Baiklah...
Setelah cerita terakhir tentang backpackeran aku ke Sumatera Barat,
sekarang aku akan melanjutkan cerita di Pekanbaru. Kota ke-25 ku.
Dari bukittinggi ke Pekanbaru itu butuh waktu 6 jam-an. Kami sempat
ngelewatin kelok 9. Makan di rumah makan kelok indah, yang waktunya mepet
banget, padahal soto-nya enak betul, tapi ga bisa nambah karena semua sudah di
mobil menunggu perjalan dilanjutkan.
Sepanjang jalan aku dan Gita ga berhenti istigfar karena supirnya gilani
banget. Jalan sebelah kiri itu sering kosong (yang mana itu emang jalurnya),
tapi dia hobi banget ngambil jalanan kanan, dan suka mepet banget belok kalau
ada kendaraan dari arah berlawanan.
Ditambah lagi, dia muter music yang sama sekali tidak aku mengerti.
Sumpah sepanjang jalan emang ga kebayang kalau kami harus melanjutkan
perjalanan lagi ke tempatnya Tri. Ini aja udah pengen buru-buru nyampe hotel.
Oh iya, ongkos dari Bukittinggi ke Pekanbaru adalah Rp 120.000,-/
orangnya.
Sebelum magrib akhirnya kami tiba di Amaris Pekanbaru. Dan ini jelas
berbeda dengan Amaris Padang. Ditambah waktu kami tanya reseprionis, nanya
makanan khas Pekanbaru, dia Cuma menyarankan makan nasi goreng. Lah...
jauh-jauh dari Gorontalo, kenapa aku malah makan nasi goreng di Pekanbaru. Di
tempatku juga banyak yang jualan nasi goreng.
Sedikit cerita, setelah dikasih tahu mba-mba resepsionis di Amaris
Padang kemarin kalau aku itu member, jadilah ngecek aku. Dan asli harganya ga
kira-kira. Cuma Rp 255.000,-/ malam. Ya langsung ambil itulah. Mana kami punya
3 hari 2 malam juga kan di pekanbaru.
Lanjuttt....
Setelah nyari di google, akhirnya kami memutuskan untuk makan Sate Cun. Karena
kami belum sewa motor dan memang tidak ada rencana jalan-jalan, juga karena
masih capek abis nempuh perjalanan jauh. Pesanlah kami gocar ke Sate Cun. Dapat
supir yang masih muda.
Karena jaraknya lumayan, jadi kami sekalian tanya-tanya soal Pekanbaru,
dan dari dia kami tahu Pekanbaru itu minim tempat wisata. Kalaupun ada, jauhnya
banget bangetan. Udah kami lewat tadi siang. Makanan juga gitu. Salah satu yang
terkenal ya si Sate Cun ini. Cuma dia bilang agak susah nyari kendaraan kalau
disana, karena masuk lorong. Terus aku bilang, ya tinggal jalan kaki aja sampe
ketemu jalan besar. Dan pas aku bilang itu dia bilang gini “Berani? Ini sepanjang
jalan ini kuburan loh”nah loh..
Dia juga menyarankan beberapa tempat makan, juga menjelaskan tentang
nasi goreng yang dibilang sama reseptionis hotel kami. Itu tuh nama-nya Radar.
Dan disitu tidak hanya jual nasi goreng, banyak jenis makanan disitu, dan rameeeee.
Deket sama hotel kami, tinggal jalan kaki aja katanya.
Harga sate dengan sebotol teh dibandrol Rp 27.000,- (dua puluh tujuh ribu rupiah), sedangkan
ongkos gocar pergi pulang adalah Rp55.000,-/ orang. Ini kalau ga gabut-gabut
banget kayaknya tidak akan kami berdua lakukan.
Udah nih udah selesai makan nyampe hotel lagi. Tiba-tiba, yuk nyobain
nasi goreng yang di Radar itu. Jalan kakilah kami kesana. Dan tempatnyaaaaa
ruameeee pollll. Banyak menu yang bisa di pilih, Gita sendiri memilih kopi
talua, sedang aku makan mie goreng dan teh tarik (tapi pas bayar di kasir
dibilangnya mie kuah), benyek sih emang mie-nya. Dan eeennaaakkkkk. Harganya Rp
45.000,-
Aku dan Gita memutuskan besok harus pesan nasi goreng. Juga aku pengen
nyobain kopi talua-nya.
Dan soal motor, kami dapat motor karena koneksinya Gita. Lumayan dapat
Rp 80.000,-/ hari. Dibandingkan yang lain Rp 100.000,-/ hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar