Seperti yang sudah di bahas di part 2 sebelumnya, kalau hari ini kami
(Aku dan Gita) akan pindah dari Padang ke Bukittinggi. Setelah sarapan di
hotel, packing, siap-siap, kami langsung check out jam 9 lewat dan menuju SkyZ
hostel lagi, mau balikin motor, sekalian kami memang minta dijemput disitu. Ya
tidak mungkin di Hotel dong. Bolak balik jadinya.
Sekitar pukul 10.00 WIB, kami di jemput oleh mobil travelnya, ke
perwakilan buat bayar-bayaran. Per-orangnya Rp 50.000,-. Aku tidak begitu tahu tariff
resmi-nya. Menurut taksi online yang kami tumpangi dari Stasiun Padang ke SkyZ
Hostel, tarifnya tuh Rp 30.000,-. Tapi gak apa-apalah. Ketahuan di bahasa kan
kalau kami berdua bukan warga lokal, jadi kemungkinan dimintai harga sedikit
lebih tinggi itu ada.
Travelnya tuh mobil pribadi. Aku dan Gita dapat kursi di tengah, bareng
satu ibu-ibu yang dengan senang hati bangunin kami berdua yang tidur pas lewat
Lembah Anai. Juga ngasih tahu ada Istana Pagaruyung, yang setelah kami cari
fotonya di internet, bagus banget. Juga adalah orang yang sadar kalau hotel
kami hampir kelewatan pas udah nyampe bukittinggi. Hotel yang sudah kami
booking itu Grand Gallery Bukittinggi, dikira sopir-nya Hotel Merci. Ibu-nya
baik banget sumpah.
Padang Bukittinggi sendiri hanya ditempuh selama 2 jam. Tapi nanjak
terus. Tapi jangan khawatir, pemandangan sepanjang jalannya bagus. Kami pake
Erte Travel. Nomornya 081371705888. Bisa kamu hubungi kalau pas punya rencana
yang sama seperti kami.
Seperti biasa, waktu check in masih lama. Jadi kami hanya menitip barang
dan memilih jalan kaki menuju tempat makan nasi kapau yang sempat kami lewati
sebelum sampai hotel. Ada 2 tempat makan nasi kapau di dekat Hotel kami, tapi
ada satu yang jauh lebih rame dari yang satunya. Sebagai pendatang, jelas kami
akan memilih untuk makan di yang rame dong. Namanya Nasi Kapau Linda.
Ada banyak menu-nya dan ruame poll... sampe sulit untuk dapat tempat
duduk. Aku memilih rendang ayam. Tapi kali ini tidak nambah. Sebagai anak
introvert, disuruh makan di tempat rame yang udah ada yang ngantri buat tempat
duduk itu jelas tidak nyaman. Aku dan Gita dengan cepat menyelesaikan makan
kami, dan melanjutkan jalan kaki ke Monumen Bung Hatta.
Sedikit cerita, kenapa kami tidak langsung menyewa motor saja. Karena
kami tidak dapat sama sekali seperti di Padang kemarin. Kami sempat minta nomer
dari hotel, tapi nomornya tidak aktif. Juga karena di maps tuh jarak tempat
yang akan kami datangi itu dekat-dekat, bisa untuk kami jalan kaki.
Jadilah abis dari Monumen Bung Hatta, kami berdua jalan kaki menuju
Rumah Kelahiran Bung Hatta. Semisal kamu juga punya rencana yang sama persis
kayak aku, atau pengen ngikutin caraku, dari monument itu, ada bunderan kan,
ambil jalan yang bawah. Aku dan Gita lumayan buang waktu berapa menit gegara
sama-sama ga bisa baca maps. Masalah klasik wanita. Meski pada akhirnya kami
menemukan jalan yang benar.
Jalan menuju Rumah Kelahiran Bung Hatta ini melewati pasar ya. Jangan
lupa bawa minum, karena ternyata lumayan juga jaraknya.
Masuk Rumah Kelahiran Bung Hatta yang pada akhirnya dialih fungsikan
sebagai museum ini cukup menarik. Suasana tenangnya itu membuat betah
berlama-lama disana. Apalagi ada banyak sendal bakiak yang disediakan kalau
kamu hendak menuju dapur dan kamar mandi-nya. Masuk museum-nya wajib lepas
sepatu soalnya.
Abis dari situ. Aku dan Gita (atau lebih tepatnya aku sih yang ngotot)
naik taksi Online mau menuju Rumah Adat Baanjuang. Waktu Sopir taksinya bilang
Oh di Kebun Binatang. Gita makin tidak semangat. Kayaknya dia kecapean karena
ku ajakin jalan dari Monumen ke Museum, yang jaraknya lumayan di tengah terik
udara Bukittinggi.
Tiket masuk kebun binatangnya Rp 25.000,-/ orangnya. Tapi tenang, kami
tidak salah alamat. Benar Rumah Adat Baanjuang ada disini, Juga Jembatan Limpapeh
dan Fort De Kock, ada di satu tempat yang sama.
Beres ke tiga tempat ini. Kami melipir sebentar, nyari Laundry di
Internet. Ketemu yang mau jemput di Hotel. Bapaknya ngasih kami 20 menit untuk
nyampe di Hotel. Dan tahu tidak, kami masih dengan ngeyelnya jalan. Dan
Taraaaaaaaa... kami kesasar. Bapak Laundry-nya udah nunggu lama, dan pulang.
Udah kesasar, masih juga ga ketemu tempatnya. Haha.
Saking udah putus asa-nya, akhirnya kami pesan taksi online lagi.
Harusnya dari awal.
Balik ke hotel, sudah bisa check in. Sekalian kami nanyain nomer sewa
motornya kok bisa ga aktif. Selidik punya selidik, hp bapaknya tuh lowbat.
Untung bisa dihubungi pihak hotel ke nomer yang satunya. Akhirnya kami dapat
sewa motor seharga Rp 80.000,-. Padahal rata-rata sewa motor di Bukittinggi tuh
Rp 100.000,- ditambah charger Rp 25.000,- karena antar jemput ke hotel. Hadeh,
yang Rp 80.000,- itu udah sama antar jemputnya.
Motor sudah aman, kami baru keluar malam untuk nyari makan malam dan
nganterin laundry yang tadi sore ditinggal bapaknya. Sekilo-nya Rp 15.000,-
besok pagi jam 8 akan diantarkan ke Hotel.
Oh iya, sore-nya kami nongkrong di Cafe di atas hotel kami. Kayaknya
lumayan nge-hitz. Karena banyak banget anak muda-nya. Kami disitu Cuma karena
pengen sunsetan aja.
Tujuan kami makan malam sudah sangat jelas Ayam Pop pas di pintu keluar
Kebun Binatang yang tadi siang kami datangi. Serius, ayam Pop-nya
juaraaaaaaaaaaaaa. Enak banget Tuhan. Aku harus memasukkan Ayam Pop ke dalam
menu favoritku. Asli, enak banget.
Perut kenyang, waktunya nyantai. Karena kami memang tidak punya tujuan
selain nyari makan. Besok baru mau ke Istara Pagaruyung-nya. Karena tidak tahu
mau ngapain, maka kami ke Jam Gadang. Ruame polllll. Dan lagi-lagi si jiwa
introvert di diriku ini jelas tidak akan PD untuk foto disitu disaat banyak
orang. Juga karena hujan mulai turun, kami langsung pulang ke Hotel. Jam
Gadangnya bisa besok pagi. Toh jarak hotel kami dan jam gadang bisa dengan
jalan kaki. Tenang, kami tidak akan kesasar. Kan kami sudah tahu arahnya
kemana.
Wah hotelnya sama, tp dl blm ada cafe di rooftop nya. Bukittinggi asyik, objeknya deket + cukup banyak, bisa jalan kaki aja kemana"
BalasHapuskayaknya hotel ini lumayan paling terkenal deh, mungkin karena jaraknya sama tempat wisata dekat semua ya
Hapus