iklan

Selasa, 06 September 2022

Backpacker ke Sumbar #2



Setelah sholat subuh dan packing lagi, aku dan  Gita turun ke Lobby untuk check out sekalian untuk menumpang shuttle bus ke bandara. Kami mengambil yang jam 05.45. Karena waktu penerbangan kami baru jam 7 lewat. Masih cukuplah untuk check in, tanpa harus buru-buru. Masih sempat sarapan roti juga sebelum masuk ruang tunggu.

Setelah check in dan lain-lain, nunggu, dan akhirnya jam 9 kurang, mendaratlah kami di Bandara Internasional Minangkabau (BIM), tanpa menunggu barang kami (karena masing-masing kami cuma bawa 1 backpack dan totebag) keluarlah kami dari pintu kedatangan.

Layaknya di semua bandara, melihat orang-orang keluar dari pintu kedatangan, supir taksi entah yang offline atau online langsung berusaha menarik perhatian. Tapi berhubung kami adalah backpacker, jadi jelas kami nyari yang termurah dulu. Mlipir untuk ngecek harga terlebih dahulu.

Sejak melipir dan duduk di salah satu bangku, ada satu sopir yang ngikutin terus, nanya kalau kami mau kemana, dan banyak pertanyaan lain, padahal kami berdua dengan jelas sudah menolak. Apalagi setelah ngecek harga taksi online sampai ke tengah kota adalah Rp 140.000,- atau Rp 180.000,- (aku lupa pastinya, tapi jelas menurut kami berdua itu mahal). Aku dan Gita langsung memutuskan gak apa-apalah buang waktu setengah jam untuk nunggu jadwal kereta, karena jadwal kereta pertama ada di jam 09:55.

Sampai kami jalan menuju bagian bandara yang sepiiiii sekali, si bapak taksi masih ngikutin, saat kami bilang mau naik kereta, dia juga masih berusaha mengikuti, sampai entah kenapa dia akhirnya menyerah sendiri. Syukurlah, karena jujur itu agak ganggu.

Ah, sudah ku mention duluan kan kalau ada bagian bandara yang sepiiii sekali. Nah, itu tuh bagian menuju stasiun kereta-nya. Bandara dan stasiunnya terintegrasi. Memudahkan warga Sumatera Barat, dan tentu saja backpacker macam aku ini.

Saking sepinya, aku bahkan sempat nanya orang yang lagi nunggu di motor gimana caranya ke stasiun, karena ada petunjuk arahnya, tapi kok kayak ga ada kehidupannya gitu. Kata si bapak yang lagi nunggu di motor, “naik saja ke escalator tu”sementara eskalatornya mati, tak ada petugas, apalagi orang lain yang naik turun disitu. Tidak seperti stasiun pada umumnya.

Rupanya ada satu abang-abang yang kayaknya sepesawat sama kami juga lagi mencari stasiun yang sama. Karena waktu aku dan Gita disitu, dia sih diam aja, begitu aku nanya, dia langsung jalan duluan. Tapi dia juga terlihat ragu pas naik ke escalator yang mati itu. Tapi bismillah akhirnya kami bertiga sama-sama menaiki escalator yang mati itu. Mending bertiga kan daripada sendiri.

Mungkin ada 10 menitan kami jalan mengikuti petunjuk jalan ke Stasiunnya, tapi tidak kami temukan orang satupun. Bangunannya bagus, tapi kayak ga ada kehidupan blas. Sampe Gita nyeletuk “Kok sepi banget sih” tiba-tiba si abang yang jalan bareng kita itu minta maaf “Maaf ya, Padang emang tidak seramai Jakarta. Akhirnya demi nama kesopanan, kami mulai ngobrol, dan diapun baru kali ini mau nyoba naik kereta dari bandara. Dia anak Padang, tapi jarang pulang, dan baru pertama kali juga mau nyobain kereta ini, jadi diapun tidak tahu tarifnya.

Harga tiketnya Rp 10.000,-/ orang. Beda jauuuhhh banget sama tariff taksi online di luar. Itu sisa-nya bisa buat makan dan sewa motor ga sih. Jiwa backpackerku merasa menang karena dapat yang murah.



Begitu kereta tiba, aku dan Gita langsung bergegas naik kereta. Si Abang ngikutin kami di belakang. Pada akhirnya kami naik di Gerbong yang sama, meski tempat duduknya agak jauh. Kami yang di depan ya, dia ngikutin. Yang lucu adalah, begitu nyampe di Stasiun ke-2 dari BIM, pengumumannya tuh stasiun berikutnya Stasiun Padang. Jadi begitu sampai stasiun berikut, kami bersiap turun. Si abang itu juga turun disitu. Entah karena terlihat bingung atau apa, petugas kereta-nya yang kebetulan lewat nanya ke kami berdua kalau kami mau kemana. Begitu mendengar Padang, mereka langsung menyuruh kami duduk lagi, karena Stasiun Padang tuh 2 pemberhentian lagi. Mampusss... si abang-nya pasti mikir kalau kami berdua ngikutin dia. Haha.

Bagitu nyampe di Stasiun Padang, kami langsung keluar, pesan taksi online lagi menuju SkyZ Hostel. Kami tidak menginap disini, hanya pinjam motor. Gita yang menemukannya, lewat IG. Jadi kami udah booking duluan, tinggal di ambil aja. Sewa motornya Rp 80.000,/ hari. (24 jam ya. Karena ada beberapa tempat sewa motor yang hitungan harinya tuh 12 jam aja). Kalau aku backpacker sendirian ke Padang lagi, kayaknya aku tahu harus nginep dimana, ya sudah pasti disini.

Urusan sewa motor selesai, harusnya kami langsung ke hotel yang sudah kami booking itu, tapi pas lewat, bau makanannya langsung menyergap hidung.  Banyak banget warung makan dijalan sepanjang SkyZ Hostel ini. Toh waktu check in hotelnya masih lama. Tanpa pikir panjang kami langsung muter balik ke tempat makan yang lagi proses bakar-bakaran di depan.

Yang lagi di bakar itu ternyata Dendeng. Kami berdua akhirnya pesan itu. Sumpaaahhh enakkkkkkkkk bangetttttttt. Kami sampe nambah saking enaknya. Mana harga per-porsinya Cuma Rp 15.000,- Gimana ga mantap tuh. Sedikit saran, kalau mau nambah, sekalian aja nambah seporsi, jangan Cuma nambah nasi, karena beda-nya Cuma Rp 5.000,-an.



Perut kenyang, hati senang. Mari melanjutkan perjalan ke hotel. Hotel yang kami booking adalah Hotel Amaris Padang. Pas proses Check in-nya, resepsionisnya bilang kalau aku tuh member, kalau member bisa dapat harga jauh lebih murah, asalkan pesennya bukan via traveloka, tapi via aplikasi My Santika.

Aku masih bingung, kapan aku daftar jadi member-nya. Wong ini pertama kalinya aku nginep di Amaris. Sebagai backpacker, tentu aku tidak akan buang-buang uangku yang tidak banyak ini dengan menginap dengan harga yang lumayan. Hanya karena bareng Gita, jadi biaya-nya bisa di share, makanya ngambil hotel rada bagus. Terus dijelaskanlah kalau aku member My Value. Oalaahhh.. Iya, aku member My Value, itupun gara-gara aku tiap bulan belanja di Gramedia, dan ngumpulin point-nya yang sejak 2016 sampai aku nulis ini tidak pernah ku pake point-nya. Entah untuk apa.

Karena waktu check in-nya masih lumayan lama. Ada kali sejam. Aku dan Gita memutuskan untuk, ayok jalan dulu. Titip aja barangnya. Tempat yang kami tuju pertama adalah Museum Adityawarman, yang ternyata di dalamnya ada Museum Rendang juga.

Tiket masuk museum-nya Rp 5.000,-/ orang. Museumnya bagus, dan tertata rapi.





Beres ke Museum, kami kemudian ke Kota Tua Padang. Tapi jujur ya, Kota Tua Padang ini bentuknya kayak pertokaan yang udah lamaaaa banget gitu. Jangan pernah membandingkan dengan Kota Tua Semarang ya. Jauhhh banget. Saking ga tahu-nya apa yang harus dilihat disitu, aku dan Gita yang udah kepanasan, melipir buat beli Gelato. Lumayan lagi ada promo 17an. Jadi harganya Cuma Rp 17.000,- untuk 2 varian rasa. Bahkan waktu kami nanya ke uni yang jualan Gelato, katanya ya Kota Tua udah ini, pertokoan ini.






Baru beres minum Gelato, tiba-tiba Gita nyarankan untuk ke Es Durian, yang emang ada di list kulineran kami. Dia sih awalnya menyarankan ini, tapi aku budek, ga dengar sama sekali. Jadilah abis minum Gelato, kami ke tempat Es Durian terkenal di Padang, namanya Es Durian Ganti Nan Lamo.



Selain Es Durian dengan berbagai macam rasa, disini ada makanan berat juga. Tapi mohon maaf, baru ngabisin Gelato, si Es Durian ini aja tidak habis. Nyisa banyak, padahal enaknya kebangetan. Nikmat banget kalau diminum siang-siang nan terik di bawah matahari Padang.



Segelas Es durian dibanrol dengan harga Rp 39.000,-. Setelah bayar, akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke Hotel. Harusnya sih udah bisa check in. Udah lewat jam 2.

Proses Check in beres, kami dikasih kamar di lantai 6, dan sumpah pemandangannya bagusssss banget. Aku mulai bingung, apakah benar kami ini lagi liburan dengan gaya backpacker atau ga. Tapi mari kita nikmati saja liburannya.

Pemandangan dari kamar 


Selain tiduran, kami juga akhirnya memanfaatkan member My Value yang aku punya untuk booking hotel di Pekanbaru. Kami belum booking hotel disana, karena rencana-nya mau langsung ke tempatnya Tri. Tapi karena banyak pertimbangan, akhirnya kami booking 1 hari di Pekanbaru karena lebih dekat ke bandara.

Kami baru keluar hotel lagi jam setengah 4 sore. Tujuan kami adalah Pantai Air Manis, yang jaraknya sejam lebih dari hotel. Sempat ngelewatin Jembatan Siti Nurbaya, dan berjanji akan balik kesitu malam hari, karena pasti malam jauh lebih cantik.

Setelah melewati jalanan naik turun yang mirip  gunung kidul, tibalah kita di pantai Air Manis, tapi kok Plang petunjuk ke Batu Malin Kundang lebih menarik, jadi jalan lagi kami ke arah Batu Malin kundang itu.

Tiket dan biaya parkirnya Rp 25.000,- Sebenarnya ya Batu Malin Kundang ini terletak di Pantai Air Manis. Cuma jaraknya emang lumayan kalau jalan kaki seandainya kamu milih parkirnya di Pantai Air Manis. Tapi tenang, bisa kok nyewa ATV, naik delman, atau jalan kaki (misalnya kamu parkir di daerah Batu Malin Kundang-nya karena jauh lebih dekat)



Gita pengen nyoba ATV. Ayoookkk, gaskeun... Tapi pada akhirnya aku yang bawa ATV-nya. Boncengan. Pake acara ngelewatin air kebut-kebutan, walhasil baju dan sepatu Gita yang putih penuh pasir laut yang basah. Saran ya, kalau kesini jangan pake yang putih-putih. Aku sendiri sudah mengganti sepatuku dengan sendal karena emang tujuannya pantai dan sudah sore. Kaki-ku bisa gosong kalau pake Sendal siang bolong.



Abis foto-foto di batu malin kundang. Aku dan Gita ganti-gantian naik ATV. Biasalah buat konten.

Selanjutnya, tujuan kami.. Pantai Padang. Ini sebenarnya jauh lebih dekat dengan hotel. Tapi karena emang tujuan kami sunsetan disana, jadi emang ngambil yang jauh dulu. Sumpahhhh...sunset disini baguuusss sekali. Rameeee. Ada yang juala makanan, balon, tissue, sewa skuter, udah kek di Alkid gitu. Rameeee bangettt.



Aku sempat mencoba kerupuk. Harganya Rp 5.000,-. Jadi kerupuk dipakein mie dan saus kacang.



Kami tidak menunggu matahari sampai benar-benar terbenam disini, Cuma menikmati sunset sebentar dan ketika Adzan Magrib berkumandang, kami buru-buru menuju Masjid Raya Padang. Masjidnya megaaaaaaahhhhh sekali. Sumpah. Cantik. Aku tidak tahu harus bilang apa ke Allah, ngasih aku kesempatan untuk lihat salah satu rumahnya ini bahkan diizinkan Sholat disana.



Selesai Sholat. Kami ke Martabak Kubang Hayuda. Gita makan nasi goreng dan aku memesan Roti Cane, dan tentu saja kita nyobain martabak mesir-nya. Aku sengaja tidak makan berat karena kami masih mau nyari si sate Danguang-danguang.



Pulau ke hotel untuk mandi. Saatnya nyari si Sate Danguang-danguang. Tapi sayang sate-nya lagi tutup. Si yang jualan lagi berduka. Jadi aku makan sate padang aja. Gita sudah tidak makan karena udah kenyang dengan nasi goreng dan martabaknya tadi. Aku masih lapar karena aku tidak menghabiskan roti cane-ku.




Habis makan kami ke Jembatan Siti Nurbaya yang well..jadi salah satu tempat nongkrongnya anak muda. Kami tidak lama disini, karena sebenarnya kami bingung, apa yang harus kami lakukan. Mau pesan makanan, sudah kenyang. Mau nongki, ya ga gitu minat, akhirnya kami pulang ke hotel untuk packing dan Istirahat. Besok kami akan pindah ke Bukittinggi.

 

 

2 komentar:

  1. Dulu pengen masuk museum tp gak sempat kesorean.

    BalasHapus
    Balasan
    1. wajib sih kalau kamu balik ke Padang lagi. bagus museumnya. banyak hewan2 unik

      Hapus