kita tahu bersama selama beberapa bulan
kebelakang ini, kita menghadapi pandemi yang bikin semua hal di dunia ini kena
dampaknya. iya, covid 19 atau juga dikenal dengan corona.
secara pribadi, virus ini tidak terlalu
berpengaruh ke pekerjaanku. aku masih bisa buka toko setiap hari. iyap,
ajaibnya masih ada aja yang beli di toko padahal barang di toko bukan bahan
harian. tapi aku masih mengikuti aturan pemerintah kok, menyediakan cuci tangan
di depan Toko, maskeran juga. tapi masih kadang suka bandel bepergian pas beli
stok barang.
kadang kalau lihat berita di tv (aku jarang
nonton tv karena beberapa program favorite yang biasanya aku tonton, sudah
mulai hilang dari tv) aku sedikit merasa tertampar ketika melihat dunia jadi
sepiiiii banget, tapi disaat bersamaan aku juga merasa lega. bumi sepeti tahu
bagaimana caranya memulihkan dirinya sendiri, hal yang tidak mungkin terjadi
kalau kita masih bersikap normal sama seperti sebelum pandemi ini datang.
Tapi, yang menjadi alasanku menulis kali ini
bukan karena itu. Aku menulis kali ini karena belakangan pikiranku mulai kacau
ketika bulan ramadhan akhirnya datang. tak ada lagi sambut suka cita ketika
bulan nan suci ini datang. tidak sama seperti ramadhan tahun - tahun sebelumnya.
selama puasa yang hampir sepekan ini, sejujurnya
aku sudah sholat 2 kali di masjid, sholat tarawih, di 2 masjid yang berbeda.
Fyi, setiap ramadhan datang, aku suka pindah- pindah masjid di sekitaran rumah.
3 hari di mesjid ini, 3 hari di mesjid itu, pindah-pindah pokoknya. Tapi, 2
kali sholat di masjid, dan aku tidak mendapatkan ketenangan sama sekali selama
sholat. pikiranku malah terus-terusan bekerja.
masjid yang pertama. aku datang ketika adzan.
pintu pagar masjid hanya terbuka setengah (biasanya di buka lebar-lebar),
memarkir motor di tempat yang sedikit tersembunyi, iya..entah kenapa aku
melakukan itu tanpa sadar. kegiatan di masjid berlangsung seperti biasa, tapi
jelas ini sangat berbeda, tidak ada sajadah terhampar, setiap yang datang membawa
sajadah-nya masing-masing. juga tidak ada canda tawa anak kecil yang biasanya
suka bermain di teras masjid. sumpah, aku merasa kosong. yang paling bikin
hatiku makin kacau adalah ketika khamad, semua pintu bahkan pagar masjid
ditutup. dan itu sama sekali tidak membuatku senang. Selesai sholat,
lampu-lampu dalam masjid langsung dimatikan, bahkan tidak ada salaman antar
orang. orang-orang yang tadinya sholat, seperti terburu-buru untuk pergi
meninggalkan masjid. besoknya aku tidak mau sholat di masjid lagi. aku sholat
di rumah.
beberapa hari kemudian, temanku datang dan
bertanya kalau aku sholat dimana. dia menawarkanku sholat di tempatnya,
sebenarnya juga aku sering sholat disitu dulu. baiklah aku janjian dengannya
sholat disitu keesokan harinya. nah.. ini lebih parah lagi efek bikin malasnya.
bukan pintu pagar ditutup setengah lagi.dibuka cuma khusus jalan 1 orang, dan
ada petugas di depan masjid, sebelum masuk diukur suhu tubuhnya, dan wajib
pakai masker. ditambah lagi biasanya sholat disana 20 rakaat, dipercepat jadi
8. ah, aku kembali memutuskan untuk sholat saja di rumah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar