iklan

Sabtu, 01 Oktober 2022

Backpacker ke Pekanbaru #1




Baiklah...

Setelah cerita terakhir tentang backpackeran aku ke Sumatera Barat, sekarang aku akan melanjutkan cerita di Pekanbaru. Kota ke-25 ku.

Dari bukittinggi ke Pekanbaru itu butuh waktu 6 jam-an. Kami sempat ngelewatin kelok 9. Makan di rumah makan kelok indah, yang waktunya mepet banget, padahal soto-nya enak betul, tapi ga bisa nambah karena semua sudah di mobil menunggu perjalan dilanjutkan.



Sepanjang jalan aku dan Gita ga berhenti istigfar karena supirnya gilani banget. Jalan sebelah kiri itu sering kosong (yang mana itu emang jalurnya), tapi dia hobi banget ngambil jalanan kanan, dan suka mepet banget belok kalau ada kendaraan dari arah berlawanan.

Ditambah lagi, dia muter music yang sama sekali tidak aku mengerti. Sumpah sepanjang jalan emang ga kebayang kalau kami harus melanjutkan perjalanan lagi ke tempatnya Tri. Ini aja udah pengen buru-buru nyampe hotel.

Oh iya, ongkos dari Bukittinggi ke Pekanbaru adalah Rp 120.000,-/ orangnya.

Sebelum magrib akhirnya kami tiba di Amaris Pekanbaru. Dan ini jelas berbeda dengan Amaris Padang. Ditambah waktu kami tanya reseprionis, nanya makanan khas Pekanbaru, dia Cuma menyarankan makan nasi goreng. Lah... jauh-jauh dari Gorontalo, kenapa aku malah makan nasi goreng di Pekanbaru. Di tempatku juga banyak yang jualan nasi goreng.

Sedikit cerita, setelah dikasih tahu mba-mba resepsionis di Amaris Padang kemarin kalau aku itu member, jadilah ngecek aku. Dan asli harganya ga kira-kira. Cuma Rp 255.000,-/ malam. Ya langsung ambil itulah. Mana kami punya 3 hari 2 malam juga kan di pekanbaru.

Lanjuttt....

Setelah nyari di google, akhirnya kami memutuskan untuk makan Sate Cun. Karena kami belum sewa motor dan memang tidak ada rencana jalan-jalan, juga karena masih capek abis nempuh perjalanan jauh. Pesanlah kami gocar ke Sate Cun. Dapat supir yang masih muda.

Karena jaraknya lumayan, jadi kami sekalian tanya-tanya soal Pekanbaru, dan dari dia kami tahu Pekanbaru itu minim tempat wisata. Kalaupun ada, jauhnya banget bangetan. Udah kami lewat tadi siang. Makanan juga gitu. Salah satu yang terkenal ya si Sate Cun ini. Cuma dia bilang agak susah nyari kendaraan kalau disana, karena masuk lorong. Terus aku bilang, ya tinggal jalan kaki aja sampe ketemu jalan besar. Dan pas aku bilang itu dia bilang gini “Berani? Ini sepanjang jalan ini kuburan loh”nah loh..

Dia juga menyarankan beberapa tempat makan, juga menjelaskan tentang nasi goreng yang dibilang sama reseptionis hotel kami. Itu tuh nama-nya Radar. Dan disitu tidak hanya jual nasi goreng, banyak jenis makanan disitu, dan rameeeee. Deket sama hotel kami, tinggal jalan kaki aja katanya.



Harga sate dengan sebotol teh dibandrol Rp 27.000,- (dua puluh tujuh ribu rupiah), sedangkan ongkos gocar pergi pulang adalah Rp55.000,-/ orang. Ini kalau ga gabut-gabut banget kayaknya tidak akan kami berdua lakukan.

Udah nih udah selesai makan nyampe hotel lagi. Tiba-tiba, yuk nyobain nasi goreng yang di Radar itu. Jalan kakilah kami kesana. Dan tempatnyaaaaa ruameeee pollll. Banyak menu yang bisa di pilih, Gita sendiri memilih kopi talua, sedang aku makan mie goreng dan teh tarik (tapi pas bayar di kasir dibilangnya mie kuah), benyek sih emang mie-nya. Dan eeennaaakkkkk. Harganya Rp 45.000,-



Aku dan Gita memutuskan besok harus pesan nasi goreng. Juga aku pengen nyobain kopi talua-nya.

Dan soal motor, kami dapat motor karena koneksinya Gita. Lumayan dapat Rp 80.000,-/ hari. Dibandingkan yang lain Rp 100.000,-/ hari.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar