iklan

Sabtu, 11 Juni 2022

Tomohon - Tondano #1

 


Hallo..

Terakhir kali aku backpacker tipis-tipis itu di bulan Februari kemarin ke Torsiaje, dan karena harga tiket lagi naudzbillah mahalnya, jadi aku kembali mengulang backpacker tipis-tipis itu. Tapi tentu saja tempatnya bukan lagi di Torsiaje. Kali ini di Tomohon dan Tondano.

Sebenarnya rencana ini sudah ada sejak tahun kemarin. Sejak awal ini direncanakan olehku dan Ririn. Masih inget kan? Yang backpacker juga itu. Yang ada di cerita di Toraja dan Labuan Bajo. Kalau lupa, boleh dibaca lagi tulisanku sebelumnya tentang Toraja dan Labuan Bajo. Kalau sudah, oke lanjut...

Kenapa bisa ada rencana ini, karena kami berdua adalah orang yang sama kalau backpacker...ya harus yang jauh, jarang explore yang dekat-dekat. Tomohon dan Tondano ini berada di tengah-tengah tempat tinggal kami, tapi jaraaaaanggg sekali kami jadikan tujuan backpacker. Sekali rencana backpacker ya pasti yang mesti naik pesawat dulu.

Tomohon sendiri dari rumahku bisa ditempuh pake motor selama 1,5 jam. Ini kecepatan bawa motorku ya. Aku ga tahu kecepatan orang lain. Dari Manado sendiri bahkan bisa pake ojek online, dengan tariff Rp50.000,- sampai tomohon. Aku bawa motor, Ririn pake ojek online. Kita ketemu di tengah.

Sejak ada rencana ini, entah sudah berapa kali kami gagal, sampai akhirnya kemarin banget tanggal 4-5 Juni jadilah kami kesana. Kami janji ketemu di Janji Jiwa, jam 11. Tapi karena hujan, dan kami sama-sama naik motor, jadi baru ketemu sekitar jam 2 siang. Ketika hujan sudah benar-benar reda.

Tanpa buang waktu, kami langsung check in ke penginapan yang sebelumnya sudah kami booking online. Kebetulan karena sedang Epic sale, kami ketemu penginapan dengan harga Rp 330.000,-. Normalnya Rp 550.000,-. Itu untuk yang deluxe. Standartnya Rp 450.000,-. Lumayan banget kan. Nama Penginapannya Mountain View Resort and Spa. Tapi sebenarnya tidak ada pemandangan gunung seperti namanya, letaknya emang di bukit gitu, tapi ya tidak ada pemandangannya. Haha. Tapi kalau kamu mau nyari ketenangan, ini udah tempat yang pas sih.





Beres check in, kami langsung menuju ke tujuan utama kenapa kami mau akhirnya backpacker tipis-tipis ke Tomohon dan Tondano ini. Tidak lain dan tidak bukan karena Museum Holocaust Yahudi Minahasa. Ya Ya, aku emang pernah nulis sebelumnya tentang Gereja Yahudi di Tondano itu kan, yang pas aku datang bangunannya baru aja mau di renovasi kan, nah tempatnya masih sama, tapi sekarang udah ada museumnya. Bahkan ada satu bangunan lagi untuk Rabi-nya.

Dari tomohon ke Tondano sendiri tidak butuh waktu lama. Hanya sekitar 20 menit. Sepanjang jalannya juga disuguhi pemandangan bukit dan gunung yang asri. Jadi ga akan kerasa itu jaraknya. Sebelum nyampe ke museum, kami sempat singgah di Hutan Kota Tomohon. Tiket masuknya Rp 5.000,-.



Aku tak tahu apa karena efek pandemic, atau apa. Tempat ini jadi tidak terurus sama sekali. Bahkan cafe-nya juga tutup. Air kolamnya udah lumutan. Pokoknya kesan tidak terurus tuh kuat banget gitu. Padahal tempatnya luaaassss sekali, udaranya enak karena banyak pohon, sebenarnya bisa jadi tempat main anak-anak. Tapi entahlah kenapa tidak dijaga tempatnya. Kalah banget sama danau linow.

Waktu kami kesini, ada anak-anak difabel lagi syuting. Kenapa aku tahu mereka difabel, karena mereka ngomong pake bahasa isyarat. Semuanya, ada lebih dari 10 orang. Ku jelas bisa membedakan mana yang hanya satu dua orang, dan mana yang semuanya. Mereka pake seragam pramuka gitu, kayaknya syuting cerita lagi di hutan, emang tempatnya mirip hutan sih. Eh emang Hutan Kota ding.

Ga perlu berlama-lama disana, karena museum Holocaustnya bakalan tutup jam 5 sore. Maka segera kami menuju museumnya. Sampe sana. Tutupppp. Duh, udah kecewa duluan kami berdua. Karena entah sudah berapa kali kami masing-masing percobaan datang kesini, dan selalu tutup. Ketika aku jalan di samping bangunan gereja-nya, eh kok ada orang. Dari perawakannya dia Rabi-nya. Maka ku izin untuk bisakah kami masuk museum-nya. DIIZINKAN.

Akhirnya tidak sia-sia. Masuk kami ke Museum-nya. Diizinkan juga masuk ke Gereja-nya, tapi untuk cewek harus pake tutup kepala ya. Tenang...ada kok tudung yang dipersiapkan kalau kamu ga bawa kain untuk nutup kepala.







Aku ga tahu ya entah waktunya lagi pas atau apa. Sumpah, langit di atas gereja itu biruuuuuuuu banget dan pas sama corak bangunannya. Jadi ketika foto berdua, kami meminta untuk langitnya ikutan diambil, karena bagus banget.


Selanjutnya, karena sudah di Tondano, kami mencoba ke Rumah Belanda, tapi entahlah kayak tidak bisa masuk gitu. Jadi daripada buang-buang waktu, kami kembali ke Tomohon. Tujuannya Tuur maasering kalumembuai. Kenapa kesana dibanding Danau Linow? Karena Danau Linow sudah terlalu mainstream. Tiap aku atau Ririn ada tamu, pasti kesana. Jadi kami memilih tempat lain. Toh di Tuur maasering juga harga tiketnya jauh lebih murah daripada di Linow. Di tuur maasering hanya perlu bayar Rp 15.000,- dengan gratis saguer atau captikus. Sementara di Linow, tiket masuknya sudah Rp 35.000,- dengan gratis kopi/teh/kopi susu.

Well.. harus ku jelaskan ya apa itu saguer dan apa itu captikus. Saguer dan Captikus itu bahan dasarnya sama yaitu gula aren. Kalau saguer tuh masih ada manis-manisnya dikit, kalau captikus.. dari namanya aja udah tidak meyakinkan untuk ditenggak ya. Tapi kalau pengen coba, bisa sih. Tapi itu udah masuk minuman keras. Kalian bisa lihat proses penyulingannya di tempat ini.

Selain saguer/captikus, tempat ini menawarkan berbagai jenis makanan tradisional, dengan harga yang tergolong murah dengan rasa yang enak. Sejauh ini aku belum pernah kecewa pesan makanan di tempat ini.

Puas dari situ, karena masih terlalu dini untuk balik ke penginapan, kamipun ke Menara Alfa Omega. Pusatnya Tomohon. Disini ngobrolin hidup sambil menikmati pemandangan kesibukan kota. Terus balik ke penginapan pas udah mau jam 9 malam.

Dan.. sumpah disinilah kami ngerasa kenapa penginapannya tidak ada kipas ataupun AC. Dingin coy. Ada air panasnya sih, tapi ya sama aja, begitu selesai mandi, dingin juga. Satu yang jadi masalah kami berdua, itu kan konsep kamar mandinya atapnya transparan gitu. Bukan apa-apa, ngeri aja kalau tiba-tiba ada penampakan ya. Apalagi belakang penginapan itu ya hutan. Haha.

Untungnya kami berdua aman-aman saja selama disini.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar