iklan

Sabtu, 05 November 2022

Ala Fit: Sehari di Jakarta

 


Seperti sudah diceritakan di part terakhir kalau aku dan Gita melanjutkan perjalanan dari Pekanbaru ke Jakarta. Gita akan siap-siap bekerja, sementara aku melanjutkan backpackerku. Maka-nya kami milih Millenium, biar dekat dengan kantornya Gita.

Pagi banget Gita udah siap, pamit duluan karena dia harus masuk kerja. Awalnya aku mau sarapan bareng dengannya di kantornya, tapi tidak jadi. Aku malas banget bangun cepat pagi itu, jadi aku cuma goler-goler ga jelas di tempat tidur, sampe jam 9 pagi dan mulai siap-siap. Aku setidaknya harus jalan-jalan kan.

Tujuannya sudah pasti, Kota Tua. Itu tempat yang banyak museumnya dan juga sepertinya paling mungkin untuk aku datangi tanpa harus buru-buru. Inget, aku cuma booking semalam di Millenium ini. Aku tidak ingin membayar biaya charge-nya sepeserpun, yang aku yakin bakalan membutuhkan banyak sekali kalau sampai terjadi. Amit amit.

Aku naik gojek. Tapi tidak di depan hotelnya. Malu banget sama petugas yang bukain pintu hotel. Ini kan hotel lumayan ya. Jadi aku jalan agak depan jalan raya. Gojek dari hotel ke Kotu-nya Rp 15.000,- (lima belas ribu rupiah). Dan aku sempat sarapan lontong sayur di depannya Cuma Rp 12.000,- (dua belas ribu rupiah).

Satu yang tidak pernah aku sadari. Senin itu Kotu tutup. Sepiiiiiiii banget. Museum-museumnya tutup. Aku baru inget, konsep ini kayak di Museum Merapi Yogyakarta. Mereka tutup di hari senin, karena hari minggu-nya buka. Semua orang butuh libur kan.

Tapi ada 1 Museum yang buka. Alhamdulillah. Museum Bank Indonesia. Itupun aku udah senanggggg sekali. Mana seru pula. Tiket masuknya Cuma Rp 5.000,-/ orang.



Karena masuk ke Museum ini, aku baru tahu kalau dulu tuh ternyata ada mata uang per daerah. Tapi adanya cuma di Sumatera sama Jawa. Sulawesi tidak ada, pantesan aja aku ga tahu apa-apa soal itu. Juga ternyata jaman dulu tuh uang kalau di pake tuh dengan cara di potong 2. Belum kayak sekarang.




Secara keseluruhan aku suka sekali museumnya. Tidak membosankan sama sekali. Juga sangat informatif.

Beres keliling museum. Aku kembali ke Hotel dan Packing. Dari Kotu ke Hotel, naik gojek lagi, bayarnya Rp 20.000,- (dua puluh ribu rupiah). Beres packing, yang sebenarnya tidak butuh waktu lama juga, karena aku cuma bawa satu ransel. Akupun check out, dan nyamperin Gita. Kebetulan udah jam makan siang. Aku mau makan siang bareng dia di dekat kantornya.

Aku makan bistik ayam dan Gita nasi goreng. Aku lupa persis harganya, tapi keseluruhan kami bayarnya Rp 78.000,- (tujuh puluh delapan ribu rupiah), itupun udah sama aku bungkus bistik lagi buatku makan nanti malam. Dan abis makan bareng aku langsung menuju hotel dekat bandara. Kali ini aku tidak memilih Ibis lagi. Tapi bobobox.

Bukan tanpa alasan aku akhirnya nyoba bobobox ini. Karena cara bayarnya bisa pake go point, dan waktu itu go pointku banyak gara-gara cashback belanja online. Jadi sebenarnya hotel ini tuh gratisan. Tapi kalau kamu penasaran harganya, waktu itu aku ambil yang single earth. Harganya Cuma Rp 111.200,- (Seratus sebelas ribu dua ratus rupiah).

Biaya gocar-nya Rp 110.000,-. Menurutku worth it lah. Agak jauh emang.

Nah, begitu sampe di Airport Hub tuh, serius aku bingung gimana caranya nemuin bobobox ini. Plang-nya gede banget emang di depan. Tapi masuk dalam tuh kek mall gitu. Akhirnya setelah nyari nyari tempatnya, aku menemukannya di basemant gedung airport Hub ini.






Gila ga tuh, dari lantai 12 hotel mewah, aku pindah ke hotel yang ada di basemant dan konsepnya capsul. Tapi gak apa-apa sebenarnya, selama aku bisa nge-charger, naroh barang dan tidur, itu sudah lebih dari cukup. Kurasa aku akan memilih bobobox lagi kalau harus nginep dekat bandara lagi.

Ah iya, apa aku sudah cerita? Penerbanganku dari Jakarta ke Makassar tuh jam 4 pagi. Tapi begitu aku nyampe bobobox, aku dapat pemberitahuan kalau pesawatku dimundur ke jam 9, juga beda pesawat tapi beda maskapai, tapi masih satu menajemen. Jadi aku beli tiket Rp 1.550.000,- (Satu juta lima ratus lima puluh ribu rupiah) untuk pesawat Super Air Jet. Tapi dipindah ke Batik Air.

Balik lagi ngebahas tentang hotelnya. Aku suka hotel ini. Konsepnya bagus. Ini kedua kalinya aku nyobain hotel capsule setelah kayoon di Surabaya itu. Kalau secara kualitas, aku lebih suka yang bobobox ini. Ada tempat makannya yang besar, bisa nyuci piring sendiri, juga disediakan gallon air. Jadi bisa bolak balik ngisi air, atau bikin pop mie juga. Cuma aku sempat 3 kali kepentok pas mau keluar. Suka lupa aku kalau milih yang earth.

Tapi secara teknologi. Aku lebih suka yang kayoon. Di kayoon ada TV-nya. Kalau yang di bobobox ga ada. Terus yang di kayoon itu ga nyampur room-nya. Jadi ada room cewek, ada room cowok. Kamar mandinya per enam capsule kalau aku ga salah inget. Kalau bobobox, kamar mandi cewek dan cowok 1 ruang aja, tapi banyak di dalamnya. Jadi tidak antri. Aku salama disana juga ga pernah pas-pasan sama orang lain yang mau pake kamar mandi. Jadi ya aman-aman aja sih menurutku.

Juga kalau sore, jangan lewatkan pemandangan sunset sambil ngelihatin pesawat lepas landas. Kalau mau lebih keren, ya bisa sambil beli kopi di starbuck. Kalau mau versi murah meriahnya, ya bisa di Alfa. Ada tuh kopi yang dua belas ribuan. Aku versi yang mana? Ya tentu saja yang dua belas ribuan. Toh pemandangan yang disajikan sama aja. Lagian aku masih punya satu kota lagi untuk backpacker besok. Makassar. Aku tidak ingin buang-buang uang untuk satu gelas es kopi.

Begitu beres sunsetan, aku langsung masuk ke kamar dan ga naik-naik lagi. Makan malamnya,s banyak sebenarnya di luar tempat makan, ada starbuck pula, indomart point, alfa juga ada. Kfc pun ada. Tapi berhubung aku dah bawa bistik. Jadi aku makan bistik deh.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar