aku mana tahu mana bagian depan, mana bagian dalam kampus.

Akhirnya kami ketemu. Fyi, adik sepupuku ini cowok. Kosannya tepat berada di sebelah kampus. Kosan cowok. Tapi selama aku nginep semalama disini, ini sama sekali ga kayak kosan cowok. Sepiiiiiiiiiiii. Cowok-cowoknya dalam kamar semua. Kamar mandinya luar kan. Aku aja yang bolak balik ngambil wudhu dan mandi, ga ketemu penghuni kos yang lain, kecuali yang emang tugasnya bersih-bersih.

Sejak aku nyampe ke kosan itu, sampai aku pergi lagi. Aku dan sepupuku Cuma keluar untuk nyari makan malam aja. Karena hujan, jadi ga bisa kemana-mana. Dan entahlah kenapa jiwa meng-explore ku juga ga ada.

Aku sempat nanya makanan khas di Salatiga apa ke sepupuku, tapi menurut dia ga ada. Jadilah kami malah makan steak yang Ya Allah murah banget. makan 2 orang nih, aku sirloin, sepupuku double beef, nasi boleh nambah, es teh juga boleh nambah, dan Cuma bayar Rp 40.000,-. Gila sih.

Dari hasil pengamatanku, kayaknya di Salatiga itu banyak banget orang manado-nya. Pas aku dan sepupuku makan, di sebelah meja kami ada orang manado juga yang makan disitu. Ketahuan dari cara dia nyebut “lalampa” dan dialek-nya. Tapi kami tidak saling sapa. Sepupuku aja ga kenal. Lah siapa aku?

Oh iya. Kami berdua jalan kaki aja kan ke tempat makannya. Nah di jalan juga beberapa kali dengar orang ngobrol dengan bahasa manado. Yah, cukup familiarlah ternyata kota ini sama orang manado.

Soal yang penasaran. Kok aku bisa nginep di kosan cowok. Aman kok. Aku udah memastikan bahwa sepupuku udah izin dulu, dan dia tidur di kamar kosong depan kamar kosannya. Kebetulan ada yang kosong. Jadi aman. Lagipula, kami sepupuan. Aku Cuma akan kasihan saja kalau gebetan, pacar atau siapa yang denger kalau dia bawa cewek tidur di kosannya. Bisa turun pasarannya, apalagi cewek itu aku. Haha. Lebih jatoh lagi pasarannya.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar