Setelah sholat subuh dan packing lagi, aku dan Gita turun ke Lobby untuk check out sekalian
untuk menumpang shuttle bus ke bandara. Kami mengambil yang jam 05.45. Karena
waktu penerbangan kami baru jam 7 lewat. Masih cukuplah untuk check in, tanpa
harus buru-buru. Masih sempat sarapan roti juga sebelum masuk ruang tunggu.
Setelah check in dan lain-lain, nunggu, dan akhirnya jam 9 kurang,
mendaratlah kami di Bandara Internasional Minangkabau (BIM), tanpa menunggu
barang kami (karena masing-masing kami cuma bawa 1 backpack dan totebag)
keluarlah kami dari pintu kedatangan.
Layaknya di semua bandara, melihat orang-orang keluar dari pintu
kedatangan, supir taksi entah yang offline atau online langsung berusaha
menarik perhatian. Tapi berhubung kami adalah backpacker, jadi jelas kami nyari
yang termurah dulu. Mlipir untuk ngecek harga terlebih dahulu.
Sejak melipir dan duduk di salah satu bangku, ada satu sopir yang
ngikutin terus, nanya kalau kami mau kemana, dan banyak pertanyaan lain,
padahal kami berdua dengan jelas sudah menolak. Apalagi setelah ngecek harga
taksi online sampai ke tengah kota adalah Rp 140.000,- atau Rp 180.000,- (aku
lupa pastinya, tapi jelas menurut kami berdua itu mahal). Aku dan Gita langsung
memutuskan gak apa-apalah buang waktu setengah jam untuk nunggu jadwal kereta,
karena jadwal kereta pertama ada di jam 09:55.
Sampai kami jalan menuju bagian bandara yang sepiiiii sekali, si bapak
taksi masih ngikutin, saat kami bilang mau naik kereta, dia juga masih berusaha
mengikuti, sampai entah kenapa dia akhirnya menyerah sendiri. Syukurlah, karena
jujur itu agak ganggu.
Ah, sudah ku mention duluan kan kalau ada bagian bandara yang sepiiii
sekali. Nah, itu tuh bagian menuju stasiun kereta-nya. Bandara dan stasiunnya
terintegrasi. Memudahkan warga Sumatera Barat, dan tentu saja backpacker macam
aku ini.
Saking sepinya, aku bahkan sempat nanya orang yang lagi nunggu di motor
gimana caranya ke stasiun, karena ada petunjuk arahnya, tapi kok kayak ga ada
kehidupannya gitu. Kata si bapak yang lagi nunggu di motor, “naik saja ke
escalator tu”sementara eskalatornya mati, tak ada petugas, apalagi orang lain
yang naik turun disitu. Tidak seperti stasiun pada umumnya.
Rupanya ada satu abang-abang yang kayaknya sepesawat sama kami juga lagi
mencari stasiun yang sama. Karena waktu aku dan Gita disitu, dia sih diam aja,
begitu aku nanya, dia langsung jalan duluan. Tapi dia juga terlihat ragu pas
naik ke escalator yang mati itu. Tapi bismillah akhirnya kami bertiga sama-sama
menaiki escalator yang mati itu. Mending bertiga kan daripada sendiri.
Mungkin ada 10 menitan kami jalan mengikuti petunjuk jalan ke
Stasiunnya, tapi tidak kami temukan orang satupun. Bangunannya bagus, tapi
kayak ga ada kehidupan blas. Sampe Gita nyeletuk “Kok sepi banget sih”
tiba-tiba si abang yang jalan bareng kita itu minta maaf “Maaf ya, Padang emang
tidak seramai Jakarta. Akhirnya demi nama kesopanan, kami mulai ngobrol, dan
diapun baru kali ini mau nyoba naik kereta dari bandara. Dia anak Padang, tapi
jarang pulang, dan baru pertama kali juga mau nyobain kereta ini, jadi diapun
tidak tahu tarifnya.
Harga tiketnya Rp 10.000,-/ orang. Beda jauuuhhh banget sama tariff taksi online di luar. Itu sisa-nya bisa buat makan dan sewa motor ga sih. Jiwa backpackerku merasa menang karena dapat yang murah.
Begitu kereta tiba, aku dan Gita langsung bergegas naik kereta. Si Abang
ngikutin kami di belakang. Pada akhirnya kami naik di Gerbong yang sama, meski
tempat duduknya agak jauh. Kami yang di depan ya, dia ngikutin. Yang lucu
adalah, begitu nyampe di Stasiun ke-2 dari BIM, pengumumannya tuh stasiun
berikutnya Stasiun Padang. Jadi begitu sampai stasiun berikut, kami bersiap
turun. Si abang itu juga turun disitu. Entah karena terlihat bingung atau apa,
petugas kereta-nya yang kebetulan lewat nanya ke kami berdua kalau kami mau
kemana. Begitu mendengar Padang, mereka langsung menyuruh kami duduk lagi,
karena Stasiun Padang tuh 2 pemberhentian lagi. Mampusss... si abang-nya pasti
mikir kalau kami berdua ngikutin dia. Haha.
Bagitu nyampe di Stasiun Padang, kami langsung keluar, pesan taksi
online lagi menuju SkyZ Hostel. Kami tidak menginap disini, hanya pinjam motor.
Gita yang menemukannya, lewat IG. Jadi kami udah booking duluan, tinggal di
ambil aja. Sewa motornya Rp 80.000,/ hari. (24 jam ya. Karena ada beberapa
tempat sewa motor yang hitungan harinya tuh 12 jam aja). Kalau aku backpacker
sendirian ke Padang lagi, kayaknya aku tahu harus nginep dimana, ya sudah pasti
disini.
Urusan sewa motor selesai, harusnya kami langsung ke hotel yang sudah
kami booking itu, tapi pas lewat, bau makanannya langsung menyergap hidung. Banyak banget warung makan dijalan sepanjang
SkyZ Hostel ini. Toh waktu check in hotelnya masih lama. Tanpa pikir panjang
kami langsung muter balik ke tempat makan yang lagi proses bakar-bakaran di
depan.
Yang lagi di bakar itu ternyata Dendeng. Kami berdua akhirnya pesan itu.
Sumpaaahhh enakkkkkkkkk bangetttttttt. Kami sampe nambah saking enaknya. Mana
harga per-porsinya Cuma Rp 15.000,- Gimana ga mantap tuh. Sedikit saran, kalau
mau nambah, sekalian aja nambah seporsi, jangan Cuma nambah nasi, karena
beda-nya Cuma Rp 5.000,-an.
Perut kenyang, hati senang. Mari melanjutkan perjalan ke hotel. Hotel
yang kami booking adalah Hotel Amaris Padang. Pas proses Check in-nya,
resepsionisnya bilang kalau aku tuh member, kalau member bisa dapat harga jauh
lebih murah, asalkan pesennya bukan via traveloka, tapi via aplikasi My
Santika.
Aku masih bingung, kapan aku daftar jadi member-nya. Wong ini pertama
kalinya aku nginep di Amaris. Sebagai backpacker, tentu aku tidak akan
buang-buang uangku yang tidak banyak ini dengan menginap dengan harga yang
lumayan. Hanya karena bareng Gita, jadi biaya-nya bisa di share, makanya
ngambil hotel rada bagus. Terus dijelaskanlah kalau aku member My Value.
Oalaahhh.. Iya, aku member My Value, itupun gara-gara aku tiap bulan belanja di
Gramedia, dan ngumpulin point-nya yang sejak 2016 sampai aku nulis ini tidak
pernah ku pake point-nya. Entah untuk apa.
Karena waktu check in-nya masih lumayan lama. Ada kali sejam. Aku dan
Gita memutuskan untuk, ayok jalan dulu. Titip aja barangnya. Tempat yang kami
tuju pertama adalah Museum Adityawarman, yang ternyata di dalamnya ada Museum
Rendang juga.
Tiket masuk museum-nya Rp 5.000,-/ orang. Museumnya bagus, dan tertata
rapi.
Beres ke Museum, kami kemudian ke Kota Tua Padang. Tapi jujur ya, Kota
Tua Padang ini bentuknya kayak pertokaan yang udah lamaaaa banget gitu. Jangan
pernah membandingkan dengan Kota Tua Semarang ya. Jauhhh banget. Saking ga
tahu-nya apa yang harus dilihat disitu, aku dan Gita yang udah kepanasan,
melipir buat beli Gelato. Lumayan lagi ada promo 17an. Jadi harganya Cuma Rp
17.000,- untuk 2 varian rasa. Bahkan waktu kami nanya ke uni yang jualan
Gelato, katanya ya Kota Tua udah ini, pertokoan ini.
Baru beres minum Gelato, tiba-tiba Gita nyarankan untuk ke Es Durian,
yang emang ada di list kulineran kami. Dia sih awalnya menyarankan ini, tapi
aku budek, ga dengar sama sekali. Jadilah abis minum Gelato, kami ke tempat Es
Durian terkenal di Padang, namanya Es Durian Ganti Nan Lamo.
Selain Es Durian dengan berbagai macam rasa, disini ada makanan berat
juga. Tapi mohon maaf, baru ngabisin Gelato, si Es Durian ini aja tidak habis.
Nyisa banyak, padahal enaknya kebangetan. Nikmat banget kalau diminum
siang-siang nan terik di bawah matahari Padang.
Segelas Es durian dibanrol dengan harga Rp 39.000,-. Setelah bayar,
akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke Hotel. Harusnya sih udah bisa check
in. Udah lewat jam 2.
Proses Check in beres, kami dikasih kamar di lantai 6, dan sumpah
pemandangannya bagusssss banget. Aku mulai bingung, apakah benar kami ini lagi
liburan dengan gaya backpacker atau ga. Tapi mari kita nikmati saja liburannya.
Pemandangan dari kamar |
Selain tiduran, kami juga akhirnya memanfaatkan member My Value yang aku
punya untuk booking hotel di Pekanbaru. Kami belum booking hotel disana, karena
rencana-nya mau langsung ke tempatnya Tri. Tapi karena banyak pertimbangan,
akhirnya kami booking 1 hari di Pekanbaru karena lebih dekat ke bandara.
Kami baru keluar hotel lagi jam setengah 4 sore. Tujuan kami adalah
Pantai Air Manis, yang jaraknya sejam lebih dari hotel. Sempat ngelewatin
Jembatan Siti Nurbaya, dan berjanji akan balik kesitu malam hari, karena pasti
malam jauh lebih cantik.
Setelah melewati jalanan naik turun yang mirip gunung kidul, tibalah kita di pantai Air
Manis, tapi kok Plang petunjuk ke Batu Malin Kundang lebih menarik, jadi jalan
lagi kami ke arah Batu Malin kundang itu.
Tiket dan biaya parkirnya Rp 25.000,- Sebenarnya ya Batu Malin Kundang
ini terletak di Pantai Air Manis. Cuma jaraknya emang lumayan kalau jalan kaki seandainya
kamu milih parkirnya di Pantai Air Manis. Tapi tenang, bisa kok nyewa ATV, naik
delman, atau jalan kaki (misalnya kamu parkir di daerah Batu Malin Kundang-nya
karena jauh lebih dekat)
Gita pengen nyoba ATV. Ayoookkk, gaskeun... Tapi pada akhirnya aku yang
bawa ATV-nya. Boncengan. Pake acara ngelewatin air kebut-kebutan, walhasil baju
dan sepatu Gita yang putih penuh pasir laut yang basah. Saran ya, kalau kesini
jangan pake yang putih-putih. Aku sendiri sudah mengganti sepatuku dengan
sendal karena emang tujuannya pantai dan sudah sore. Kaki-ku bisa gosong kalau
pake Sendal siang bolong.
Abis foto-foto di batu malin kundang. Aku dan Gita ganti-gantian naik
ATV. Biasalah buat konten.
Selanjutnya, tujuan kami.. Pantai Padang. Ini sebenarnya jauh lebih
dekat dengan hotel. Tapi karena emang tujuan kami sunsetan disana, jadi emang
ngambil yang jauh dulu. Sumpahhhh...sunset disini baguuusss sekali. Rameeee.
Ada yang juala makanan, balon, tissue, sewa skuter, udah kek di Alkid gitu.
Rameeee bangettt.
Aku sempat mencoba kerupuk. Harganya Rp 5.000,-. Jadi kerupuk dipakein
mie dan saus kacang.
Kami tidak menunggu matahari sampai benar-benar terbenam disini, Cuma
menikmati sunset sebentar dan ketika Adzan Magrib berkumandang, kami buru-buru
menuju Masjid Raya Padang. Masjidnya megaaaaaaahhhhh sekali. Sumpah. Cantik.
Aku tidak tahu harus bilang apa ke Allah, ngasih aku kesempatan untuk lihat
salah satu rumahnya ini bahkan diizinkan Sholat disana.
Selesai Sholat. Kami ke Martabak Kubang Hayuda. Gita makan nasi goreng
dan aku memesan Roti Cane, dan tentu saja kita nyobain martabak mesir-nya. Aku
sengaja tidak makan berat karena kami masih mau nyari si sate
Danguang-danguang.
Pulau ke hotel untuk mandi. Saatnya nyari si Sate Danguang-danguang.
Tapi sayang sate-nya lagi tutup. Si yang jualan lagi berduka. Jadi aku makan
sate padang aja. Gita sudah tidak makan karena udah kenyang dengan nasi goreng
dan martabaknya tadi. Aku masih lapar karena aku tidak menghabiskan roti
cane-ku.
Habis makan kami ke Jembatan Siti Nurbaya yang well..jadi salah satu
tempat nongkrongnya anak muda. Kami tidak lama disini, karena sebenarnya kami
bingung, apa yang harus kami lakukan. Mau pesan makanan, sudah kenyang. Mau
nongki, ya ga gitu minat, akhirnya kami pulang ke hotel untuk packing dan
Istirahat. Besok kami akan pindah ke Bukittinggi.
Dulu pengen masuk museum tp gak sempat kesorean.
BalasHapuswajib sih kalau kamu balik ke Padang lagi. bagus museumnya. banyak hewan2 unik
Hapus