iklan

Jumat, 02 September 2022

Backpacker Sumbar #1



Akhirnya...

Setelah backpackeran tipis-tipis dan hampir setahun sejak backpacker ke Kalsel, aku akhirnya backpacker jauh lagi.

Kalau kamu ngikutin cerita backpackeranku, pasti tahu kalau sebenarnya tahun kemarin itu harusnya aku bukan ke Banjarmasin, tapi ke Kupang. Tapi karena satu dan lain hal, akhirnya batal. Nah... tahun kemarin itu ke Kupang, aku harusnya sama Gita (temen kuliahku di Jogja, yang juga sering muncul di cerita backpackeranku, karena dia muncul di cerita backpacker ke Aceh dan Sabang, juga ketika aku keliling Jawa dan kami ketemu di Jogja dan di Jakarta), tapi karena batal jadilah kami harus re-schedule, dan dipilihlah tahun ini ke Padang.

Kalau juga kamu masih ingat, partner backpackeranku selain Gita, ada juga Tri. Nah, berhubung dia udah ga lagi di Jakarta, dan udah balik ke Pekanbaru, jadi kami merencanakan untuk ngajakin dia ketemu di Padang. Kan udah satu pulau, Sumatera gitu. Sejak awal Tri udah bilang kalau jarak Padang-Pekanbaru tuh 8 jam. Tapi menurutku dan Gita, itu bisa diatasi. Aku yang emang udah biasa naik bus Gorontalo-Manado, juga kalau backpackeran, jelas itu bukan masalah. Gita begitu juga. Macet dari Jakarta ke Jogja bisa butuh waktu jauh lebih lama. Aman berarti.

Tiket udah jauh jauh kami beli, karena emang rencana ini udah ada sejak 2021. Aku lupa tepatnya kapan kami beli tiket, kalau ga salah di bulan Maret atau April. Waktu itu ketemu tiket lumayan murah, seharga Rp 605.591,- Super Air Jet. Ya sekalian nyobain pesawatnya, Ya kan. Ini tiket dari Jakarta ke Padang ya. Ga semua penerbangan, harganya Cuma segitu.

Karena diputuskan waktu backpackeran kami baru bulan Agustus, jadi sisa tiket dan booking hotel, bisa dicicil satu-satu sebelum keberangkatan. Akupun udah beli tiket menuju Jakarta. Aku dapat di harga Rp 1.419.644,- transit Surabaya, dengan Lion Air. Aku ngambil yang siang, sengaja. Karena baru keesokan harinya kami ke Padang-nya. Aku dan Gita akan ketemu di Hotel, biar bareng ke Bandara-nya.

Mulai-lah berburu hotel-nya. Karena kami akan pindah-pindah, jadi hotelnya yang kami booking harus ada di Jakarta, Padang, dan Bukittinggi. Di Pekanbaru tidak ada, karena kami akan nginep di tempatnya Tri. Di Jakarta aku dapat Ibis Budget seharga Rp 303.875,-/malam. Waktu itu juga lagi ada apa gitu di Traveloka, jadi ada banyak diskonan. Jadi kami dapat Amaris di Padang seharga Rp 360.338/ malam. Dan Bukittinggi seharga Rp 840.745,- untuk dua malam. Ini Grand Galery ya nama hotelnya. Bahkan saking semangatnya booking hotel, kami malah udah booking hotel balik dari pekanbaru ke Jakarta. Hotel Millenium Sirih Jakarta seharga Rp 276.765,-/ malam.

Udah nih beres urusan tiket dan hotel-hotel. Satu yang tidak kami perhitungkan, Tiket pulang. Dari Pekanbaru ke Jakarta. Tiba-tiba harga tiket melambung tinggi. Tinggi sekali. Harga tiket dari Pekanbaru ke Jakarta harus kami bayar seharga Rp 948.600. Jangan kau tanyakan harga tiket pulangku. Aku sampe memutuskan mampir Makassar dulu, karena ogah rugi bayar tiket-nya mahal banget. 2x lipatnya tiket pergi.

Pengen ku batalin, tapi ya sudahlah.. show must go on.

Tibalah hari keberangkatan. Aku dianter adikku. Dari rumah udah di wanti-wanti bapak untuk langsung ke bandara, biar ga ketinggalan pesawat. Tapi dasar kami berdua ngeyel, masih aja ngurusin yang lain sebelum ke bandara. Jadwal penerbanganku jam 11.55, kami baru nyampe bandara 11.30.

Begitu dia parkir, lari-larianlah aku masuk. Di depan diminta tunjukkin sertifikat vaksin, dan Allahuakbar, sertifikat vaksin ke-3 ku ga muncul. Mati aku. Untung aja aku bawa bukti vaksin-ku lengkap, dan bisa diterima. Langsung lari lagi ke counter check in, yang ternyata udah tutup. Untung aja aku udah check in duluan, jadi tinggal cetak aja. Adikku di luar dah was-was, tadi aku sempat ngecek harga tiket takut aku ga bisa ngejar pesawatnya. Harga-nya 3juta lebih. Matiiii aku. Tapi Alhamdulillah-nya aman, masih bisa aku naik pesawat.

Yang jadi masalah berikutnya adalah.. apa kabar aku di Soetta besok. Apa mereka bakalan percaya dengan kertas-kertas bukti vaksinku. Sertifikat satu dan dua-ku ada. Emang ada, kan ku pake waktu ke Banjarmasin kemarin. Nah, booster-nya nih yang ga muncul. Ya masa aku harus PCR sih.

Jadilah aku begitu turun pesawat di terminal 2. Langsung pindah ke Terminal 1. Karena Super Air jet keberangkatan dan kedatangan di terminal 1. Nanya petugasnya dan katanya boleh, ditunjukin aja buktinya itu karena emang peduli lindungi kadang error.

Setelah memastikan itu, aku kemudian naik Grab ke Ibis. Lumayan banget harga-nya. Delapan puluh ribu-an. Padahal jaraknya tuh dekeeetttt bangettt. Tapi ya sudahlah. Aku males nyari transport yang lain. Juga itu tarif bandara ya. Semisal kamu dari Ibis budget ke Bandara, tarifnya muraaahhh banget. ga nyampe setengahnya itu.

Sampai di Ibis, aku sempat nanya layanan Shuttle bus ke bandara ke resepsionisnya, dan ada. Berarti aku dan Gita tinggal naik itu aja ke bandara-nya besok.


Jadwal shuttle bus ibis


Gita agak sedikit telat pulang kantornya. Jadi agak telat juga datang nyusulin aku. Tapi gak apa-apa, toh akhirnya kami jadi ngobrol panjang dulu sampe lupa kalau kami punya penerbangan pagi besok harinya. Juga emang aku tidak niat untuk explore Jakarta hari itu, aku Cuma butuh menyimpan tenaga untuk backpacker ke Padang besok.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar