alaFit: Backpacker ke Banjarmasin #8

Hari ke-delapan di Kalimantan Selatan

yang mau lihat video-nya bisa klik ini ya, biar ada gambaran tempatnya kayak apa.

Masih dari daerah Banjarbaru dekat Bandara...

Setelah dapat tidur super berkualitas semenjak nyampe Kalsel. Moodku jadi ikutan baik. Aku udah lupa itu soal sial-sial dihari kemarin. Aku malah senang banget bisa ada kegiatan buka tirai jendela kamar, ngelihatin matahari terbit dari jendela kamar, jalan subuh-subuh dekat penginapan. Hal yang tidak kulakukan berhari-hari sebelumnya.

Jalan subuh-subuh itu sebenarnya bukan karena aku pengen jalan ya, karena aku mau ke atm, juga beli sarapan sih sebenarnya. Ternyata daerah itu bukan cuma malam yang sepi, subuh-subuh juga. Ku pikir semalam karena ku udah kemalaman mungkin, ternyata tidak. Meski sebenarnya banyak orang juga yang nunggu-nunggu kendaraan di depan hotel-nya gitu, kayaknya mau ke bandara, penerbangan pagi.

Setelah sempat menikmati udara pagi dengan jalan kaki di sekitar hotel, akupun siap-siap untuk jalan-jalan hari ini. Ah iya, hasil PCR-ku udah keluar. Alhamdulillah negatif. Jadi penerbangan besokku aman. Hari ini dibilang mereka hari terakhirku di Kalsel, padahal sih sebenarnya besok. Hari terakhir ngerepotin mereka sih sebenarnya. Hehe.

Aku dijemput Yudis yang dari Banjarmasin. Kemudian sama-sama ke tempatnya Razma. Hisna ga jadi ikut, karena ada urusan jauh lebih penting. Kami sempat sarapan nasi kuning dulu. Setelah sarapan nasi kuning di tempatnya Razma, kamipun menuju waduk riam kanan.

Sedikit informasi, di daftar kulinerku ada nasi kuning banjar, tapi selama disana aku ga nyobain sama sekali, sampe di tempatnya Razma. Dan aku akhirnya ngerti kenapa nasi kuning banjar itu wajib dicobain kalau datang ke Kalsel. Enak soalnya. Sayang kurang sambal. Kalau ada sambelnya lagi, duh nikmat itu. Tapi tanpa sambel juga udah enak banget sih. Sayang aku ga foto lagi. Lupa banget.

Oke lanjut. Jalan ke daerah waduk riam kanan ini sebenarnya sudah kulewatin 2 hari berturut-turut. Sama Yudis hari ke-6, sama Hisna hari ke-7, kemudian hari ke-8 sama Razma. Tapi jujur aja, kalau kamu ngajakin aku kesana dan aku yang bawa motor, aku pasti tidak tahu arahnya.

Sampai di pelabuhannya. Rameeeeeeee. Sabtu juga sih. Jadi banyak yang liburan. Di Riam Kanan itu banyak sekali tempat wisatanya, tapiii.. agak mahal sewa kapalnya. Mahal kalau kamu datang bertiga, lebih mahal lagi kalau kamu datang sebagai solo traveller. Harganya mulai Rp 350.000,- sampai Rp 800.000,-. Ini yang paling mahal adalah ziarah. Kayaknya tempatnya paling jauh.

Kami memilih yang ke Hutan Pinus II dan Bukit batas. Ini satu tempat ya. Tarifnya Rp 350.000,-/ kapalnya. Kami bertiga dan ketambahan 5 cowok-cowok dari Kalteng. Ini Yudis yang nyari sih. Lumayan kan jadi bisa share cost.

Aku ga gitu hitung waktu-nya dari pelabuhan sampai di Hutan Pinusnya, tapi jangan pikirin juga. Karena pemandangan yang disajikan di sepanjang jalan menuju Hutan Pinus-nya tuh baguuuuusss banget. Kamu pasti bakalan menikmati banget.

Sampai di Hutan Pinus-nya aku jatuh cinta banget sama pinggiran danau-nya. Tanah merah dan air danau yang biru tuh cantiiiiknya luar biasa. Dramatis banget gitu kontras warnanya. Hutan Pinusnya? Bagusssss juga. Tapi kan aku agustus kemarin abis dari hutan pinus Dulomoyo juga (iya, tulisannya belum ada. Belum ku tulis juga. Hehe) jadi fokusku tidak kesitu.

Puas foto-foto di pinggir danau. Kemudian kami menuju Bukit Batas. Nanjak lagi. Bisa naik ojek, tapi lagi-lagi, enakkan pake kaki sendiri. Lagian rame-rame ini. Sampai atasnya... Yaallah, aku 3 hari dikasih pemandangan riam kanan dari atas, tapi kenapa ga ada bosen-bosennya aku. Tiap tempat tuh selalu bagus menurutku. Dari Matang Kaladan, Puncak Tahura bahkan bukit bataspun tetap aja keren.

Nah disini kami ga lama-lama, si rombongan cowok-cowok kalteng ini harus balik sore ke Banjarmasin kalau aku ga salah ingat. Kalah jumlah kami bertiga, lagian sejak di kapal, kami bertiga lebih menguasai sih. Hehe. Tapi turun dari bukit batas kami masih istirahat dulu di warung yang ada di hutan pinus. Aku malah sempat makan pop mie dulu.

Setelah berpisah dengan rombongan cowok-cowok kalteng ini, kami melanjutkan naik kapal lagi menuju Pulau Ratu, atau orang lebih mengenalnya Rama Shinta. Tempat naiknya beda, tapi masih deketan. Jadi abis turun kapal, naik kapal lagi kami.

Rama Shinta sendiri adalah tempat makan terapung gitu. Mirip kayak baratie gitu. Bedanya ga ada adegan Sanji pamit aja (oke, yang itu adalah halu-ku)

Lanjuttt... Ga boleh bawa minuman disini, apalagi makanan. Pas di pintu masuknya diperiksa tasnya. Udah kek masuk bioskop ya. Tapi ya sudahlah, emang tujuannya mau makan juga disini. Seharian main ini.

Ah aku sampai lupa. Tiket-nya Rp 10.000,-/org. Ini tiket kapal ya. Jadi semisal ada yang mau ke Riam Kanan juga tapi ga mau ngeluarin duit banyak buat sewa kapal ke tempat wisata, ya berarti tinggal ke Rama Shinta aja. Murah meriah. Toh sama-sama naik kapal ini.

Rama Sintha sendiri konsepnya ada lesehan dan ada yang pake tempat duduk juga. Tinggal milih. Malah bisa ngasih makan ikan juga. Tapi kusarankan sih makan emang paling bener. Sambelnya enaaaakkkkkk. Berhari-hari disini, baru itu aku nemu ikan bakar dan sambel yang pas. Meski lagi-lagi ikannya terlalu besar untuk ukuranku. Dan ingat, aku udah makan pop mie juga tadi.

Menu-nya kebanyakan adalah ikan danau. Bakar dan goreng, juga beberapa menu lainnya. Kalian harus nyobain yang menu ikan bakarnya sih.

Abis makan. Kamipun bersiap kembali ke Banjarbaru. Ngapain? Ngumpul dulu... Ini sih aku yang kepengen. Aku pengen ngumpul berempat lagi sama Hisna. Besok kan aku udah mau pulang, dan kami tidak punya foto berempat selain di Pondok Bahari ketika pertama kali ketemu. Kan selama main ga pernah berempat selain yang pasar terapung, itu aja ga ada foto bersama.

Ah dan sekali lagi aku dikasih pemandangan senja yang bagusssss bangettttttt. Senja di Kalsel tuh emang juara banget pokoknya. Harus kutambahkan ke daftar langit yang kucintai.

Hisna sendiri baru balik kerjanya jam 9. Jadi masih banyak waktu. Jadi mereka berdua nemenin aku nyariin oleh-oleh dulu. Oleh-oleh buat bapak belum kebeli sama sekali. Padahal kan yang ngasih sangu, bapak. Berdasarkan saran mereka, akhirnya aku beli Tasbih di daerah Sekumpul. Juga sekalian ziarah. Meski tempat ziarahnya ditutup, tapi aku sempat jalan-jalan ke daerah situ.

Juga sempat ke Bolu Hj Enong. Aku tidak beli, Razma yang beli. Nah disini ada kopi-nya. Pake pack yang proper, tapi isi-nya wes podo wae sama yang aku beli di Astambul sama Razma kemarin, jadi aku tidak beli lagi. Lagian aku udah mikir, itu aja tasku udah nambah 1. Ya masak mau nambah 1 lagi. Ribet diaku-nya entar, mana jadwal transitnya sebentar-sebentar pula.

Jadi kalau kalian mau nyari oleh-oleh dalam bentuk makanan, di Bolu Hj Enong adalah tempat terbaik.

Balik ke topik.. akhirnya kami memutuskan untuk nungguin Hisna di Taman Minggu Raya. Jangan kalian bayangkan gimana modelan kami bertiga. Udah keluar dari pagi, nanjak siang-siang, naik turun kapal, terus nongkrong malam mingguan di tempat yang ada live musiknya. Haha. Kebanting tsay sama yang emang proper mau malam mingguan. Tapi ya sudahlah, tujuannya kan emang bukan mau tebar pesona. Mau nungguin Hisna pulang kerja aja. Eh tapi ga tahu ya Yudis sama Razma, aku jelas tidak. Mukaku yang sudah gosong dan berminyak itu, jelas bukan modal yang baik untuk tebar pesona.

Kami lumayan lama disini, sampe live musiknya bubar. Untung ga ada yang matiin lampu dan narik pagar kayak kemarin. Sampai akhirnya aku pamit-pamitan di tempat parkir. Jujur ku sedih pisah sama mereka. Meski aku ngerepotin banget orangnya, tapi mereka baik-baik banget selama aku di Kalsel. Mana aku dikasih oleh-oleh segala.

Aku harus menambahkan ketemu mereka sebagai agenda wajibku tiap tahun kayaknya. Kayak ketemu Tri dan Gita di Jakarta, yang selalu kulakukan tiap tahun. Semoga ku selalu punya rezeki untuk itu. Lagian nih. Kalsel masih punya banyak sekali tempat untuk di explore. Razma pernah bilang sih, butuh sebulan kayaknya untuk bisa keliling semua.

Jadi, aku masih harus punya 22 hari lagi untuk explore Kalsel di lain waktu.