Hari ke-3 di Pekanbaru.
Pada dasarnya kami berdua benar-benar sudah tidak tahu apa yang harus
kami lakukan hari itu, padahal kami baru akan meninggalkan kota itu sore hari.
Setelah goler-goler ga jelas di kamar hotel. Kami memutuskan untuk kuliner
saja.
Sarapan. Biasanya kami sarapan gratis di hotel. Tapi hari ini dengan
tujuan untuk kulineran, jadi kami mulai dari sarapan. Miso Pak Lek. Inget ga
kalau kami pernah dikasih tahu supir grab waktu mau makan di Sate Cun, kalau
tempat ini antri-nya banget. dia udah mulai antri dari jam 7, dan baru kebagian
jam 9. Itupun sebelum jam 11 sudah
habis.
Berangkat dari saran itu. Pagi-pagi banget abis subuh, kami dah jalan.
Iya, pake si helm full face itu. Jalanan dekat penginapan rada rame, karena
CFD. Sepanjang jalan nih aku udah berkali-kali bilang ke Gita, ini kalau sampe
nyampe sana tutup. Bener-bener deh, kita tuh ga beruntung di Pekanbaru. Kopi
kim teng tutup.
Dan benar saja, hari minggu Miso Pak Lek tutup. Dahlah. Bener-bener sial
kali. Karena udah jalan akhirnya kami memutuskan untuk sarapan Ketupat Gulai
Paku “Onen” yang sebenarnya jaraknya bisa kami tempuh jalan kaki dari hotel.
Tiap kali main kami selalu lewat sini.
Tempatnya rame, tapi tidak mengantri. Banyak yang melayani. Menu paling
juara ya si Ketupat gulai Paku ini. Tapi jujur, untukku yang jarang sarapan
ini, sarapan dengan menu Ketupat Gulai itu sungguh too much. Tapi tenang kok,
Ketupat Gulai Paku Onen ini ga Cuma buka pagi hari, bisa jadi menu makan siang,
cemilan sore, malam juga bisa.
Abis dari situ, kami langsung balik hotel. Gita sempat memesan oleh-oleh
lagi lewat ojek online. Kami baru turun untuk balikin motor dan makan siang.
Kami memilih makan siang di dekat hotel. Bakso Malang. Haha. Kami butuh
yang segar-segar, dan kami berdua malas jalan kaki. Panas banget. Mana aku pake
vest pula. Lengkaplah sudah kegerahan itu.
Abis makan. Packing lagi, dan langsung ke Bandara. Kami menunggu lumayan
lama sebelum check in, gegara khawatir sama si Kopi kawa daun itu, tapi
Alhamdulillah aman. Ga diperiksa sama sekali. Ah iya lupa, ongkos taksi online
dari Hotel ke Bandara Rp 28.000,-.
Kami nyampe Jakarta udah malam. Langsung pake kereta bandara menuju
Stasiun Sudirman. Melewati anak-anak Citayam Fashion Week yang lagi nongkrong,
dan pake grab menuju hotel pesanan kami. Hotel Millenium.
Secara ajaib, ini adalah hotel termewah yang ku bayar dengan harga
murah. Cuma Rp 276.765 (Dua ratus tujuh puluh enam ribu tujuh ratus enam puluh
lima rupiah).
Waktu check in, aku ditawarin untuk jadi member. Aku iyain aja. Meski
aku ga tahu, kapan lagi aku bisa nginep hotel bagus begini pake uangku sendiri.
Ditawarin juga untuk sarapan dengan bayar Rp 100.000,-/orang. Dia ga tahu, ini
harga hotelnya aja nunggu promo dulu. Kalau ga, ya mana aku mau bayar
mahal-mahal Cuma untuk tidur aja.
Aku sempat lihat layanan laundry-nya juga karena pengen nyuci kemeja-ku,
dan harganya membuatku terkejut. Rp 37.500./potong. Allahuakbar. Jiwa
backpackerku langsung meronta.
Urusan check in beres, kami langsung naik ke lantai 12. Ah ini ada
cerita tentang hotel-hotel kami selama backpackeran ini, tapi nanti aja. Kalau
cerita backpackerannya dah beres.
Karena udah terlalu capek, kami pesen makan lewat gofood, menunya Ayam
cabe hijau seharga Rp 22.000,-/porsi, yang sambelnya mantap bangettt. Mana kami
sama-sama udah ga punya air mineral pula. Adanya air gratisan yang ada di kamar
. Sambil nunggu, aku tiduran sambil membelakangi Gita. Tiba-tiba Gita
nanya “Kak Fitri nangis?” astaga...aku udah mencoba menahan sakit punggung,
ditanyain gitu. Katanya dia denger suara orang nangis. Alhasil pas makanan kami
datang, Gita minta ditemenin turun. Karena emang selantai itu tuh sepi banget.
Tapi secara keseluruan, aku suka bangettttt hotel itu. Setelah
drama-drama tidak beruntungnya kami hari ini, ternyata kami dapat hotel yang
bagussss.
Pemandangan dari kamar |
terlihat nyaman kan |
Nunggu mall di Pkb gak muncul hiks
BalasHapusjelas tdk akan muncul..aku bukan anak mall soalnya ^^v
Hapus